Pesimis. Itulah yang saat ini menggelayut dalam hati Agatha. Sekitar dua jam yang lalu kepergian Dandy, namun saat ini ia bahkan tidak pulang. Jangankan untuk memberi kabar, menelfon ke nomor gadis itu saja tidak.
Padahal jika hanya menyampaikan kalimat untuk berpisah tidak mungkin sampai memakan waktu banyak. Gadis itu menelan salivanya alot, pikirannya tidak lagi bisa berpositif thinking pada sang suami. Lagipun mana mungkin Dandy akan meninggalkan cintanya pada Aira yang sudah ia bangun sejak lama. Tentu, kalimat yang tadi hanya sekedar menyenangkan hatinya. Pikir Agatha.
Tidak berapa lama, Dandy berjalan menuju Agatha dengan langkah terjuntai untuk menghampiri gadis itu, sedikit membuat Agatha merasa lega. meski berusaha tersenyum pada gadis itu, tapi masih saja ia tidak bisa menyembunyikan kepahitan diwajahnya. 'Terlalu menyakitkan buat lo kan?' batin Agatha.
"Tunggu gue ya?" tanya Dandy. Suaranya menipis lantas setelah berucap pemuda itu segera mendudukkan dirinya diteras rumah.
"Enak aja, gue cari angin kok,"
"Tunggu gue juga enggak pa-pa," sergah Dandy sekali lagi.
"Ngapain tungguin lo,"
"Menyenangkan hati aku aja, bisa kan?"
Sembari berucap kalimat sederhana itu, Dandy pun turut menatap Agatha dengan penuh perasaan. Iya tau apa yang ada dalam pikiran Agatha saat ini. Hanya saja, mungkin bukan waktu yang tepat untuk Agatha mengatakan yang sejujurnya tentang perasaan yang terpendam itu.
"Aku sudah bulatkan perasaan aku untuk meninggalkan Aira, kamu percaya kan?" bisik Dandy. Agatha hanya diam. Merasa tidak mendapat respon apa-apa, pemuda itu kembali bergumam pelan.
"Dia tidak mau aku tinggalkan, tapi jika harus memilih untuk menjaga perasaan siapa? Tentu aku pilih kamu Agatha,"
"Kenapa? Apa karna gue terlihat kasian di mata lo?"
"Bukan, murni dari perasaan aku. Kamu bukan orang yang pantas ditinggalkan hanya karna Cinta sesaat ku untuk perempuan lain," terang Dandy.
Beberapa kalimat yang keluar dari mulut Dandy jelas tidak bisa membuat Agatha cepat berpikir. Ini terlalu berbelit-belit dan sedikit banyak justru membuatnya pusing.
Sesaat setelah berpikir, tiba-tiba Dandy ikut menggenggam kedua tangan Agatha. Spontan membuat gadis itu sedikit merasa terkejut akan tingkah Dandy yang tidak disangkanya.
"Percaya atau tidak, kalau kamu udah berhasil buat aku meninggalkan Aira, aku enggak tau ini perasaan seperti apa? Yang aku tau aku lebih nyaman disisi mu," kata Dandy.
Melihat itu, Agatha tertegun. Entah angin darimana. Perlakuan Dandy yang sedikit romantis mampu membuat Agatha salah tingkah, lalu cepat-cepat gadis itu melepaskan genggaman tangan Dandy dan berlalu begitu saja dari hadapan Dandy.
**
Pagi hari Agatha terbangun dengan bayang-bayang semalam tadi. Kalimat-kalimat Dandy masih jelas teringat di benaknya, lantas membuat Agatha menggeleng sekedar menampik perasaan yang muncul begitu saja.
Agatha melihat seisi kamar lalu menjatuhkan sorot matanya ke jam weker yang duduk tergeletak diatas nakas sederhana dikamarnya. Agatha menghela napas pelan. 'Kebiasaan, kalau udah libur aja bangunnya telat. Agatha! Sadar diri kek, lo berada dirumah mertua.!' umpat gadis itu dengan memaki diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Muda
Teen Fiction(TAMAT DAN LENGKAP) Star. 2 Mei 2018 End. 17 oktober 2018 Rank : 194 dalam humor. (Dan Beberapa kali enggak tercatat) salah satu siswi yang berwajah manis dengan sifat yang tomboy harus merasakan menikah di usia yang baru saja menginjak 16 tahun...