Agatha terdiam menatap anggota keluarga barunya bersantap sarapan bersama-sama dimeja makan. Hal itu memanglah biasa terjadi dalam rumah tangga, tapi hari ini. Pertama kalinya Agatha benar-benar merasa aneh, dirinya begitu canggung berada ditengah-tengah keluarga Basloom untuk pagi itu.
Tidak pernah terpikir merasa malu yang luar biasa yang pernah dirasakan perempuan itu, bahkan oleh seorang Dandy yang setiap harinya bersama di sekolah.
Melihat menantunya hanya berdiri dibelakang Dandy membuat Sandra ikut berdiri lantas melangkah menghampiri Agatha disana. Sandra tersenyum tipis.
"Sarapan dulu, abis itu berangkat sama Dandy ke sekolahnya ya." ungkapnya. Sandra meraih tangan Agatha dan menuntunnya ikut bergabung dengan anggota keluarga lainnya.
"Udahlah, mamah gak liat kalau dia itu gengsi mau duduk bareng sama suaminya." celetuk Dandy sembari menyendokkan masuk nasi goreng kedalam mulutnya begitu acuh. Diikuti dengan mata sinis milik sang Ayah yang ditujukan pada Dandy.
"Jaga ucapan kamu! Sekarang itu kamu harus bertanggung jawab sama dia, dia itu Istri kamu." kata Anton, seseorang yang tidak lain adalah ayah mertua Agatha.
"Apaan sih pah, lagian aku sama Agatha juga sering ejek-ejekan disekolah." sahut Dandy tidak mau kalah.
Memang. Pemuda itu memang tidak pernah berniat mengolok-olok Agatha dengan serius, meski terkesan jahat dalam setiap gangguannya. "Kali ini lo bisa menang dari gue, tapi kalau disekolah, atau lo nginep dirumah ayah sama bunda gue. Abis lo Dan.!" ucap batin Agatha.
-
Hening. Empat anggota keluarga itu hanya asik dalam sarapan mereka masing-masing, meski dari tadi kaki Agatha bergerak melawan perlawanan dari kaki milik sang suami. Tidak ada yang tau kalau sejak tadi pasutri itu malah bertengkar lewat bawah meja, kaki Dandy tak hentinya menendang kaki Agatha, membuat gadis itu meringis sesekali.
Tak sampai disitu, kedua pasang mata milik Dandy dan Agatha beradu, seakan-akan gadis itu tidak tahan untuk segera menumpahkan minyak tanah ketubuh Dandy dan membakarnya saja. Dan...
"Aww.!" ringis Agatha akhirnya.
"Kamu kenapa sayang? Apa terjadi sesuatu?" ucap Anton.
"Gakpapa om, eh yah. Aga hanya merasa pegel-pegel." balas Agatha asal. Mendengar itu, Anton dan Sandra saling melempar tatapan senang. Entah, senang saja mendengar sang menantu sedikit merasa pegal.
"Kenapa pah mah? Kok kalian justru senyum-senyum gitu denger Agatha pegel?"
"Ah, gakpapa.. Papah hanya seneng, dan kamu Dan, kamu jangan terlalu kasar sama istri kamu. Kalian kan masih SMU." kata Anton ikut dengan senyuman nakalnya.
"Ah! Kalian mengkhawatirkan itu? Huft.. Dandy juga selalu bersikap kasar kok sama dia. Dia juga sama." kata Dandy polos. Kali ini Agatha tidak lagi bisa tinggal diam, gadis itu lantas menghentakkan sendok dan juga garpu makannya dengan kesal.
"Pah mah. Dandy itu emang kasar, dia gak tau jadi laki-laki yang sejati. Dia selalu bermain kasar, suka berteriak dan.."
"Hey! Kayak kamu gak pernah teriakin aku aja disekolah. Kita sama kali.."
"Eh apa.. Kamu?!" peraduan mulut antara keduanya malah semakin memanas, dengan cepat Sandra ikut melerai peraduan mulut antara anak dan menantunya. Mereka bahkan tidak mengerti maksud dari ucapan orang dewasa.
"Aga Dandy! Stop! Kalian jangan seperti anak kecil dong. Bukan itu yang mamah papah maksud." kata Sandra menatap keduanya sembari menggeleng pasrah.
"Udah-udah, dilanjut lagi sarapannya. Setelah itu kalian akan papah anter ke sekolah bareng." sambung Anton ikut menggeleng pasrah melihat Agatha dan Dandy bergantian.
Skip_
Agatha menatap lamat Dandy dengan memikirkan kejadian pagi tadi. Bisa-bisanya Dandy begitu bebas tertawa dengan teman lainnya sedangkan Agatha berpikir akan pernikahan mereka. Dan bagaimana mungkin seorang Dandy akan menjadi suami yang baik seperti ucapan Eren padanya.
Melihat tingkahnya yang mau menang sendiri, kasar dan suka berteriak. Tidak mungkin akan berubah menjadi malaikat pelindung untuknya, konyol sekali kalau Agatha berharap hal itu terjadi pada diri Dandy yang terbilang masih kekanakan. dalam pikirannya saja Dandy adalah orang menyebalkan ter-nomor satu, bagaimana kenyataan?
"Eh Aga." sapa Eren yang sedari tadi memperhatikan sahabatnya itu terus menatap ke arah Dandy.
"Eh.."
"Kenapa lagi sama tuh orang?"
"Siapa?"
"Ya dia. 'Suami lo.' kali ini pandangan Agatha berhasil beralih ke Eren, bisikan yang begitu membara terdengar ke telinga Agatha.
"Eh, jaga ucapan lo. Gue sama dia bukan suami istri beneran. Kita hanya dijodohin. Jadi gue harap jangan pernah deh ngomong kayak gitu di sekolah. Mau muntah gue.!" tutur Agatha sinis.
"Gimana pun juga emang kenyataannya kayak gitu kan?"
"Eren apaan deh..."
"Yaa tapi..." tak sempat melanjutkan kalimat itu, suara ketukan pintu membuat Eren dan Agatha kompak berbalik kerahnya, lantas segera berdiri untuk memberi hormat pada seseorang yang berdiri disana.
"Maaf mengganggu."
"Selamat pagi pak." ucap Agatha.
"Selamat pagi pak.." sambung Eren.
Pak Surya melangkah menghampiri bangku milik Agatha lantas menyodorkan sebuah kertas putih, tentu hal itu membuat Agatha dan juga Eren berkerut dahi tidak mengerti.
"Kau tau kan? Sebentar lagi sekolah kita akan mengadakan perkemahan.?"
"Ha?!" ucap Eren dan Agatha kompak.
"Kenapa? Apa tidak ada yang tahu info penting ini?" tanya Pak Surya.
Kembali Keduanya kompak menggeleng.
"Yasudah. Kalau begitu bapak yang akan kasih tau kalian." kata Pak Surya. "Jadi, minggu depan sekolah kita akan mengadakan perkemahan untuk study tour menjelang akhir semester, jadi sebagai ketua kelas dan wakil ketua Osis, bapak harap Agatha tidak keberatan kalau bapak meminta tolong sama kamu agar mencatat setiap nama-nama siswa/i yang akan ikut nanti, terutama buat semua kelas 2 IPA." sambungnya.
"Tapi pak, bukannya ini tugas ketua osis ya?" ucap Agatha. Mendengar itu Eren ikut mengangguk setuju dengan usulan sahabatnya. Bukannya apa, jika Agatha sibuk sudah dipastikan Eren akan ikut serta dalam kesibukan sahabatnya itu, tentu hal ini akan memberatkan dirinya juga.
"Iya, tapi kan Doni ketua osis kita sedang mengadakan pertukaran pelajar di Jepang, jadi sebagai gantinya kamu yang diharapkan oleh guru-guru. Yaaaa, hitung-hitung membantu meringankan pekerjaan guru kan?"
"Oh-yasudah deh pak, gak masalah." ucap Agatha pasrah.
"Baik terimakasih ya Agatha. Kalau begitu bapak tinggal dulu, kalau ada yang tidak kamu pahami atau sedikit membutuhkan bantuan saya akan mengerahkan wakil ketua kelas untuk ikut membantu." ucap Pak Surya sembari tersenyum melangkah meninggalkan kelas perlahan.
Sementara Eren hanya bisa menatap sahabatnya iba. Benar-benar berat menjadi siswi yang diandalkan guru-guru.
-Nikah Muda-
Halo semua! Ada yang nungguin update an cerita ini gak? Kalau seneng sama ceritanya boleh minta vote dan komentarnya ya teman-teman. Biar semangat gitu lanjutinnya.
Ada kejadian seru dalam perkemahan mereka nanti! Penasaran?!
Dan
See you in the next part guys. Lup. 😅😅😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Muda
Fiksi Remaja(TAMAT DAN LENGKAP) Star. 2 Mei 2018 End. 17 oktober 2018 Rank : 194 dalam humor. (Dan Beberapa kali enggak tercatat) salah satu siswi yang berwajah manis dengan sifat yang tomboy harus merasakan menikah di usia yang baru saja menginjak 16 tahun...