part 30

12.6K 484 28
                                    

Bukan seberapa sering kau bertahan, tapi seberapa sering kau mengabaikan. Itu akan lebih berharga dimata orang yang enggak tau diri.

Eren tidak menyangka akan reaksi Dandy yang terlihat begitu takut, setelah satu kalimat keluar dari mulutnya tentang janji Agatha dengan laki-laki lain. Sebenarnya memang hal ini yang ingin Eren lihat dari Dandy, dan juga, Eren tidak begitu takut karna ia bahkan sudah berpesan pada Agatha agar tidak memberi harapan apa-apa pada laki-laki lain selain Dandy. Bukan apa? Terbilang bagaimana Agatha sudah berkomitmen akan menjaga perasaannya sampai Dandy benar-benar menyadari sendiri tentang hal itu. Bukan kah Eren sahabat yang paling baik yang dimiliki Agatha?

"Bagaimana pun juga, gue yang tau tentang hubungan lo sama Agatha seperti apa? Ya tentu gue harus sampaikan ini kan," ujarnya dengan tersenyum penuh kemenangan ke arah Dandy. Laki-laki itu tampak berpikir keras, entah ia harus melakukan apa?

"Kenapa lo enggak cegah dia sih? Bukannya lo tau bagaimana hukumnya perempuan yang berselingkuh dalam agama?" tanya Dandy asal. Hal ini membuat Eren ikut terkekeh pelan lantas menggeleng. Gadis itu mengambil posisi lalu ikut duduk disisi Dandy, tawanya pecah seketika mendengar penuturan Dandy barusan.

"Gue sebagai sahabatnya hanya perlu memberi tau apa yang benar dan apa yang salah, kalau lo sebagai suaminya tentu bisa berpikir harus bagaimana sekarang? Iyakan?"

"Tapi, gue enggak mungkin cegah Agatha sedangkan gue..." Dandy menggantung kalimatnya, baru kali ini ia menyadari dengan apa yang dilakukan Agatha, ia sudah melakukannya lebih dulu. Tapi, kenapa justru saat Agatha berada diposisinya hati Dandy merasa remuk, dan tidak ingin hal itu terjadi.

Teringat bagaimana Lucky memberi nasehat padanya siang tadi tentang perselingkuhan itu, dan sekarang Dandy benar-benar tidak memilik hak atas keinginan Agatha untuk berkencan dengan laki-laki lain. Berkencan? Entahlah!

"Tau ah, gue pusing, mau pulang!" sinis Dandy sembari melangkah dengan tergesa-gesa untuk meninggalkan tempat itu. Sementara Eren, tersenyum bahagia dengan apa yang dilihatnya barusan. Bagus, ucap Eren.

**

Saat ini Dandy mondar-mandir didepan pintu kamar Agatha, sudah pasti kekhawatiran itu terus berlanjut ketika ia sudah tau apa yang akan dilakukan Agatha malam nanti.

Terlihat bingung, Dandy menelan salivanya alot lalu dengan penuh keberanian pemuda itu mengetuk pintu kamar Agatha perlahan.

Beberapa kali, tidak ada jawaban. Kali ini Dandy membuka pintu kamar Agatha pelan. Pemuda itu terkejut saat tau Agatha justru menyelimuti dirinya dengan selimut tebal. Dandy melangkah perlahan, memperhatikan setiap gerak-gerik Agatha. Tak sampai disitu, wajah pucat gadis itu terlihat jelas. Tidak ada gairah. Bibir mungilnya bergetar, disertai dengan mata tertutup.

"Agatha," sapanya. Kenapa? Apa dia sakit? Pikirannya berangsur menerawang, dengan menempelkan punggung tangannya ke dahi Agatha, kali ini Dandy benar-benar merasa kalau Agatha demam.

"Apa lo sakit? Agatha, lo mau gue bawa ke dokter?" tanya Dandy. Setengah sadar, Agatha menggeleng pelan lalu kembali menyelimuti tubuhnya dengan selimut tebal. Bagus tidak bagus, itu yang dirasakan Dandy ketika tau kondisi Agatha saat ini.

"Ayo bangun, kuatin diri kamu dan kita ke dokter," Dandy merangkul tengkuk Agatha lalu berusaha membantu gadis itu untuk bangkit dari ranjang tidurnya. tapi siapa sangka? reaksi Agatha justru terlihat bringas, gadis itu mengacak kencang rambut Dandy lalu terlihat air mata mulai mengucur keluar dari kedua bola matanya.

Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang