Part | 7

2.5K 82 1
                                    

"STOP!" Intruksi Raga dengan wajah dinginnya. Siapapun yang melihat akan lebih memilih mati saja di bandingkan melihat wajah dingin Raga yang sampai menusuk tajam ke hati. Anjir.

Alwi tersenyum penuh kemenangan dengan menaikan satu alisnya

"Why.. Leader?"

"GUE KELUAR DARI BAND INI!" Raga.

Semua membelalak mendengar perkataan Raga. Padahal Raga yang membuat Band ini, ia yang susah payah mengadakan kontest dan ia pula yang banyak mengeluarkan uang untuk Axempo.

Di antara anggota yang lain, memanglah Raga yang paling tajir melintir. Bahkan di usianya yang masih muda ini ia telah menjadi CEO di semua perusahaan almarhum Ayahnya.

"LO GILA?!" Bentak Ferdika yang berada di sebelah Raga.

"Yayayah.. untuk kesekian kalinya lo menyelesaikan masalah dengan kepala gosong lo" pedas Taqqi dengan malas dan kaki selonjoran.

"Lo serius?" Tanya Bian dengan panik.

"Apa alasannya?" Tanya Alwi dengan menghembuskan nafasnya pelan.

Raga menatap satu persatu sahabatnya itu "oke, sebelumnya sorry. Gue lelah, gue butuh istirahat. Otak gue ga bisa terus-terusan muter. Di sisi lain gue punya dua tanggung jawab besar dan itu amanah dari almarhum orangtua gue.." ucapnya dengan nada yang bergetar.

Seketika hati para sahabat Raga tersentuh mereka tau bagaimana beratnya kehidupan Raga, walau harta ada di depan mata.

"Sheilla, ade gue. Lo semua tau dia keadaan nya gimana. Dia masih trauma dengan kejadian tiga tahun lalu, hati gue sakit liat adik gue selalu ketakutan kalo liat pistol dan dia selalu histeris saat ngedenger suara bentakan atau kekerasan. Lo semua tau itu.." ucapnya dengan tak sadar air mata mengaliri pipinya.

"Perusahaan. Gue mana tau gimana ngurusnya? Gue kuliah aja kaga.. tapi gue berusaha buat pelajari itu semua dengan sisa-sisa tenaga gue. Otak gue mau pecah rasanya saat mikirin dua hal itu bersamaan. Tolong ngertiin gue!"

Alwi merasakan keadaan menjadi canggung. Jika saja yang ada di dalam studio Axempo adalah perempuan semua mungkin semuanya telah saling berpelukan dan minta maaf.

"Gue minta maaf," pinta Bian dengan tulus.

"Gue juga" sahut Ferdika.

"Intinya kita semua minta maaf sama lo, Ga. Maaf, kita tau masalah lo dan beban lo. Tapi kita ga bisa ngertiin perasaan lo. Karena tau dan ngerti itu beda, tapi kita bakal berusaha buat ngerti satu sama lain, ya ga?" Sahut Taqqi meminta persetujuan pada yang lainnya.

"YOIII BRO" ucap mereka serempak yang langsung terkekeh satu sama lain dan saling berpelukan ala cowo.

Alwi tersenyum lega dengan kelapangan hati mereka.

"Tapi gue serius" tiba-tiba Raga.

"Serius apa, Bang?" Tanya Alwi dengan heran.

"Gue serius mau keluar"

Alwi menghela nafasnya lagi entah untuk keberapa kalinya "Apa alasan lo?"

"Urusan perusahaan?" Tanya Reyhan "Lo lupa, kalo gue exekutif muda Reksabara?" Tanya Reyhan dengan kode menawarkan diri untuk membantu Raga.

"Atau urusan Sheilla? Lo lupa apa gimana sih, Ga. Gue Taqqi Muataqqi seorang psikologi hah?" Tanya Taqqi dengan kesal.

"Bukan. Bukan itu semua" elak Raga.

"So? Cerita" tukas Alwi karena Raga yang bertele-tele.

Raga tersenyum samar "Tapi gue malu ceritanya" seketila tawa mereka meledak mendengar ucapan Raga yang terdengar menjijikan.

My Little Fairy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang