Bahagia atau kecewa?

15K 520 20
                                    

Sore itu...

Setelah perjalanan cukup jauh yang ditempuh murid SMA pertiwi, khususnya kelas XI IPA kini sampai lah mereka ditempat yang ingin dijadikan untuk bahan praktek Biologi nantinya. Ibu Cintya, salah satu guru pembimbing kelas tersebut kini lebih dulu berdiri sekedar untuk memberikan aba-aba pada seluruh siswa-siswi yang hadir bersamanya.

Tentu hal ini mestilah dilakukan, agar kiranya murid-murid tidak sembarang untuk melakukan hal-hal yang akan menimbulkan bencana atau celaka untuk dirinya. Sembari mendengarkan penjelasan Ibu Cintya Agatha juga tak segan untuk merenggangkan otot-ototnya yang sempat terasa keram dan kaku, bahkan ada beberapa murid lain yang juga melakukan hal yang sama. "Oke. Sekarang kalian mengerti kan anak-anak.!" teriak Ibu Cintya begitu bersemangat.

"Iya buu.!" sahut semua murid yang juga sangat kompak.

Dilanjutkan, satu-persatu siswa/i turun dari atas bus tak terkecuali Eren. Sedangkan Agatha masih asyik mendahulukan seluruh siswa/i untuk turun lebih dahulu, dan bayangkan saja. Jika Agatha masih belum turun dari atas bus tentu Dandy pun ikut terkungkung disisi Agatha. Tidak masalah, selama pemuda itu masih merasa Agatha bersamanya.

Entahlah. Apa yang sedang keduanya pikirkan. Terlebih si Agatha gadis 16 tahun itu tak hentinya senyuman merekah yang terbit begitu saja dari kedua sudut bibirnya. Dengan perlakuan Dandy yang manis selama berada di bus tersebut. Rasanya tidak ingin saja beranjak dari tempat itu untuk sedikit lebih lama melihat perlakuan Dandy yang berbeda dsri biasanya. Loh,bukankah itu sudah dilakukan Dadny sebelumnya? Ah, Agatha bergumam sendiri. Seharusnya terulang. Pikir Agatha.

"Agatha. Oe!" teriak Dandy.

"Paan sih lo?"

"Apaan? Eh, semua udah pada turun. Iya gue tau gue asik kan, makanya lo masih mau berlama-lama sama gue didalam bus." ucap Dandy begitu percaya diri.

Memang. Apa yang dikatakan Dandy itu semuanya benar, tapi jelas Agatha adalah perempuan yang sangat gengsi untuk mengatakan atau bahkan memuji kebaikan Dandy, bisa-bisa tingkat kepercayaan diri pemuda itu tidak akan terkontrol karna rasa senang Agatha.

"Apa?! Enak aja, gue disini duduk ngeliat anak-anak udah pada turun atau enggak. Bukan mau berlama-lama sama lo, gak penting banget gitu. Lagian gue begini karna gue gak mau desak-desakan turunnya." sahut Agatha.

"Yaudah deh, gue tarik ucapan gue. Setidaknya gue ngebuktiin sama papah kalau gue adalah orang yang baik. Orang yang bisa ngejaga lo. Iyakan?"

Mendengar itu. Agatha tertegun, kali ini ia bahkan tidak bisa membalas semua ucapan Dandy. Setelah pemuda itu menjadikan dirinya bak Ratu atau Putri, untuk beberapa jam dan ketika mendengar bahwa perlakuan Dandy yang manis hanya karna mau membahagiakan sang ayah mertua, sedikit membuat dia tersinggung dan kecewa.

"Ma.maksudnya?" tanya Agatha, meyakinkan agar Dandy menarik ucapan yang tadi.

"Iya, lo masih inget kan. papah gak suka kalau gue memperlakukan lo seperti teman, papah mau kalau kita itu bisa menjadi suami-istri yang baik. Yaa, setidaknya sampai waktu yang kita tentukan. Gak mau aja gue, kalau nanti kita pisah papah gak pernah ngeliat kita mesra. Iyakan?" kata Dandy tanpa merasa bersalah.

Agatha tersenyum hambar, setelahnya gadis itu bangkit dan segera melangkah meninggalkan Dandy yang masih terduduk dikursi bus. 'Jangan lagi, emang lo siapa sih Agatha? Lo sendiri yang minta persetujuan Dandy bakal bercerai sampai waktu yang lo tentukan bersama dia? Kenapa lo malah kecewa?' batin Agatha.

📖📖📖

Setelah beberapa siswa membangun tenda sore tadi, kini mereka mempersiapkan diri untuk berkumpul ditengah-tengah api unggun, tentu diiringi dengan makan malam yang sudah disediakan sekolah. Tujuannya untuk menciptakan suasana persaudaraan antara siswa/i lainnya.

Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang