Part | 21

1.9K 54 2
                                    

"Tapi de, kaka ga bisa ninggalin kamu"

"Kaka ih, gapapa. Kan aku udah ada Rey, lagian aku udah pengen punya keponakan tau," ucap Sheilla dengan kekehannya.

Raga dan Yuvi hendak membatalkan acara bulan madu mereka karena khawatir dengan keadaan Sheilla.

"Tapi kita di Belanda lama loh, Shei" bujuk Yuvi entah untuk yang keberapa kalinya.

Raga mengangguk dan mengusap rambut Sheilla.

"Rey, kamu bakal jagain aku kan?"

Reyhan tersenyum hangat "iyalah,"

"Tuhkan ka, aku udah ada yang jagain. Jadi tenang aja yah,"

Raga dan Yuvi menghembuskan nafasnya pelan "Yaudah, tapi kalo ada apa-apa cepat hubungi kaka yah?". Sheilla mengangguk lalu menatap ke arah Yuvi.

"Cepet kasih aku keponakan yang lucu yah, " Yuvi hanya terkekeh pelan.

"Dan lo Rey, gue percayain ade gue sama lo. Jangan sampe hal ini terulang,"

Raga sudah mengetahui semuanya, ia marah dan shock. Taqqi menceritkan alasannya dengan sangat hati-hati agar tak ada perkelahian antara kedua sahabatnya itu.

"Iya, Ga. Lo harus rajin disana, Sheilla minta oleh-oleh nya ponakan soalnya," ucapnya lalu tergelak sendiri.

Sementara Yuvi merona karena malu. Raga mengumpat pada Reyhan, bisa-bisanya ia berbicara seperti itu di depan Sheilla.

"Yaudah, Kaka sama Ka Yuvi pamit yah. Jangan lupa minum obat dan makan. Obatnya habisin. Dan kalo Reyhan macem-macem putusin aja," Sheilla terkekeh.

"Anj--jir," Reyhan menutup mulutnya, Reyhan tak boleh berakata kasar depan Sheilla itu bisa menjatuhkan martabatnya. Idih.

"Apaan si elo, Ga. Lagian sebelum saatnya gue mana mungkin bakal berani kali," balas Reyhan dengan memutar bola matanya malas.

"Awas aja lo,"

"Yelah, sono pergi lo!"

***

"Ayo, Yang makan dulu"

Sheilla menggeleng.

"Ko gitu sih? Aku suapin yah?"

Sheilla berfikir sejenak lalu mengangguk, Reyhan tersenyum lega.

"Tapi,"

"Apa lagi?" kesal Reyhan.

"Pinjem ponsel kamu,"

"Apa? Ngga ah,"

"Ko gitu sih? Tenang aja. Aku ga akan liat chat kamu sama Selingkuhan kamu ko,"

Reyhan kesal setengah mati, Sheilla selalu saja menyangkanya mempunyai wanita lain selainnya.

"Aku ga ada selingkuhan, Sayang"

"Ga asik ah,"

Reyhan mengernyit "kamu mau aku selingkuh?"

Sheilla menggeleng,

"Terus? " Sheilla terkekeh "harusnya kamu bilang gini , only you in my life"

Reyhan tersenyum samar,  keinginan Sheilla hanya sesederhana itu. Tapi ia tak bisa mewujudkannya. Tidak, tetapi belum.

Reyhan akan mewujudkan semua keinginan Sheilla, seperti terwujudnya keinginannya oleh Sheilla.

Reyhan menyerahkan ponselnya.

"Ini kan ponsel Reyhan,"

"Iya, kan kamu tadi katanya pinjam?"

"Maksud aku, kenapa wallpapernya aku? , terus ini di galeri foto aku semua?"

Reyhan ingin sekali rasanya membanting mangkuk bubur di tangannya lalu pergi dari hadapan Sheilla.

"Serah lo, Shei. Untung gue sayang,"

***

"Keadaan Sheilla semakin membaik," Taqqi.

"Alhamdulillah," lega Reyhan.

"Aku bisa pulang ka?" tanya Sheilla. "Boleh, tapi besok yah"

Sheilla mengangguk dan tersenyum manis,  sementara Taqqi tak bisa memalingkan matanya dari Sheilla.

Reyhan menyadari itu langsung saja buka suara.

"Gausah di liatin,"

"Hahaha, yaudah. Gue tinggal ya" pamit Taqqi.

Sepeninggal Taqqi, Reyhan langsung saja menceramahi Sheilla, seperti beberapa hari yang lalu saat ada Bian, Ferdika, dan Alwi.

"Yang, nanti jangan senyumin orang lain deh"

"Loh? Kenapa?"

"Aku ga suka, kamu cuma boleh senyum sama aku,"

"Kata Ka Raga aku harus ramah sama orang,". Reyhan mendengus sebal.

"Ko marah,"

"Aku ga marah, aku cuma gamau orang yang aku sayang nanti di ambil orang,"

Sheilla tersenyum mengerti, tumben. Haha.

"Sehebat apapun mereka, mereka belum tentu terima aku apa adanya, dan.." Sheilla mengantung.

"Dan apa?"

"Dan karena aku cuma sayangnya sama anak Bunda," Sheilla tergelak.

Inilah yang membuat Reyhan tak mau kehilangannya.

Reyhan mengkelitiki perut Sheilla, sehingga membuat Sheilla tertawa lelah dan minta ampun.

"Berani yah kamu sama aku," Reyhan yang masih mengkelitiki Sheilla.

"Hah.. Hah, amphun hRey, ahku human bherchan.. Dha"

Reyhan menghentikan aksinya lalu terkekeh melihat Sheilla tengah mengatur nafasnya.

"Minum, Rey" pinta Sheilla. Reyhan segera memberikannya.

"Ahh," lega Sheilla dengan tersenyum.

Reyhan terus memandangi wajah cantik Sheilla.

"Jangan liatin, Aku"

"Kenapa? Kan ke pacar sendiri,"

"Oh iyah"

Mereka lama terdiam. Sampai akhirnya Reyhan memecah keheningan.

"Shei,"

"Iyah?"

"Kamu.. Ada niatan kuliah?" tanya Reyhan dengan cemas. Karena ini adalah pertanyaan yang ingin ia tanyakan sedari dulu.

Sheilla diam memandangi Reyhan.

Sheilla menggeleng, "ngga,"

Reyhan lega mendengarnya, "kenapa?"

Sheilla terdiam lalu tersenyum riang "emang Reyhan gamau nikah sama Aku?" tanya Sheilla dengan menangkup wajah Reyhan.

Bagaikan sebuah aliran listrik, jantung Reyhan tiba-tiba berdebar hebat. Dan kata-kata Sheilla barusan, itu adalah tujuan ia bertanya.

"Rey," panggil Sheilla dengan memencet hidung Reyhan.

"Ah, a.. Anu," gugupnya.

"Aku mau ke kamar mandi yah," pamit Sheilla.

***

My Little Fairy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang