part 28

12.3K 473 15
                                    

Setelah beberapa hari berlalu. Keadaan masih sama seperti sebelumnya, Agatha juga tetap mempertahankan sikap dingin pada dirinya untuk sang suami. Padahal sudah beberapa hari itu Agatha sudah tidak lagi tinggal dirumah orangtuanya.

Situasi ini membuat Dandy merasa aneh dan bersalah, bukankah seharusnya hal ini hanya terjadi untuk sesaat? Tapi, semakin Dandy ingin memperbaiki semuanya justru keadaan semakin memburuk. Hubungan mereka masih belum mampu menjelaskan kedepannya akan seperti apa?

-

Bel istirahat berbunyi, seluruh siswa/i terlihat berhamburan keluar kelas. Hanya ada beberapa yang memilih untuk melanjutkan tugas sekolah, adapun yang bergegas untuk mengistirahatkan dirinya didalam kelas sembari menempelkan earphone ke telinganya.

"Keluar kelas yuk?" ajak Eren lantas mengecek uang saku miliknya, sebelum ia benar-benar meninggalkan kelas. Sementara Agatha masih sama memposisikan dirinya dengan baik lantas kembali membuka buku komik Conan edisi terbaru. "Enggak ah, gue lagi males. Didalam kelas aja," ucapnya acuh.

"Yaelah, masa mau disini aja sih? Kan enggak biasanya lo mau tinggal dikelas kalau udah jam istirahat," keluh Eren.

Kali ini Agatha ikut terpancing untuk merespon gadis itu, tapi dengan cara yang berbeda, ia justru tidak beranjak dari tempat duduknya dan mengalihkan pandangannya ke bagian pintu kelas. "Lucky.!" teriak Agatha. Lucky berbalik dan mendapati Agatha melambai tangan ke arahnya. Tidak biasanya. Tanpa berpikir, Lucky melangkah mendekati bangku milik Agatha, menatap gadis itu dengan pertanyaan yang hanya tersimpan di kepalanya.

"Nih, Eren katanya dia mau ke kantin sama lo." Agatha melihat ke arah gadis itu, lantas mendapati raut wajah keterkejutan Eren yang cepat-cepat menggeleng sebagai tanda tidak membenarkan ucapan sahabatnya itu.

"Yaudah, yuk bareng," kata Lucky dengan meraih tangan Eren untuk mengajaknya keluar kelas.

"Tapi gue..."

"Udah, sana.." kekeh Agatha.

Disamping itu, sejak tadi Dandy memperhatikan sang istri dari jarak jauh, lantas membuatnya ikut tersenyum. Setelah Lucky dan Eren berlalu, kini ia kembali memberanikan diri untuk menyapa Agatha. Meski ketakutan sedikit mencuat dari dalam dirinya, setidaknya ada rasa kesedihan yang lebih besar lantas hal itu mampu mendorong tekadnya untuk mengajak Agatha berdamai.

Melihat Dandy dengan enteng mendudukkan dirinya dibangku depan, membuat Agatha menatap malas lalu kembali dengan buku bacaan miliknya yang sudah berada ditangannya sejak tadi.

"Sekarang gue ngerti, enggak seharusnya lo bertemu dengan Aira waktu itu," ucapnya dengan menatap lirih ke wajah Agatha yang tertutupi dengan buku bacaannya. "Tapi asal lo tau, kalau lo marah soal nomor telfon, gue mau memperjelas satu hal.  gue enggak pernah kasih nomor lo ke Aira, dia ngambil sendiri dari hp gue."

Puk!

Agatha menghela napas berat, lantas beberapa kali berdecak tak suka. Sebenarnya ia tidak lagi ingin membahas hal itu, dan memilih menghindar dengan caranya. Tapi kalau sudah seperti ini, tentu Agatha tidak tinggal diam. Sorot matanya kembali jatuh pada Dandy yang terus memaksanya untuk berucap.

"Kalau emang seperti itu, gue enggak salah menganggap lo udah punya hubungan sejauh itu kan?"

Kali ini Dandy turut diam lantas perlahan mengusap wajahnya. Entah harus seperti apa lagi menjelaskan semuanya pada Agatha yang sudah menganggapnya buruk.

"Agatha, kalau gue bisa membuat keputusan sebelumnya. Gue mau kita seperti dulu, enggak ada hal yang menghalangi kita untuk berbicara dengan perasaan senang, walau pada akhirnya selalu berakhir dengan pertengkaran kecil." Dandy terdiam sesaat, menatap setiap titik pada wajah gadis itu lantas setelahnya kembali berucap.

Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang