Part | 38

1.4K 35 0
                                    

Keduanya saling terdiam sibuk dengan fikiran masing-masing. Menatap ke arah kemacetan di jalanan.

Sheilla masih tak ingin buka suara meski dalam hatinya ia sangat merindukan Reyhan.

Ia memilin gaunnya yang berwarna hitam sebahu dengan beberapa hiasan bunga di sekitar pinggangnya dan rambut yang di gelung indah juga rapih yang menampilkan lehernya yang putih.

Reyhan menghembuskan nafasnya pelan menatap lurus dengan wajahnya yang sulit di tebak. Ada air penyesalan, kesal dan rindu di wajahnya yang tampan dengan balutan tuxedo hitam dan tataan rambut yang rapih.

Mobil mewah Reyhan memasuki kawasan hotel mewah di Bandung. Disana telah banyak para tamu undangan dengan dress code serupa. Monochrome.

Reyhan memarkirkan mobilnya lalu turun dan membukakan pintu untuk Sheilla.

Sheilla mengerjap lalu tersenyum tulus.

"Terimakasih,"

Reyhan diam tak menjawab dan hanya memandang Sheilla tepat di manik mata favoritnya.

Sheilla balas menatap Reyhan dengan perasaan campur aduk. Kedua hati mereka sama-sama sakit menahan cabikan sang rindu yang tlah menguak di dalam dada masing-masing.

Sheilla merasakan matanya memanas, namun sebisa mungkin ia menahan agar air matanya tak turun.

Lalu Reyhan tersenyum dan mencium kening Sheilla dan di detik itu pula Sheilla melupakan semua usahanya untuk menahan agar air matanya tak turun.

Ia menangis dengan pedih dan Sheilla merasakan ada tangan hangat yang mendekapnya. Tak tunggu lama Sheilla membalas pelukan itu dengan erat dan menangis hebat melepaskan kerinduan.

Reyhan mengusap punggung Sheilla yang baru ia sadari kalau..

"Shei,"

Sheilla berhenti menangis meski sedikit isakan masih terdengar.

Sheilla menatap Reyhan dengan wajah lembut dan sedihnya seolah bertanya 'apa?'

"Ke butik Bunda yuk?" Ajak Reyhan.

Sheilla yang tak mengerti hanya memandang Reyhan seolah meminta penjelasan. Mengapa harus ke butik Bundanya?

Seolah mengerti, Reyhan membuka jasnya lalu memakaikannya pada Sheilla sambil berkata, "Baju kamu terlalu terbuka sayang..."

Sheilla merasakan pipinya memanas dan menahan senyumannya meskipun sia-sia karena ujungnya Sheilla tersenyum senang juga.

Reyhan mengusap pipi Sheilla untuk menghapus air mata di pipinya. Sheilla menunduk dan tersenyum lebar mendapat perlakuan hangat yang ia rindukan itu.

"Jangan senyum-senyum,"

Sheilla terheran meski masih tersenyum cantik. Saat akan bertanya, niatnya terpotong oleh ucapan Reyhan.

"Kamu gak mau kan aku cium?"

Sheilla membelalakan matanya dan langsung menutup bibirnya dengan kedua tangannya sambil menggeleng cepat.

Reyhan tertawa kencang lalu menyentil kening Sheilla, "Lucu banget sih. Calon istrinya siapa?" Candanya.

Namun Sheilla tak bisa membohongi rasa bahagianya yang menguak luas di dalam hatinya bahwa ia sangat bahagia bisa tertawa bersama Reyhan lagi.

"Yaudah, cepetan masuk" suruh Reyhan sambik membukakan pintu mobil untuk Sheilla.

Sheilla mengangguk lalu segera masuk. Namun saat akan duduk ia teringat sesuatu.

"Tunggu, pertunangan Ivan sama Sinta gimana?" Tanyanya dengan tak enak.

Reyhan terkekeh pelan lalu berubah seperti wajah seorang yang sedang merajuk.

"Aku gak mau kamu memperlihatkan kecantikan di hadapan orang lain. Jadi sekarang kita ke butiknya Bunda dulu terus ganti baju kamu dan benerin make up kamu biar gak terlalu tebel kaya gini," panjang Reyhan dengan mencubit pipi Sheilla.

Buru-buru Sheilla bercermin di kaca spion mobil Reyhan.

"Hah? Ini tebel yah?" ujar Sheilla dengan memperhatikan seluruh wajahnya.

Reyhan terkekeh lalu menuntun Sheilla masuk ke dalam mobil lagi.

"Nggak..."

"Terus? Kamu ngomong kepotong-potong mulu yah," gerutunya.

"Kamu tadi terlalu cantik. Aku gak mau mahluk Tuhan yang lain liat kamu secantik tadi yang bahkan semut pun kayanya gak bakal ngincer gula lagi kalo udah liat kamu," ucap Reyhan dengan terkekeh merasa geli dengan ucapannya sendiri.

Sheilla tertawa lalu Reyhan menutup pintu mobil dan berjalan untuk masuk ke dalam mobil.

Saat Reyhan duduk dan memakai seatbeltnya Sheilla memandang Reyhan dengan heran dan geli.

"Bukannya bagus ya kalo aku cantik. Kan kamu jadi gak malu kalo bawa aku?"

Reyhan terdiam sebentar dan perlahan mendekatkan dirinya ke arah Sheilla.

Sheilla memundurkan dirinya dengan jantung yang berdetak maraton di dada, lalu ia merasa mungkin inilah saatnya.

Reyhan terkekeh tepat di depan hidung Sheilla, "Kamu cantik cuma buat aku," lalu Reyhan meniup wajah Sheilla dan memakaikan seatbelt nya.

'Hah? Jadi tadi mau pakein seatbelt aku doang?' Batin Sheilla.

Sheilla membuka matanya dan merasakan malu yang sangat teramat seperti ingin membuatnya berlari kalau bisa musnah sesaat di hadapan Reyhan.

Sheilla mematung dengan pipi seperti tomat yang membuat Reyhan tergelak oleh tingkah calon istrinya itu.

"Merah banget, Mbak. Kaya tomat"

"REYHAN!!!"

***

.
.
.
.
.
.

HALLO!!! BTW INI YANG DI BAWAH CERITANYA BUTIK BUNDANYA REYHAN YAH 😫😎

HALLO!!! BTW INI YANG DI BAWAH CERITANYA BUTIK BUNDANYA REYHAN YAH 😫😎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Little Fairy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang