Part | 6

2.6K 78 1
                                    

Raga Adam Adikara. Sebuah nama yang membuatnya berat untuk menerima segala amanah ini. Kini ia tengah duduk di kursi ruang kerjanya di kantor. Entah seberapa banyak beban yang ia tanggung.

Banyak sekali hal yang mengganggu fikirannya. Namun ada satu hal yang saat ini sangat mengganggu fikirannya, yaitu perkataan Sheilla kemarin.

Flashback On

"Kaa.. kaka nikah aja"

Raga mengernyit bingung dan kaget mendengar ucapan Sheilla.

"Kamu ngigo ya de? Istirahat aja yah? Atau mau kaka nyanyiin dulu baru kamu bobo?"  Tawar Raga agar Sheilla tidak semakin menjadi.

Sheilla hanya mengangguk. Raga berjalan ke arah sofa untuk membawa gitar yang berada di pojok kamar Sheilla.

Raga duduk di tepian kasur Sheilla lalu mulai memetik senar gitar milik Sheilla.

"Bintang malam sampaikan padanya.."

"Aku ingin melukis sinarmu di hatinya"

"Embun pagi katakan padanya biar ku dekap erat waktu dingin, membelenggunya.."

Raga melihat Sheilla mulai memejamkan matanya.

"Taukah engkau wahai langit.. Aku ingin bertemu membelai wajahnya.."

"Kan ku pasang hiasan. Angkasa yang terindah.. hanya untuk dirinya"

"Lagu rindu iniku ciptakan.. hanya untuk bidadari hatiku tercinta"

Sheilla sudah terlihat pulas dan nafasnya sudah teratur. Raga menyimpan gitar di dekat nakas milik Sheilla lalu mencium kening adiknya lama.

"Get will soon, My dear" ucapnya tulus.

Raga beranjak namun sebuah kalimat berhasil membuatnya berhenti.

"Pikirkan baik-baik, Ka"

Flashback Off.

Raga menjambak rambutnya frustasi. Ia lelah ia butuh istirahat, butuh ketenangan dan butuh perhatian dari seseorang.

Kini rambut Raga yang rapih telah berubah menjadi sangat tak karuan akibat jambakannya tadi. Raga terus memikirkan perkataan adiknya tanpa sadar ada empat laki-laki yang tengah meperhatikannya sedari tadi.

"Sepertinya Tuan Muda Adikara sedang melamun" sindir Ferdika dengan keras dan jelas namun tetap tidak mampu menyadarkan Raga dari lamunannya.

"Ck, come on dude, dia sedang galau.." sahut Reyhan dengan kekehan kecilnya lalu membuat yang lain tertawa. Tapi Raga masih tidak terpengaruh oleh suara kebisingan mereka.

Bian merasa kesal oleh kelakuan Raga ia beranjak dari sofanya dan berhenti tepat di samping kiri Raga.

"Mau ngapain tuh anak?" Tanya Taqqi pada Ferdika. Ferdika hanya tersenyum sinis "Kita liat ajah".

PLAK!!

"O-ow" Reyhan.

Sebuah tamparan keras berhasil mendarat di pipi Raga, dan kali ini berhasil membuat Raga sadar lalu menyalangkan pandangannya ke arah Bian yang masih diam di sampingnya dengan wajah tanpa dosanya.

Raga mengepalkan kedua tangannya sampai buku jarinya memutih. Enak saja dia menampar CEO di kantor ini dan masuk ke dalam ruangannya tanpa minta izin terlebih dahulu. Saat Raga beranjak akan berdiri Ferdika dengan cepat menahan bahu Raga dan membuat si empunya duduk kembali.

"APA YANG LO LAKUIN DI SINI!" bentak Raga pada Bian, sementara Bian hanya memanyunkan bibirnya acuh.

Raga sudah geram ingin memukul wajah tampannya Bian namun ia malah terlebih dahulu mendapat bogeman dari Reyhan di sudut bibirnya, yang membuat bibirnya berdarah.

My Little Fairy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang