Agatha menelan salivanya kasar kendati melangkah dengan perlahan masuk kedalam rumahnya. Setelah ia berhasil keluar dari suasana tidak menyenangkan itu, membuat dia merasa seakan satu tali terlepas dari perutnya yang sedari tadi menahan saluran pernapasannya ketika berhadapan oleh Aira.
Saat ini, bukan hanya Aira yang terlihat menyebalkan, tapi juga karna kehadiran Dandy yang sedang menunggunya diteras rumah entah sejak kapan pemuda itu berada disana. Lebih mencengangkan lagi, Dandy justru bercanda bersama sang kakak yang terlihat baru pulang dari suatu tempat. Mau apa dia? Tidak puas, dia membagikan nomor telfon gadis itu ke semua orang sesuka hatinya.?
Tentu, setelah beberapa detik berlalu Dandy akhirnya menyadari Agatha yang berdiri tidak jauh darinya, dengan wajah tanpa dosa kali ini dia berani melambaikan tangan bahagia ke arah Agatha. Disusul dengan Arin yang ikut melambaikan tangan pula, dan menyadari untuk segera bergegas meninggalkan adik dan sang adik ipar berdua diteras.
"Hay." sapa Dandy.
Mendengar itu, Agatha berdecak lantas tersenyum sinis ke arahnya.
"Kenapa? Lo enggak marah kan sama gue? Seperti yang lo bilang di sekolah. Apa... Sekarang gue salah mau samperin lo disini?" tanya Dandy.
Tanpa berucap, Agatha kembali memalingkan wajahnya lantas menatap ke sembarang arah. Memperhatikan seisi rumah. Tidak ada siapa-siapa disana.
Gadis itu meraih tangan Dandy untuk menjauh sedikit dari teras rumah, dan menghentikan aksinya setelah ia merasa sudah aman untuk mengobrol dengan pemuda itu, tanpa ayah bunda atau pun kak Arin.
"Ada apa sih ini?" ucap Dandy sembari melirik pandangannya ke tangan kiri yang masih dipegang oleh gadis itu. Menyadari satu hal, cepat-cepat Agatha melepaskan lantas berdehem pelan.
Entah. Ia harus memulai darimana obrolan itu, sebenarnya Agatha pun masih belum siap kalau harus kembali menceritakan dengan kejadian di kafe itu.
"Hey." ucap Dandy yang kali ini berniat mengusap pipi Agatha. Namun lagi-lagi, penolakan kembali dirasakan Dandy, dengan raut wajah Agatha yang terasa kurang nyaman dengan situasi tersebut.
"Gue cuma mau bilang sama lo, ini yang terakhir kalinya lo bikin perasaan gue kecewa Dan. Stop buat drama antara hubungan kita." sinis Agatha sembari menatap lekat wajah Dandy yang terlihat kurang pas dengan situasi yang dirasakannya.
"Maksud kamu apa sih? Aku enggak ngerti deh."
"Udahlah, mending kamu pulang sekarang."
Suara Agatha terdengar getir, lantas membuat Dandy mengerti bahwa gadis itu benar-benar menyimpan sesuatu yang mungkin bisa menyesakkan dada nya. Dan benar saja, karna beberapa detik setelahnya Agatha kembali menitihkan air mata.
Kali ini bukan hanya Agatha merasa sakit tapi Dandy pun demikian, ia bahkan tidak mengerti apa yang sudah membuat Agatha semakin menilai ia buruk dimatanya.
Entah karna perasaan Agatha semakin sesak lantas tanpa menunggu, gadis itu segera berlalu meninggalkan Dandy disana. Tak berhenti sampai disitu, langkahnya pun ikut terhenti ketika Dandy berjalan lebih dulu dan mencegah gadis itu dengan berdiri dihadapannya lantas memberanikan diri untuk memegang kedua tangan Agatha.
"Apa yang salah dari gue, please! Gue akan perbaiki semuanya."
"Yang perlu lo perbaiki, hanya bagaimana menghindari hati gue dan juga diri gue.!"
"Dengerin gue Agatha, sebelumnya kita udah baik-baik kan? Tapi kenapa sekarang lo berubah pikiran lalu kembali membangun tembok diantara kita. Apa begini caranya kita menyambut perpisahan itu? He, gue enggak ngerti lagi Agatha, gue harus bersikap apa biar lo bisa memaafkan gue yang benar-benar tulus meminta maaf." terang Dandy. Mendengar itu, membuat Agatha hanya tertawa sinis dan kembali menampik tangan Dandy.
"Gue hanya enggak bisa nerima seorang pengkhianat dalam hidup gue.!"
"Pengkhianat? Gue makin enggak ngerti, pengkhianat seperti apa yang lo maksud?"
"Lo pulang, dan tanyakan semuanya sama pacar lo itu! Kali ini gue bener-bener enggak bisa liat muka lo disini. Sekarang juga, gue minta lo pergi.!" teriak Agatha.
**
Aira terdiam menatap Dandy yang tiba-tiba berada didepan pintu rumahnya dengan raut wajah datar. Setelah sekian lama, Aira tak melihat wajah itu lagi pada Dandy, tapi entah kenapa hari ini sangat lain. Pemuda itu hanya diam, lantas seperti mengisyaratkan Aira untuk berucap lebih dulu.
"Kamu dari mana?" tanya Aira. Tak berniat menjawab pertanyaan itu, Dandy justru balik melontarkan pertanyaan pada gadis 18 tahun itu.
"Ngapain kamu hari ini?!" selidik Dandy.
"Ngapain? Aku enggak ngapa-ngapain, lagian kamu duduk dulu deh."
"Enggak perlu, aku hanya mau tau. Apa yang udah kamu lakuin sama Agatha.? Kapan kamu ketemu dia, kenapa kamu bisa ketemu sama dia?"
"Agatha? Maksud apa kamu apa sih? Kamu dateng kesini tanya tentang Agatha sama aku? Kamu enggak salah.?"
"Kenapa? Kamu heran, karna aku justru tanyakan Agatha sama kamu? Padahal kamu sendiri tau jawaban seperti apa yang mau aku denger dari mulut kamu!"
Aira terdiam. Gadis itu justru menggaruk pelipisnya untuk membuang perasaan kaku itu, dirinya bahkan menyadari akan kemarahan Dandy padanya. Perempuan itu menghela napas pendek sembari membasahi bibir atas bawahnya sebelum membuka suara.
"Ya, aku emang ketemu sama dia, aku ketemu dia karna aku punya kontak dia. Dan aku.."
"Kamu nyuri kontak Agatha di hp aku. Gila!! Kenapa?! Heh!"
"Apa..?!"
"Kenapa kamu nyuri kontak dia dan ketemu sama dia?"
"Emang aku enggak boleh ketemu sama dia buat ngobrol?" elak Aira.
"Ngobrol yang membuat aku sama Agatha jauh? Begitu?"
"Dandy, kok sekarang kamu malah ngebela dia sih? Dia itu enggak penting buat kita. Buat hubungan kita, dia hanya racun dalam hubungan kita dan sekarang kamu.."
"Dia penting Aira! Dia sangat penting! Karna dia dambaan orangtua aku, mamah sama papah yang paling aku sayang, dan berharap rumah tangga aku dengan Agatha akan selamanya. Apa orangtua enggak penting buat aku?" lirih Dandy.
Dandy mengerang frustasi sembari berkacak pinggang, ber mondar-mandir tidak jelas dihadapan perempuan itu. Ia juga bahkan tidak mengerti, untuk apa dia melakukan itu?
"Dan sekarang, aku enggak tau sampai kapan Agatha mendiami aku seperti ini. Aku enggak tau apa yang bakal aku bilang ke mamah sama papah aku tentang Agatha." lirih Dandy.
"Kamu hanya perlu bilang ke dia kalau kamu enggak suka dengan perjodohan itu."
Setelah satu kalimat yang terdengar memuakkan ke telinga Dandy, membuat ia kembali menatap nanar pada perempuan itu. "Egois kamu.! Kamu bahkan enggak bisa menghargai perasaan orangtua ku." sinis Dandy.
"Aku hanya.."
Tanpa menunggu, pemuda itu segera melenggang pergi dari hadapan Aira. Bukan hal itu yang ingin didengarkan Dandy, tapi kenapa Aira justru semakin mempersulit keadaannya. "Dandy tunggu.! Aku belum selesai ngomong sama kamu.!" beberapa kali Aira berteriak ke arah Dandy, lantas langkah kaki Dandy justru semakin cepat untuk menjauh dari tempat itu.
Kali ini Dandy sudah sangat paham, kenapa Aagtha begitu emosi padanya. Ia bahkan tidak menyangka ucapan Aira, begitu membuatnya sakit dan kecewa. Tentu perasaan seperti ini yang dirasakan Agatha setelah bertemu dengan perempuan itu. Dan lagi! Dandy menyesal..
Tbc! Selesai se-part juga deh.
Part yang kebanyakan dialognya. 😅😍
Entah part ini bagaimana, tergantung dari komentar readers aja deh. 😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Muda
Teen Fiction(TAMAT DAN LENGKAP) Star. 2 Mei 2018 End. 17 oktober 2018 Rank : 194 dalam humor. (Dan Beberapa kali enggak tercatat) salah satu siswi yang berwajah manis dengan sifat yang tomboy harus merasakan menikah di usia yang baru saja menginjak 16 tahun...