Kenapa?

12.8K 501 22
                                    

Siang itu. Semua murid sudah berada diatas bus untuk bersiap-siap meninggalkan tempat itu. Setelah hari yang cukup panjang dijalaninya, kini saatnya untuk mengistirahatkan diri meski masih dalam perjalanan pulang.

"Gue duluan ya." Eren, dan kedua teman Dandy berpamitan untuk lebih dulu naik ke atas, tentu Dandy mengangguk dan kembali melihat ke arah hutan, pemuda itu berdiri didekat pintu bus untuk menunggu Agatha yang mungkin masih bersiap.

"Oke, eh tempat yang ditengah itu, suruh jangan ada yang tempatin ya. Itu punya gue sama Agatha." sahut Dandy sedikit berteriak.

15 menit berlalu.

Dandy semakin bingung, tak kunjung terlihat gadis itu untuk naik ke atas bus. Sementara Dandy mulai berdecak tidak karuan. Dandy menghela napas pendek dan berniat kembali ke tempat perkemahan. 'Si cewek judes kemana lagi, buat gue khawatir aja deh.' gumam Dandy.

Dandy menggeleng pelan ketika melihat Agatha masih asik terduduk ditepi danau dengan menggendong tas ransel dipunggungnya. "Ck. Ditungguin juga, malah asik disini." ucap Dandy. "Udah balik ke bus yuk." sambung Dandy sembari meraih lengan Agatha, tapi siapa sangka, gadis itu dengan cepat menjauhkan tangan Dandy dari lengannya dan segera bangkit dari tempat ia duduk.

"Lo gak mau pulang?"

"Lo gak liat? Gue udah packing.!" sahut Agatha malas.

"Tapi lo gak naik-naik ke bus juga."

"Masih banyak kok yang gak naik bus, tuh anak kelas sebelah juga belum naik ke bus nya kan?"

"Yaudah gak usah bawel deh, udah yuk." kembali Dandy meraih lengan Agatha dan lagi-lagi gadis itu menepiskan rangkulan pemuda itu.

"Gak usah pegang-pegang, gue bisa jalan sendiri." kata Agatha lalu dengan cepat melenggang pergi dari hadapan Dandy. Sementara pemuda itu masih berkerut dahi melihat perubahan sikap Agatha yang tiba-tiba. 'Kenapa sih dia.' gumam Dandy.

**

"Minggir dikit." kata Agatha lantas sedikit menggeser Eren untuk segera duduk disisi jendela.

"Loh, tadi Dandy bilang lo.."

"Udah, gue mau disini. Gue mau duduk deket lo aja." ucap Agatha. Melihat itu, Dandy semakin merasa lain, entah kenapa perubahan sikap Agatha membuat dirinya ikut merasa bersalah.

"Aga. Gue udah siapin tempat duduk untuk kita. Kok malah disitu sih?" tanya Dandy.

"Suka-suka gue mau duduk dimana." kalimat terakhir Agatha sebelum ia menutup matanya untuk tidur. Entah dia menutup mata untuk benar-benar tidur atau hanya untuk menghindari Dandy yang masih berdiri disisinya.

Sudah cukup. Agatha tidak mau lagi terjebak dalam perasaannya sendiri. Kalau dia terus mempersilahkan Dandy mengurusnya, maka dirinya akan semakin susah untuk membuang perasaannya pada sang suami. Setidaknya, ia harus menjaga hati agar tidak lagi terjebak dalam kesalahpahaman Dandy memperlakukannya.

📖📖📖

Aira. Kembali gadis itu bertemu dengan sang kekasih yang sudah 3 hari tidak saling memberi kabar. Dengan keadaan berada ditengah hutan, tentu tidak memungkinkan untuk mereka bertukar kabar beberapa hari ini.

Sebenarnya pemuda itu tidak begitu merindukan Aira, tetapi justru Aira yang memaksa Dandy untuk bertemu dengannya di kafe malam itu.

"Gimana sayang study tour nya? Lancar?" tanya Aira sembari menyeruput jus jeruk yang dipesannya sejak tadi.

"Ah iya." sahut Dandy sekenanya..

Mendengar itu, Aira mulai merasa kesal dengan Dandy yang bersikap cuek padanya, bahkan bertanya kembali pun tidak. Apa yang dipikirkan tentang Dandy yang menyambutnya hangat sama sekali diluar dugaannya.

"Kamu kenapa sih?! Aku disini sama kamu, tapi justru pikiran kamu kayak kemana-mana?" tanya Aira kesal.

"Gakpapa kok, aku tuh lagi ada masalah kecil aja. Maaf ya kalau kamu ngerasa aku cuek hari ini."

"Iyalah kamu cuek, lagian kamu lagi ngadepin masalah apa sih?"

"Gak penting-penting amat sih, udah yuk kalau udah gak ada pembahasan lagi lebih baik kita pulang aja deh." ucap Rizky enteng.

Lagi-lagi kalimat itu membuat perasaan Aira semakin bertambah kesal. Tidak seperti biasanya, bahkan sebelumnya jika ada pertemuan antara mereka Dandy tidak pernah mau mengakhiri pertemuan itu, jika bukan Aira yang meminta. Tapi hari ini..?

Aira menelan salivanya kasar lantas menatap lamat ke arah Dandy. Entah kenapa perasaan Aira sangat yakin perubahan Dandy ada kaitannya dengan Agatha. Istri kekasihnya itu.

"Enggak! Aku gak mau pulang.!" tegas Aira. Berharap Dandy kembali bersantai ditempat duduk dan menghiburnya. Alhasil, cara itu berhasil membuat Dandy seperti yang diinginkannya.

"Yaudah, aku tungguin sampai kamu mau pulang." ucap Dandy.

"Aku gak mau pulang. Kalau kamu gak cerita sama aku."

"Mau cerita apa? Ini juga gak penting-penting amat dibahasnya." elak Dandy yang berusaha meyakinkan gadis itu.

"Mau penting atau gak penting, aku mau dengerin kamu ngomong masalah kamu sama aku." tegas Aira lagi.

Dandy tersenyum. Melihat Aira begitu kekeh ingin tahu semuanya tentang dirinya adalah hal yang disukai, terlebih gadis itu terlihat lebih cantik kalau sudah merajuk. Dengan cepat Dandy mengusap lembut pipi Aira berharap agar senyuman gadis itu tidak lagi disembunyikan karna kekesalannya pada Dandy.

Skip..

Arin berkerut dahi ketika melihat sang adik berdiri didepan pintu rumah dengan membawa tas ransel yang besar. Tanpa mengatakan satu kata Agatha segera masuk kedalam rumah milik orangtuanya untuk mengistirahatkan dirinya disofa.

Sementara Arin masih terlihat bingung melihat Agatha dengan keadaan seperti itu.

"Kamu kabur?!" tanya Aira lantas ikut duduk disisi Agatha.

"Siapa yang kabur sih?" tanya Agatha malas.

"Itu apa?" sahut Arin yang meyakinkan diri sendiri saat melihat Agatha dengan tas ransel besar yang digendongnya.

"Aga tuh baru pulang dari acara sekolah, langsung kesini. Kangen aja sama bunda." balasnya dengan perasaan santai yang dibuat-buat.

Kangen bunda? Entahlah, Agatha hanya merasa sedikit kesal dengan perkataan Dandy. Dan juga tentang Cinta pertama yang dikatakan Eren saat berada dihutan.

Agatha seakan hilang semangat untuk meyakinkan diri sendiri akan perasaannya pada sang suami. Dan, tentang Aira? Jika harus memikirkan semuanya, tentu akan membuat gadis itu semakin kecewa. Atau bahkan sakit.

"Bunda mana?" tanya Agatha. Lagi-lagi Gadis itu berusaha keluar dari sesi tidak nyaman tentang tanya jawab yang dilontarkan sang kakak.

"Ada dikamar."

"Ayah?" tanya nya lagi.

"Keluar kota, katanya ada urusan mendadak." sambung Arin. Agatha hanya mengangguk dengan bibir yang dibulatkan menjadi angka nol. Tanda mengerti.

"Kamu mau kakak buatin teh anget?" tanya Arin kembali. Agatha tersenyum.

"Boleh, makasih ya kak." balasnya.

Tak ada kalimat lagi, segera Arin melangkah menuju dapur untuk men-jamu sang adik yang terlihat begitu lelah.

Tbc!

Tinggalkan like+komennya ya. 😘

Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang