5.

14.8K 539 12
                                    

Agatha melihat seluruh ruangan bagian dalam restoran itu dan segera menunduk untuk membuang rasa nerveous yang sesekali datang menyerang perasaanya.

Bayangkan saja, berada di posisi Agatha sangatlah tidak mengasyikkan. Berkenalan dengan orang yang baru, lantas beberapa bulan kemudian sudah menjadi suaminya. Tentu saja hal ini lah yang membuat gadis itu sedikit banyak berpikir bagaimana ia menyambut sang calon suami. Bersikap ramah atau justru sebaliknya.

Gadis itu kembali terkejut saat tangan sang bunda segera merangkulnya untuk masuk kedalam barisan keluarga itu. Melihat bagaimana Elisa dan Danial menyambut begitu hangat pertemuan antara dua keluarga yang terbilang sangat akrab. Sementara mata Agatha sedang sibuk mencari si calon suami yang tidak terlihat dari barisan mereka sama sekali. Malukah?
Seharusnya yang malu adalah Agatha,karna dirinya adalah perempuan itu.

Sedangkan Arin, sang kakak hanya terdiam berada ditengah-tengah dua keluarga itu. 'Sungguh membosankan.' tutur Arin dengan volume suara yang hampir tak terdengar siapapun.

"Selamat malam pak Anton. Wah apa kabar kalian ini?" ucap Danial sembari mengulurkan tangan dan berniat berjabat tangan oleh keluarga pak Anton.

"Baik. Baik. Bagaimana dengan kamu sendiri? Wahh, sungguh perubahan yang drastis kita ini ya. Setelah sekian lama tidak berkunjung ke tempat masing-masing, sekarang kita bertemu dengan niat untuk menambah ikatan persaudaraan antara kita." kata Anton yang mulai menyangkut pautkan tujuan bertemunya dua keluarga itu.

"Ah.. Hahaha.. Maafkan saya pak Anton, seharusnya kita sering berkunjung satu sama lain sebelum perjodohan ini kita laksanakan." sahut Danial terlihat begitu bersemangat untuk menyambung obrolan itu.

Setelah berbincang cukup lama, dua keluarga itu lalu memutuskan untuk mengambil satu meja lantas segera duduk dikursi itu. Dan Arin lah yang sibuk memesan makanan dan minuman pada semuanya. Sementara Agatha masih terdiam sedikit merasa aneh dengan pertemuan pertama oleh 2 orang yang nantinya menjadi suami-istri.

"Ah. Bagaimana dengan anaknya jeng Sandra? Apa anaknya tidak datang ke tempat ini?" tanya Elisa yang justru sedari tadi memperhatikan hanya mereka berdua yang mengisi tempat.

"Sebentar lagi mungkin jeng, begini lah kalau anak laki-laki yang masih labil. Maklum masih 17 tahun kan?" ucap Sandra malu-malu.

Mendengar itu Agatha merasa aneh, dan mulai menerka-nerka bagaimana sosok calon suami yang akan bersamanya nanti? Bukankah anak kuliah? Atau kerja? Bukankah sosok yang dewasa dan penyayang seperti yang ada dalam gambaran bayangannya?

"Bunda." bisik Agatha.

"Ada apa nak? Apa kamu kekurangan sesuatu? Sana tanyakan sama kakak kamu." sahut Elisa cepat.

"Bukan. Ini, Aga dari tadi kok gak ngeliat anaknya tante Sandra? Seperti apa sih orangnya?" tanya Agatha dengan masih berbisik ke telinga sang bunda. Meski berusaha menyembunyikan pertanyaan itu dari keluarga yang lain, tapi ternyata masih terdengar sampai ke telinga Sandra.

"Ah. Maafkan anak tante ya sayang, mungkin agak terlambat. Soalnya tadi dia bilang ke tante..."

"Mah..!" teriak seseorang dari balik pintu restoran itu. Mata Sandra seketika berbinar lantas bangkit dari tempat duduknya untuk menyambut hangat sang putra yang sudah berada ditengah-tengah mereka.

"Nah itu dia anaknya sayang. Sebentar ya, tante bawa dia kesini."

"Ah. Iya tante." ucap Agatha sekenanya.

^^

"Bunda/mamah... Dia?!!" ucap keduanya kompak

Sungguh! Setelah melihat seseorang yang dijodohkan untuknya, Agatha begitu terkejut. Bayangkan saja, apa yang digambarkan tentang pria itu sangat jauh berbeda dari realita, pria yang penyayang sabar dan dewasa kini hilang terhapus dalam ingatannya setelah melihat anak dari tante Sandra itu.

Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang