Agatha mengayunkan tubuhnya perlahan diatas sofa sembari menaruh tas ransel miliknya disembarang tempat. Ya, saat ini gadis itu sudah berada dirumah keluarga Damoy seperti izinnya pada sang ibu mertua untuk mengunjungi rumahnya itu.
Meski begitu, pikiran tentang kejadian dirumah mertua masih terus menghantuinya, kejadian dimana ia sakit tanpa sepengetahuan kedua orangtuanya lantas membuat Agatha bersyukur karna tak terdengar sampai ke telinga Elisa dan Danial.
Saat itu juga tidak ada yang perlu Agatha khawatrikan, karna ibu dan ayah mertuanya merawat ia dengan sangat baik.
"Bosen lagi disana?" Elisa ikut mendudukkan dirinya disamping gadis itu lantas menatap si putri bungsunya dengan penuh tanda tanya. Agatha menggeleng, lantas tersenyum ke arah sang bunda.
"Mau aja, emang nggak boleh ya kalau Aga pulang kerumah ayah sama bunda Agatha?" Agatha balik bertanya.
"Ya bukan begitu, kan enggak enak sama mertua kamu itu. Nanti dikiranya bunda lagi yang minta kamu untuk ijin kesini."
"Enggak kok bun. Lagian kalau Agatha pulang kesini mereka akan marah sama sahabatnya sendiri?"
"Namanya kalau udah jadi besan harus profesional dong, resikonya nikahin anak sama anak sahabatnya ya begitu. Enggak ada kata temen." tutur Elisa sembari meraih tas ransel milik Agatha yang masih tergeletak dilantai. Ck, perempuan paru baya itu berdecak memperhatikan si Putri bungsunya yang belum melepaskan seragam sekolah dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Gih sana kamu masuk kamar dulu, itu sepatu aja belum dicopotin."
Agatha terkekeh pelan dan perlahan mengeluarkan sepatu dari kedua kakinya. "Lupa bunda." katanya lantas segera berlalu meninggalkan Elisa yang masih terduduk diruang tamu.
-
Berapa kali pun gadis itu mengelak untuk tidak ingin melihat Dandy, faktanya pemuda itu selalu berhasil menguasai pikirannya. 'Gue bahkan enggak tau mau ngelakuin apa tentang hubungan kita Dan.' Agatha bergumam sendiri.
Mungkin. Seandainya saja Dandy bisa menetapkan pilihannya pada Agatha, mereka tidak perlu membuat jarak atau dinding dalam hubungan mereka, nyatanya jelas sekali Dandy tidak mungkin melakukan itu, gadis yang dicintainya adalah perempuan yang tidak ada sangkut pautnya dengan dia.
Kalau sudah seperti ini, tentu Agatha harus mempersiapkan diri untuk kehilangan Cinta pertamanya.
Gadis itu menghela napas lantas segera bangkit dari ranjang tidurnya dan menghampiri tas ransel untuk sekedar mengambil ponsel yang tidak tersentuh sejak pagi tadi.
Agatha mengutak-atik ponsel lantas melihat pesan watsapp dari nomor yang tidak dikenalnya. Agatha berkerut dahi ketika tau beberapa kali nomor itu melakukan panggilan ke nomor wa nya. Siapa sih?
'Ini Agatha? Aku Aira. kita bisa bertemu disuatu tempat? Balas pesanku kalau kau mau.' satu pesan yang mampu membuat gadis itu spechless seketika. Agatha menelan kasar salivanya, lantas berpikir keras tentang pesan itu, lagipun darimana Aira mendapatkan nomor wa miliknya kalau bukan dari Dandy sang suami. Benar saja, hubungan mereka bahkan sudah sejauh itu. Pikirnya.
Perasaan sesak didadanya perlahan kembali menggerogotinya. Bagaimana pun juga Dandy tidak perlu melakukan hal ini, sampai memberikan nomor pribadinya ke orang ketiga dalam hubungan mereka itu. Keterlaluan bukan?
Baiklah. Karna gadis itu tidak ingin terlihat lemah, Agatha akan membuktikan bahwa semuanya memang baik-baik saja. Jangankan untuk bertemu 4 mata dengan pacar Dandy itu, ada Dandy disana pun ia tidak akan mundur.
📖📖
"Maaf-maaf, aku buru-buru."
Setelah tanpa sengaja menubruk tubuh pria yang ada dihadapannya Agatha kembali melangkah menuju pintu kafe. Pria itu berusaha mengenali wajah Agatha, untuk beberapa detik kemudian ia tersenyum lantas kembali berlari menghampiri Agatha yang sudah hampir di ambang pintu masuk kafe tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Muda
Fiksi Remaja(TAMAT DAN LENGKAP) Star. 2 Mei 2018 End. 17 oktober 2018 Rank : 194 dalam humor. (Dan Beberapa kali enggak tercatat) salah satu siswi yang berwajah manis dengan sifat yang tomboy harus merasakan menikah di usia yang baru saja menginjak 16 tahun...