part 22

11.7K 505 31
                                    

Agatha menutup kasar pintu kamarnya lantas berlari dengan perasaan sesak menghampiri ranjang dan membanting tubuhnya disana. Tentu air matanya ikut membasahi kedua pipinya, beberapa kali tangannya berusaha menghapus jejak tangis disana, namun lagi-lagi masih tetap seperti itu. Air mata yang tidak ada habis-habisnya. Aaarrgghht!! Agatha mengerang sekuat mungkin untuk sekedar melepaskan perasaan sesak didadanya.

Kembali memikirkan sikap Dandy, kalau pun ada pertengkaran antara mereka belum pernah ada yang sampai se-hebat ini. Dan soal amarah, Agatha bisa mengontrol dengan baik. Tapi kali ini tidak! Dandy sudah keterlaluan memperlakukan gadis itu sesuka hatinya, membicarakan orang ketiga antara mereka secara terang-terangan. Bukan ini yang ia mau.

"Agatha.. Maafin gue, bukan itu maksud gue. Lo salah paham. Please buka pintunya Aga.! Kita bicara baik-baik." beberapa kali Dandy terus mengetuk pintu kamar gadis itu sembsri berucap, mengulangi kata maaf. Tapi sama saja, Agatha sudah terlanjur tidak ingin membahas apapun pada pemuda itu.

"Bunda..." lirih Agatha sembari menutup kedua mata lalu pikirannya ikut bercengkrama dalam perasaan itu. Sampai pada akhirnya, Agatha tertidur dengan sisa-sisa air mata yang masih tertinggal disana.

-

Malam kembali menyapa. Terlihat Dandy masih asik terduduk diruang tamu sembari memencet remot TV untuk memindahkan dari chanel satu ke chanel yang lain. Dengan kejadian tadi, banyak membuat Dandy sadar, memang tidak sepatutnya ia meninggalkan Agatha diparkiran sekolah hanya untuk menyusul Aira dengan cepat.

Tak hentinya manik mata Dandy terus memperhatikan kamar milik Agatha, dengan perasaan gelisah. Berharap agar gadis itu segera keluar dari dalam sana, tapi sudah hampir 2 jam ia berada disana Agatha tidak juga menampakkan dirinya. Sungguh, pemuda itu benar-benar menyesali apa yang sudah dilakukannya pada Agatha.

Setelah berpikir cukup lama, Dandy lalu bangkit dari sofa dan berjalan menuju pintu kamar Agatha. Siapa lagi yang akan mengalah kalau bukan dirinya. Bukankah pemuda itu sudah berjanji untuk tidak lagi menyakiti hati Agatha?

"Gue tau gue salah Agatha, gue minta maaf. Gue janji enggak akan berlaku seenaknya lagi Aga.! Please! Jangan diemin gue kayak gini." Dandy terus berucap dengan tangan kiri yang juga ikut mengetuk pintu kamar tersebut. "Agatha.." ucapnya lagi. Dandy meraih gagang pintu lantas mencoba membuka pintu dan..?

"Enggak terkunci?" gumam Dandy. Pemuda itu melangkah masuk untuk mencari Agatha, dibukanya selimut tidur milik gadis itu, tapi gadis itu tidak ada disana. Seketika hati Dandy menjadi semakin kacau dan takut. Dandy mengerang frustasi sembari mengusap wajah untuk sekedar menenangkan diri. "Lo kemana?" ujar Dandy.

Eren. Tiba-tiba pemuda itu berpikir Agatha ada bersama gadis itu. Konyol saja kalau Agatha akan pulang ke rumah mertuanya, dengan hari yang sudah gelap, seperti ini. Tidak! Bisa saja itu juga terjadi, dan mungkin Agatha akan melaporkan perbuatannya pada sang mertua, kalau sudah seperti ini, justru Dandy yang akan merasa malu nanti. Sekarang juga mungkin dia harus menyusulnya. Meski sebelum itu, Dandy akan pergi ke rumah Eren untuk memastikan keberadaan sang istri disana. Semoga aja.

Dandy kembali berlalu meninggalkan kamar milik Agatha lantas segera masuk kedalam kamar untuk sekedar mengambil kunci motor sebelum dirinya benar-benar meninggalkan rumah.

Skip_

"Hah?!" Eren membulatkan matanya lantas segera meletakkan minuman itu ke atas meja. Tentu satu pembahasan Agatha membuat ia ikut merasa murka. Apalagi saat Eren tau perempuan yang bernama Aira itu adalah pacar dari suami sahabatnya.

"Gila kali tuh orang." pekik Eren merasa tidak terima.

"Ya gue gak masalah dia punya pacar. Tapi yang bikin gue kesel apa salahnya sih kalau dia nganterin gue pulang dulu."

"Salah! Pokoknya dia itu salah banget Aga, lo gak bisa diemin dia kayak gitu. Lo harus bertindak.! Dia enggak boleh punya pacar sementara lo udah jadi istrinya dia!" tegas Eren lantas menatap serius ke wajah sahabatnya itu. Ck, Agatha berdecak dan segera bangkit tempat duduknya dengan melangkah membelakangi Eren.

