"Mas,"
"Apa?"
"Lo sibuk gak?"
"Lumayan sih, kenapa?"
"Gerald, dia pulang."
"Serius?"
"Buat apa gue bercanda. Dia pulang sama kakeknya, ah ceritanya panjang."
"Ren tolong cancel semua jadwal saya sampai dua hari ke depan. Saya harus pergi sekarang juga... baik Pak."
Aku terdiam mendengarnya berbicara di seberang sana.
"Gue pulang sekarang."
Butuh empat jam hingga Mas Wildan sampai di rumah. Ia bahkan masih memakai office suit saat merangsek masuk ke kamarku.
"Lo gak apa-apa kan?"
"Emang gue kenapa?"
"Dimana cowok berengsek itu? Bisa-bisanya dia datang gangguin lo lagi,"
"Mas tenang dong, sabar. Lo tau gak tadi pagi gue baru aja dilamar sama dia."
"APA?"
Kakak sepupuku itu terkejut bukan main mendengar ucapanku barusan. Aku tahu ia marah dan masih akan selalu marah kalau tidak segera tahu cerita yang sebenarnya.
"Lo mau tau ceritanya gimana?"
"Buruan."
***
Beberapa kali Mas Wildan mengusap wajahnya. Ia masih tak menyangka semua cerita sedih di balik perginya Gerald. Dalam hati aku lega karena ia tak lagi marah ataupun kecewa pada sahabatnya itu. Malam ini aku mengatur pertemuannya dengan Gerald di coffee shop tempat mereka biasa hang out dulu. Sekalian nostalgia, pikirku.
Kami masuk dan berjalan ke arah Gerald yang sudah duduk di salah satu kursi sambil menatap layar handphonenya. Tadi aku mengiriminya pesan untuk datang lebih dulu karena Mas Wildan mengalami masalah dengan mobilnya.
"Hai Ger,"
"Hai Di-"
"Heh tutup botol! Kemane aje lo ha?"
Gerald bahkan belum menyelesaikan kalimatnya saat Mas Wildan memotong dengan setengah berteriak.
"Apa kabar Sob?" Kata Gerald sambil memeluk erat sahabatnya yang dua tahun tak ditemui itu.
Aku duduk dan memesan coffee latte untuk kami bertiga. Aku mengedarkan pandangan sambil mengingat kejadian terakhir saat aku di sini dan Karine membuatku cemburu empat tahun sebelum ini. Waktu berlalu dan kini justru Karine yang membantuku melalui Eric untuk bisa kembali bersama dengan Gerald.
"Sorry ya Dan, gue emang bajingan udah pergi dari kalian tanpa pamit."
"Nyadar juga lo," kata Mas Wildan mencibir.
"Tapi kan gue udah balik."
"Gue turut berduka ya sama kepergian nyokap lo,"
"Iya makasih, maaf gue gak ngabarin waktu itu."
"Tapi gue kagum lo bisa ngilang tanpa jejak gitu. Heran gue diceritain sama Diandra,"
Gerald terkekeh dan mengedip ke arahku.
"Dih pake kedip-kedip gitu. Najis tau gak,"
"Siapa yang ngedipin elo? Ada juga gue kedipin Diandra."
"Iya deh iya yang baru balikan. Genit banget geli gue lihatnya."
Kami bertiga tertawa karena tingkah kami sendiri. Tidak perlu pertemuan yang mengharu biru, cukup bisa tertawa bersama sudah sangat membahagiakan untukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guard
Teen FictionMengenalnya, seperti menaiki rollercoaster dengan sabuk pengaman yang dilonggarkan. Mendebarkan sekaligus menyenangkan. #465 teenlit on May 2018 Enjoy reading and don't forget to vote?