"Aku gak akan selingkuh, Diandra. Janji. I love you," kata Gerald meyakinkanku. Wajahnya dibuat sangat serius sehingga aku malah tidak yakin.
"Gombalan apalagi Ger adek gue udah kenyang makan gombalan lo," ejek Mas Wildan.
Aku tersenyum melihat Gerald dan Mas Wildan yang selalu mengejek satu sama lain. Yang diejek malah diam saja sambil terus menatapku.
"Iya. Aku juga," jawabku pelan.
"Juga apa?"
"Itu lah pokoknya,"
Aku tidak bisa mengatakan tiga kata yang membuat semua sarafku melemah bersamaan. Hanya I love you dan aku akan sekarat.
"I love you, Diandra."
Bagus. Kali ini dia malah memancing.
"Iya.."
"Yah gak berbalas deh," ucapnya berlagak sedih.
"Iyaa I love you, too"
Aku menjawab hampir tanpa suara tapi Gerald bisa melihat gerakan bibirku. Apa yang kulakukan barusan membuatnya tersenyum dan menarikku lagi dalam pelukannya. Teruslah seperti ini, aku tidak mau semu merah di pipiku terlihat.
***
Malam ini selepas makan, Mas Wildan mengatakan bahwa ia dan Gerald akan pergi ke Surabaya untuk menyelesaikan beberapa urusan sekaligus manggung disana. Aku hanya mengangguk sambil membayangkan betapa sepinya nanti aku sendirian lagi.
"Mulai besok lo tinggal di rumah gue aja Dek. Sampe lebaran, biar nanti berangkat ke Semarang bisa barengan. Gaada nolak-nolak. Lo harus nurut soalnya ini perintah nyokap lo,"
Baru saja mau membantah malah sudah di skakmat olehnya. Aku hanya.. tidak bisa jauh dari rumah. Bagaimana kalau sewaktu-waktu Kak Andreinata pulang dan aku tidak di rumah? Bagaimana pula dengan ikan-ikan peliharaan di rumah, siapa yang akan merawat? Setidaknya aku punya alasan kuat menolak ajakan Mas Wildan. Aku punya tanggung jawab atas rumah ini.
"Gak usah khawatir gitu. Nanti tiga hari sekali Pak Diman kesini buat ngerawat taman, ngasih makan ikan, sambil bersih-bersih. Dia kepercayaan gue kok."
"Satu bulan dong?"
"Iya. Abis ini gue sibuk dek. Ninggalin lo sendirian tentu bikin gue kepikiran terus apalagi teror itu masih ada. Seenggaknya lo ada temennya kalo di rumah gue. Ada Bi Imah juga."
Aku menurut saja apa katanya kemudian memindahkan baju dari lemari ke dalam koper yang kusiapkan. Besok pagi Mas Wildan dan Gerald berangkat. Begitu pula aku yang akan pindah tempat tinggal untuk sementara
***
Matahari bahkan belum tampak saat Mas Wildan dan Gerald bersiap pergi. Berkali-kali ia mengatakan agar tetap tenang selama mereka pergi. Hei, aku tidak sepenakut itu tahu.
"Lusa gue pulang. Kalo bisa jam setengah enam udah berangkat ke rumah gue ya. Baik-baik disana. Kalo ada apa-apa telfon gue cepet."
"Iya hati-hati Mas. Gue bisa jaga diri kok."
Iya menepuk pipiku dengan pelan sambil tersenyum
"Good girl."
Mas Wildan masuk ke mobil untuk memanasi mesin. Gerald yang tadinya sibuk memasukkan gitar dan keyboard ke mobil langsung menghampiriku.
"Cuma dua hari kok. Jangan kangen ya,"
Enak saja, dikira aku segampang itu untuk merindukannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Guard
Teen FictionMengenalnya, seperti menaiki rollercoaster dengan sabuk pengaman yang dilonggarkan. Mendebarkan sekaligus menyenangkan. #465 teenlit on May 2018 Enjoy reading and don't forget to vote?