"Gue harus gimana? Gue juga enggak ada hak ngatur-ngatur perasaannya diakan." lirih Agatha.

Mendengar itu, Eren ikut bangkit lalu melangkah menghampiri Agatha yang terdengar putus asa. Kali ini Eren berkerut dahi menatap Agatha dengan pikiran yang mulai aneh menguasai dirinya. "Gini aja deh, jujur sama gue?" ucap Eren.

"Jujur apa?" sahut Agatha gugup.

"Lo punya perasaan apa sih sama Dandy?" tanya Eren. Ha! Agatha membuang tatapannya setelah mendengar ucapan Eren yang mulai mencurigainya.

"Jujur sama gue Agatha. Kalau lo kayak gini terus, gue juga enggak bisa bantuin apa-apa sama lo." ucap Eren. Beberapa detik, Agatha mengangguk pasrah, gadis itu kini mengakui pada Eren kalau dirinya sedang jatuh Cinta pada sang suami.

"Wajar kok, dia suami lo." kata Eren lirih.

"Tapi, apa yang harus gue lakuin? Dia bahkan enggak ngerti kalau gue kayak gini karna gue cemburu." tanya Agatha. Kali ini kembali air mata gadis itu terurai, dengan suara yang mulai terdengar serak dan putus asa.

Eren segera memeluk tubuh Agatha lantas mengusap punggung gadis itu pilu. Tak sampai disitu, kini Agatha ikut membalas pelukan Eren sembari menangis sesenggukan dalam pelukan hangat itu.

"Lo yang sabar ya Aga, gue akan bantuin lo buat bilang yang sebenarnya sama cowok itu." ucap Eren. Agatha melepaskan pelukan itu lantas menatap takut ke arah sahabatnya itu. Agatha menggeleng cepat, mengisyaratkan Eren untuk tidak mengatakan apa-apa pada pemuda itu. "Tapi kenapa?"

"Semuanya akan berubah kalau dia tau yang sebenarnya."

"Bukannya itu Bagus, agar dia ninggalin Aira sesegera mungkin."

"Lo enggak tau Eren, dia sangat mencintai Aira. Kalau sampai dia tau gue suka sama dia, dia bakalan ngejauhin gue." lirib Agatha.

"Tapi lo enggak bisa terus-terusan kayak gini. Mau sampai kapan lo mendam perasaan itu ke dia? Heh!  Sampai kalian bercerai dan enggak ada yang mengalah akan perasaan masing-masing.?!" tegas Eren.

"Please.!" lirih Agatha sembari menangkup kedua tangan Eren.

Tiba-tiba.

"Agatha."

Suara itu, membuat Agatha sedikit panik, lantas cepat-cepat gadis itu menyeka kasar air matanya. Untuk beberapa detik kemudia, Dandy masuk ke dalam rumah Eren dan mendapati sang istri dan Eren berada disana. Dandy menatap lirih dan melangkah untuk mendekati Agatha.

"Mau ngapain lo kesini?!" tanya Eren sinis.

"Gue mau ngobrol sama Agatha, gue harus bawa dia pulang kerumah." ucap Dandy.

"Kenapa? Tiba-tiba, lo takut orangtua lo tau kalau lo udah memperlakukan Agatha enggak baik?"

"Ngomong apa sih lo." tanya Dandy lantas segera meraih tangan Agatha untuk menariknya pulang. Cepat-cepat gadis itu kembali menampik dan menatap sinis ke wajah Dandy.

"Lepasin gue.!"

"Agatha, gue minta maaf kalau gue nyakitin lo. Tapi lo harus pulang ke rumah."

"Dandy udah deh..."

"Eren." tegur Agatha. Gadis itu mengisyaratkan Eren untuk segera meninggalkan dirinya dan Dandy ditempat itu. Melihat itu, Eren mengangguk lantas segera berlalu meninggalkan keduanya.

"Sorry Aga, harusnya gue enggak ngomong kayak tadi. Dan gue, gue gak bermaksud untuk..."

Tanpa menunggu, gadis itu segera berlalu meninggalkan Dandy dengan perasaan sesak. Untuk kesekian kalinya, Agatha mengusap kasar pipinya dan menghela napas pelan.

"Agatha.." ucap Dandy sembari meraih tangan Agatha. "Lepasin gue! Gue bisa pulang sendiri.!" sinis Agatha lantas mendorong tubuh Dandy untuk menjauh darinya.

-

Sedikit demi sedikit, tanpa sepengetahuan Agatha, Dandy membuntuti jalan gadis itu dengan melajukan motornya perlahan. Sementara Agatha melangkah dan sesekali berjongkok di tepi jalan Raya, terdengar samar-samar suara isak tangis dari gadis itu ke telinga Dandy. 'Maafin gue Aga.' batin Dandy.


Tbc! Gimana part ini? Tinggalkan like+komennya ya. Buat semangatin Author. 😍😘

Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang