Dingin

12.3K 496 22
                                    

Dandy terdiam lantas terlihat berusaha mencerna kata per kata yang keluar dari mulut Agatha. Entah ia mulai merasa dirinya terjebak akan pertanyaan itu, meski sebelumnya Agatha sudah katakan ini hanya sebuah perumpaan. Tapi walau begitu, ia merasa bukan berarti bisa dapat menjawab gadis itu sesuka hatinya.

Pemuda itu benar-benar tidak tahu dengan apa yang dirasakannya saat ini. Yang ia tahu hanya merasa nyaman berada disisinya atau bahkan bercanda bersama.

Sementara Agatha? Sungguh! Gadis itu menyesali apa yang dikatakannya tadi, bagaimana pun juga pertanyaan dan perumpaan itu tidak benar, dan hanya membuat suasana justru semakin canggung.

Satu menit berlalu, Dandy tak juga bisa mengeluarkan sepatah kata pun untuk Agatha, hanya tatapan bingung dengan senyuman yang dibuat-buat yang mengisi keheningan antara keduanya.

Tiba-tiba, Agatha bangkit dari tempat ia duduk dan berdehem pelan, tatapannya menyapu seluruh luas taman tersebut, sementara hatinya sudah semakin berkecamuk tidak karuan.

"Lupain! Jangan dimasukin dihati ucapan gue. Tadi cuman iseng, bosen disini. Yaudah deh. Gue duluan." kata Agatha semabri melangkah lebih dulu meninggalkan Dandy yang masih asik terdiam dikursi taman. Pemuda itu tidak mengejar, justru merasa bingung harus melakukan apa. 'Yang gue tau, lo istri gue. Dan lo baik.' batin Dandy.

-

Tanpa sadar Agatha meneguk minumannya berkali-kali. Masih terbayang dengan reaksi Dandy yang hanya terdiam melihat ia pergi dengan sendirinya dari taman itu. gadis itu merasa muak dengan keadaan tapi hanya bisa memendamnya.

Agatha mendudukka dirinya disisi ranjang sembari melipat kedua kakinya frustasi. Lagi-lagi semua karna kebodohannya membuat sikapnya harus berlaku dingin pada pemuda itu.

Tok.. Tok. Agatha lo tidur?

Agatha berbalik tanpa membuka pintu kamar tidurnya, ia tahu Dandy akan mendatangi dirinya dan meminta maaf akan kejadian di taman itu, tanpa tau kalau gadis itulah yang akan merasa malu sendiri. Tentu Agatha hanya bisa mengabaikan Dandy berdiri disana, kalau pun ia harus masuk setidaknya gadis itu pasti berpura-pura tidur untuk mengacuhkan Dandy.

**

Pagi hari Agatha terbangun dengan was-was. Pelan-pelan ia menyibak selimutnya dan perlahan kembali mengedarkan pandangannya dari setiap sisi kamar berniat membangunkan Dandy untuk berangkat ke sekolah seperti kemarin agar tidak ada kesalahpahaman oleh pemuda itu untuknya. Tapi, tidak ada Dandy dimana-mana.

Tak sampai disitu, kali ini ia bangkit dan melangkah keluar untuk mencari Dandy diruang tamu. Takut saja kalau pemuda itu tertidur di sofa dan terlihat oleh sang bunda.

Dan lagi..

'Enggak ada? Dia kemana ya? Apa jangan-jangan udah pergi duluan?' batin Agatha.

"Eh, udah bangun kamu?" suara Arin yang tiba-tiba mengejutkannya membuat Agatha segera berbalik lantas tersenyum kecut ke arah sang kakak.

"Eh kak."

"Kenapa? Cari siapa sih kamu?"

"Anu kak, cari Dandy?" kata Agatha.

"Udah pergi kali." sahut Arin acuh.

"Pagi-pagi sekali?" tanyanya dengan terheran.

"Semalem. Jam 10 mungkin, abis kamu cepet banget tidurnya. Makan malam juga enggak, makanya pas mau pergi dianya cuman pamit sama bunda sama kak Arin aja. Karna dia nungguin kamu bangun, tapi enggak bangun-bangun." kata Arin sembari merenggangkan kedua tangannya dan menguap.

Agatha terdiam. Kali ini ia kembali merasa bersalah akan sikapnya pada Dandy semalam tadi. Tapi bukan kah lucu hanya karna dia berpura-pura tidur lantas pemuda itu dengan cepat pergi dari rumahnya?

📖📖

Disekolah.

