Sandra mendudukkan dirinya di kursi sofa yang ada diruang tamu sembari menghembuskan napas gusar tentu karna kepulangannya yang sudah sejak tadi, tak seorang pun yang ia temui dirumah tersebut, bahkan anak dan anak menantunya tidak ada yang menghubungi dirinya.
Ikut dengan Anton yang sudah menghubungi ke rumah besan nya tapi mereka bahkan tidak ada disana. "Aduh bagaimana sih ini pah." celetuk Sandra yang kini kembali bangkit dari sofa itu lantas melangkah mendekati sang suami yang berdiri disisi pintu.
"Papah juga enggak tau ini, si Dandy juga hpnya enggak bisa dihubungi. Itu anak kemana sih?" sahut Anton lantas melirik ponsel yang dipegangnya, berharap Hp itu segera berbunyi.
Alih-alih, mendengar suara hp berbunyi justru yang ada suara seseorang yang menyapa dengan menggunakan salam.
"Assalamualaikum." keduanya kompak berbalik ketika mendengar suara itu, suara perempuan yang dikenalinya dan terdengar gugup, benar saja. Agatha berdiri tepat dihadapannya, wajahnya terlihat sedikit ketakutan dan tertunduk.
Cepat-cepat Sandra menghampiri sang menantu lantas memeluknya erat. "Kemana aja kamu malam-malam begini baru pulang, mamah sama papah khawatir banget sama kamu." celetuk Sandra.
"Maaf mah."
"Yasudah yasudah, intinya kan Agatha baik-baik saja. Trus, Dandy mana sayang?" tanya Anton lantas celingak-celinguk melihat kebelakang gadis itu. Tapi sama saja, Dandy tidak bersamanya. Mata Agatha mulai terlihat lesu dan merasa ketakutan akan keadaan mereka. Mengingat bagaimana dirinya sedang berjuang untuk tidak membahas tentang Dandy, tapi dengan kehadiran kedua orangtua sang suami sudah berada dirumah, dengan terpaksa gadis itu menyebutkan nama Dandy meski sedikit membuat hatinya sakit kembali.
"Maaf pah. Tadi Aga pulang sendiri, Aga juga enggak tau Dandy dimana." kata Agatha. Suaranya terdengar sedikit serak. Meski sebenarnya sejak tadi Dandy membuntuti gadis itu, tapi entah kenapa justru saat ini Dandy sudah tidak lagi berada dibelakang Agatha.
Mendengar itu, Sandra merasa terganggu dengan suara Agatha. Sandra menatap lamat gadis itu yang napasnya tersengal lantas matanya semakin sayu. Bagaimana pun Agatha menyembunyikannya tetapi perempuan yang sudah berkepala 4 itu tentu tau apa yang sedang terjadi pada Agatha.
"Kamu sakit? Kok kamu lemes gitu sih sayang?" tanya Sandra tiba-tiba.
Hah. Tak berhenti disitu, kini Anton turut memeriksa kondisi fisik Agatha yang memang semakin terlihat menurun. Dipegangnya dahi gadis itu lantas membuat pria tua itu terkejut setengah mati. "Astagfirullah. Badan kamu panas banget, Kamu itu sakit, kenapa kamu bilang sama Dandy buat ngerawat kamu.! Lagian, anak itu kemana sih, istri sakit begini malah keluyuran. Kalau sampai anak itu pulang. Saya akan buat perhitungan sama dia.!" sinis Anton.
"Enggak kok pah, Agatha enggak sakit. Ini juga bukan salah Dandy." elak Agatha
"Bagaimana bisa nak, badan kamu panas banget trus si Dandy pergi enggak tau kemana. Ayo-ayo, jangan banyak bicara sayang kita ke kamar kamu sekarang, dan langsung kompres aja." lanjut Sandra sembari memapah gadis itu. "Ta.tapi mah.." tak sempat kini Sandra dan Anton justru sibuk memapah sang anak menantu masuk kedalam kamar. Sementara diam-diam gadis itu kembali mengeluarkan kristal bening dari pelupuk matanya, lantas sedikit menahan napas berharap tak terdengar sampai ke telinga mertua, kalau dirinya sedang menangis.
-
Anton memeras kuat kain pengompres itu sebelum di tempelkan ke dahi Agatha, pria tua itu bahkan tak habis pikir dengan tingkah keduanya. Sementara Sandra ikut memijit kaki Agatha lantas bergumam sendiri menyaksikan Agatha lemas seperti itu.
"Papah menyesal pergi lama-lama tinggalin kalian berdua. Papah pikir Dandy akan menjaga kamu." lirih Anton sembari menyibakkan sedikit poni Agatha untuk menempelkan kompresan itu segera.
"Iya sayang, bagaimana mungkin sih. Dandy belum pulang juga sampai sekarang, hpnya enggak bisa dihubungi lagi." kata Sandra. Kali ini Sandra menghentikan aktifitasnya memijit Agatha lalu mengambil ponsel. Berharap ada kabar dari sang anak saat itu juga.
"Agatha enggak apa-apa kok pah, lagian masalah Dandy.. Mungkin dia cuma pergi sebentar, cari angin." Agatha bersusah payah mengeluarkan kata per kata untuk bisa berucap, tentu mendengar itu membuat Anton ikut iba.
"Sudah-sudah, kamu jangan banyak bicara sayang. Sudah minum obat, kamu istirahat. masalah Dandy nanti biar papah yang urus, yang penting kamu cepat sembuh supaya besok bisa sekolah. Lagipun, sudah lemes begini masih bisa membela anak itu." ucap Anton, yang terdengar sinis pada kalimat terakhir yang diucapkannya. Agatha tersenyum tipis dengan sisa air mata yang masih terlihat diujung mata sayupnya itu.
Agatha menutup matanya perlahan, meski pikirannya masih terus bekerja. Mengingat, tentang kejadian hari ini. Gadis itu merasa begitu lemah, tidak menyangka perasaannya yang sakit bisa membuat fisiknya ikut sakit.
Dan tentang, perpisahan itu? Bagaimana bisa dirinya mengatakan hal yang mungkin akan menyakiti pihak orangtua mereka kalau hal itu disampaikan sekarang?
Kedua orangtua Dandy pun terlalu baik padanya. Kalau harus mengikuti hatinya, justru akan membuat dua keluarga itu akan menjauh.
📖📖
"Nih." Aira menyodorkan sebuah selimut dan satu bantal untuk dipakai Dandy. Gadis itu tersenyum bahagia ketika melihat aang kekasih justru menginap dirumahnya.
Sementara Dandy ikut tersenyum lantas berterimakasih akan kebaikan Aira yang ingin menampungnya malam itu
"Kamu kalau ada apa-apa, harusnya memang sampaikan sama aku. Bukan yang lain." ucap Aira lantas ikut duduk disisi Dandy.
"Bukan itu Aira, aku hanya enggak mau ngelibatin kamu sama masalah aku."
"Memang kamu pikir, aku ini siapa kamu sih. Pake acara canggung canggung gitu? Justru aku mau kamu selalu melibatkan aku semua tentang kamu, bukti kalau kamu masih membutuhkan aku dalam hidup kamu." terang Aira yang kali ini ikut menyandarkan kepalanya ke bahu Dandy. Sedikit membuat Dandy terdiam, walau sebenarnya saat ini pikirannya masih dipenuhi dengan Agatha.
Sengaja. Dandy tidak pulang sampai ke rumah, takut saja apa yang dilakukannya hanya akan membuat Agatha semakin marah dan menjauh darinya. Setidaknya, Dandy sudah melihat pasti gadis itu masuk kedalam pekarangan rumahnya.
"Dandy.."
"Iya.."
Ck. Aira berdecak lantas segera membuang muka. Merasa sebal akan tingkah laku Dandy saat ini.
"Kalau ini tentang Agatha, aku justru berpikir kamu Cinta sama dia." ucap Aira.
Mendengar itu, cepat-cepat Dandy menampik perkataan Aira tentang gadis itu. Takut saja, hal ini justru membuat Agatha berada diposisi yang akan membuatnya semakin sulit.
"Aira. Aku enggak pernah berpikir buat mencintai dia, tapi kamu hanya enggak tau, kalau Agatha itu baik sama aku. Makanya, kalau aku buat salah sama dia, aku merasa seperti cowok yang enggak benar aja menghadapi masalah." ucap Dandy.
"Tapi aku benci sama dia." sinis Aira.
"Loh, kok benci sih. Kamu itu lucu deh, kamu bahkan enggak tau Agatha orangnya seperti apa, dan bisa membuat kamu benci sama dia? Dia baik kok. Mungkin kalau ketemu kamu, dia juga akan bersikap sama."
"Justru karna dia baik, makanya aku benci sama dia." ucap Aira.
"He, aku enggak ngerti deh sama kamu." kata Dandy. Aira kembali membetulkan posisi duduk lantas menatap dalam mata Dandy. Meski, gadis itu tau apa yang sedang dipikirkan Dandy, tak membuat ia ingin membahasnya lebih panjang.
Tentu kalimat Aira itu membuat Dandy kali ini terlihat bingung. Sementara Aira segera meraih tangan Dandy lantas di genggamnya erat.
"Janji sama aku, kamu enggak akan ngelepasin tangan aku, sebelum aku yang meminta buat ngelepasin kamu." ucap Aira.
Deg!
Tbc!
Selesai se-part juga, gimana part ini. Tinggalkan like+komentarnya ya buat authro. 😅😄😘😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Muda
Teen Fiction(TAMAT DAN LENGKAP) Star. 2 Mei 2018 End. 17 oktober 2018 Rank : 194 dalam humor. (Dan Beberapa kali enggak tercatat) salah satu siswi yang berwajah manis dengan sifat yang tomboy harus merasakan menikah di usia yang baru saja menginjak 16 tahun...