'Ternyata begini rasanya sakit hati karna orang yang kita cintai?' Agatha bergumam sembari ikut membaringkan tubuhnya diatas ranjang. Gadis itu terlalu lelah menahan sakit dalam bentuk perasaan. Dan sekarang, dia berniat (lagi) untuk melupakan apa yang didengarnya tadi dari mulut Dandy.
Agatha berpendapat bahwa dialah yang memulai sikap dingin itu pada Dandy, dan sekarang ia hanya bisa menatap punggung Dandy yang mungkin akan terus membelakanginya entah sampai kapan.
Kembali berada dirumah mertua, Agatha berpikir akan lebih baik daripada harus berpisah sementara dengan Dandy, setidaknya jangan ada sikap dingin anatara mereka, bisa-bisa berpisah pun akan terasa menyesakkan kalau terus seperti ini. 'Kenapa sih Aga lo enggak bisa lagi nyelesaiin masalah dengan cepat. Bukannya lo paling ahli memecahkan suatu masalah apapun? Kenapa sekarang lo malah kalah sama perasaan lo itu. Lo enggak boleh terus-terusan kayak gini. Lo harus cari biar enggak ada diam-diaman antara lo sama Dandy.' Agatha terus menepuk pipinya smbsri mengayunkan kedua kakinya yang masih terbungkus sepatu.
Khayalan Agatha terhenti seketika saat mendengar seseorang menutup pintu dengan sangat keras. Gadis itu memalingkan wajahnya ke arah pintu lantas kembali bangkit dari ranjang untuk memastikan siapa orang dibalik suara itu.
Diam-diam Agatha membuka pintu kamarnya dan mendapati pintu kamar Dandy tertutup rapat. Benar saja, seseorang yang baru tiba dengan membawa kekesalannya masuk ke rumah tersebut. Meski merasa kurang nyaman, tapi Agatha tidak bisa berbuat, toh ini juga rumah milik Dandy dan keluarganya kan?
-
Sore itu..
Agatha tidak tau harus bersikap seperti apa sekarang? Mau mengajak bicara Dandy juga mungkin akan kembali mendapatkan perlakuan yang buruk seperti disekolah tadi.
Gadis itu menghela napas berat sembari menyandarkan kepalanya ke tembok, dan menatap lirih ke arah Dandy. Untuk beberapa detik Agatha berpikir lebih baik jika dirinya ikut dan mencoba kembali berbicara pada Dandy.
"Nonton apa?" tanya Agatha asal. Alih-alih menjawab pertanyaan itu justru Dandy mendengus tak mengeluarkan sepatah kata pun lantas kembali memutar bola matanya malas dan melenggang pergi dari sana.
"Kenapa sih lo?" tanya Agatha.
"Lo mau nonton kan? Nonton aja, gue juga udah mau masuk kamar." ucap Dandy tanpa berbalik ke arah gadis itu sekalipun.
"Bukan itu yang gue maksud, kenapa lo ngehindar gini dari gue?"
"Siapa yang menghindar? Gue lagi males ngobrol aja." ucapnya. Kali ini tanpa menunggu Agatha membalas ucapannya, Dandy segera melangkah masuk kedalam kamar. Lagi-lagi Agatha tidak berhasil membujuk Dandy untuk itu, justru malah membuat gadis itu salah tingkah, Agatha berpikir seandainya kedua orangtua Dandy ada disini, mungkin dia bisa melihat pemuda itu bicara padanya meski dalam keadaan terpaksa.
**
Malam itu. Entah kenapa Dandy justru mengunjungi Agatha ke kamarnya, meski tidak banyak bicara dan hanya tersenyum kikuk ke arah gadis itu tapi sudah membuat Agatha ikut lega bahkan bahagia.
Pemuda itu mendapati Agatha duduk dengan menopang dagunya, malas. Tangannya tak berhenti mencoret-coret buku tidak jelas.
"Sibuk?" tanya Dandy.
"Enggak." sahut Agatha lantas ikut tersenyum ke arah pemuda itu sembari menepuk-nepuk tangannya ke paha.
-
Dandy menyodorkan minuman berkaleng pada Agatha yang menunggunya diteras. Sebenarnya Agatha sedikit merasa bingung melihat perubahan Dandy yang signifikan. kalau pun ada masalah seharusnya Dandy bisa bersikap lebih terbuka daripada harus mendiaminya dari pagi tadi. Ada rasa bersyukur karna hal itu, setidak-tidaknya Agatha tidak harus menahan diri dengan rasa kecewanya dalam waktu lama.
"Makasih." kata Agatha. Mensnegar itu Dandy hanya tersenyum lantas ikut duduk disisi gadis itu.
"Lo enggak pa-pa?"
"Eh." Agatha berbalik dengan menatap bingung ke arah Dandy ketika satu pertanyaan yang seolah-olah pemuda itu tau, kalau memang dirinya sedang tidak baik-baik saja.
"Sorry."
"Perihal?"
"Udah deh. Lo enggak usah ecengin gue kayak gitu." celetuk Dandy.
"Oh."
"Dan gue juga minta maaf soal yang ditaman itu. Harusnya gue gak ngebiarin lo pulang sendiri, tapi gue gak ngerti kenapa gue malah enggak nahan lo disana. Gue masih asik mikirin pertanyaan lo..."
"Udah." potong Agatha. "Lo enggak usah ngelanjutin itu, lagian malu banget gue nanyain hal konyol itu sama lo." lanjutnya sembari meneguk kembali minuman kaleng sekedar untuk membuang rasa nerveous dalam dirinya.
"Loh. Enggak apa-apa kali, itu kan hak lo nanyain sesuatu yang mengganjal dalam pikiran lo. Sekarang gue mau jawab itu..." kata Dandy.
"Dandy udah deh, gue juga enggak jadi kan tanyain hal itu."
"Tapi gue mau."
"Dih, terserah lo lah. Gue mau masuk aja kalau gitu." ucap Agatha lantas segera berdiri untuk bersiap-siap melangkah masuk kedalam rumah. Tapi dengan cepat Dandy mencekal pergelangan tangan Agatha dan mengisyaratkan gadis itu untuk duduk kembali.
Lagi-lagi mereka terdiam, asik bermain dalam pikiran masing-masing. Sesekali Agatha menghela napas lantas diam-diam memperhatikan Dandy yang duduk tepat disisinya.
Kalau sudah seperti ini, Agatha tidak merasa ada beban. Setidaknya gadis itu tidak lagi mendapati Dandy dengan sikap dinginnya. Menyesakkan.
"Kalau semisalkan lo suka sama gue.."
"Dandy.."
"Ya, gue dengan senang hati menerimanya, toh enggak ada ruginya, bukannya suami-istri emang harus saling mencintai. Iyakan?"
"Trus kenapa waktu itu kamu diem? Enggak jawab seperti ini.?"
"Oh itu? Takut aja gue salah ngomong. Makanya diem. Bingung juga, tiba-tiba pertanyaan lo buat gue jadi serba salah. Hihi." cengir Dandy.
Agatha diam mendengarkan. Dengan tersenyum hambar ke arah Dandy, apapun itu jangan sampai membuat jarak antara dia dan pemuda itu. Lebih baik.
"Yaudahlah. Btw Tadi kemana?" tanya Agatha tiba-tiba
"Eh.."
"Tadi, katanya lo mau pergi kesuatu tempat. Kemana?" terang Agatha.
"Oh. Enggak jadi pergi."
"Kenapa?"
"Enggak. Tiba-tiba gue kepikiran aja mau langsung pulang. Lagian enggak ada orang dirumah." timpal Dandy lantas memasukkan kacang polong kedalam mulutnya.
"Oh iya. Emang papah sama mamah lo kemana sih?" tanya Agatha lagi dengan melihat setiap sisi rumah itu, sedikit terasa hampa kalau tidak ada Sandra dan Antoniyo dirumah itu.
"Pergi. Tinggal kita berdua deh." kata Dandy polos.
Deg! Ada kecanggungan yang mereka rasakan ketika Dandy berhasil melontarkan kalimat terakhir. Keduanya justru semakin salah tingkah dan membuang muka tidak saling menatap.
"Agatha." panggil Dandy.
"Ada apa?"
"Ma.masuk yuk, makin enggak enak disini." kata Dandy gugup.
"Masuk, oh iya. Hayuk.." sahut Agatha yang kini lebih dulu masuk kedalam rumah tanpa berbalik ke arah Dandy.
Entah. Dandy justru menyesali dengan tawarannya itu. Seharusnya bisa lebih lama berdua dengan sang istri. 'Kenapa rasa malu gue harus datang sekarang sih? Aargght Dandy!!! berdua sama Aira aja bisa lama-lama. Kenapa lo takut berdua sama Agatha. Bodoh ah.!!' batin Dandy frustasi seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Tbc!
Fix! Mood nulis author lagi ok banget. Btw gimana part ini? 😄😅
Tinggalkan like+komentarnya dong buat semangatin Author. 😘😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Muda
Teen Fiction(TAMAT DAN LENGKAP) Star. 2 Mei 2018 End. 17 oktober 2018 Rank : 194 dalam humor. (Dan Beberapa kali enggak tercatat) salah satu siswi yang berwajah manis dengan sifat yang tomboy harus merasakan menikah di usia yang baru saja menginjak 16 tahun...