Melihat Dandy sedang berjalan dikoridor menuju kelas, Agatha tersenyum senang, cepat-cepat gadis itu merapikan rambut sebelum Dandy semakin dekat, tentu pagi ini ia berniat menyapa sang suami berusaha melupakan kejadian kemarin dan kembali seperti biasa.

"Hay."

Rupanya. Sapaan pagi ini tidak membuahkan hasil yang manis. Agatha harus menelan bulat-bulat rasa kecewanya saat Dandy mengabaikannya begitu saja ketika dirinya berada diambang pintu kelas.

Dengan masih membawa perasaan kecewa, gadis itu lalu melangkah perlahan sembari memperhatikan Dandy yang sama sekali tidak melihat kearahnya. Konyol saja, kalau tadi Dandy tidak melihatnya berdiri didepan kelas saat pemuda itu hendak masuk kedalam. Pikir Agatha.

Jam pelajaran pun berlangsung, Agatha tidak sekalipun melepaskan pandangannya ke arah Dandy yang terlihat sangat serius. Agatha menghela napas pendek dan kembali dengan posisi yang sama. 'Kenapa sih dia? Kok keliatan kayak marah-marah gitu ya?' batin Agatha. 'Kalau pun harus marah kan, harusnya gue yang marah. Kemarin dia sama sekali enggak menjawab pertanyaan gue, sudah itu dia membiarkan gue pulang sendiri. Dan sekarang, seenaknya aja mau marah sama gue.' sambungnya.

-

Bel pulang sekolah berbunyi. Tanda pelajaran siang itu harus berakhir. Pak Taufik selaku guru matematika lantas merapikan buku-buku dan menutup perjumpaannya siang itu.

Semua murid bergegas untuk keluar kelas, begitu pun dengan Eren yang sudah bersiap-siap untuk pulang tinggal menunggu Agatha yang masih terlihat merapikan buku-buku diatas meja.

"Udah cepetan yuk." kata Eren lantas ikut membantu Agatha merapikan meja. Cepat-cepat gadis itu menghentikan aktifitas Eren dan tersenyum menolak.

"Udah, gak usah. Nanti biar gue. Btw lo pulang duluan gih. Gue udah enggak pulang ke rumah bunda." ucap Agatha. Gadis itu masih berusaha memperhatikan Dandy dari bangku miliknya.

"Loh. Kenapa? Bukannya masih ada seminggu lagi baru balik ke rumah dia?" celetuk Eren lantas menunjuk kearah Dandy.

"Ya enggak apa-apa. Udah sana." Agatha sedikit mendorong tubuh Eren agar cepat-cepat gadis itu meninggalkan dia dan Dandy berdua didalam kelas.

Meski masih terlihat bingung dan tidak puas akan jawaban Aga, tapi Eren tidak lagi banyak bertanya dan menurut saja apa kata gadis itu untuk segera meninggalkan kelas.

Skip_

"Kita pulang bareng yuk." kata Agatha canggung. Masih dengan keadaan yang sama, Dandy sama sekali tidak melihat ke arah gadis itu lantas sibuk hanya dengan bermain ponsel.

"Enggak usah." balas Dandy

"Sekarang gue udah mau balik ke rumah lo. Enggak ada salahnya kalau kita pulang bareng."

"Gue mau pergi ke suatu tempat. Enggak langsung pulang ke rumah."

"Enggak pa-pa, kita pergi bareng aja. Nanti gue temenin." celetuk Agatha berharap agar pemuda itu berubah pikiran dan mengajaknya pergi bersama.

Dandy menghembuskan napas pelan, lantas menatap ke arah Agatha dengan tatapan datar. Sementara gadis itu masih tetap kekeh mempertahannya fakesmile diwajahnya.

"Lo enggak ngerti?! Gue mau pergi. Itu artinya gue gak mau pulang bareng sama lo!" ucap Dandy sinis. Kali ini tidak lagi menunggu Agatha membalas ucapannya, pemuda itu memilih meninggalkan Agatha didalam kelas sendirian.

Agatha kembali menelan salivanya kasar, lantas perlahan bulir air mata kembali jatuh membasahi kedua pipinya. Entah, sakit sekali rasanya melihat Dandy seperti itu. Cepat-cepat gadis itu menyeka air matanya, dan turut melenggang pergi meninggalkan ruang kelas tersebut.

Tbc! Assalamualaikum.

Haduh, akhirnya selesai se-part juga. Kira-kira Dandy kenapa ya? Kok marah-marah sama Aga? Ada yang tau, tinggalkan like+komentarnya buat author dong. Dan see u in the next par guys. 😘😍

Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang