Part | 18

2K 53 0
                                    

Reyhan terus menghubungi Sheilla sepulang dari kuliahnya. Sudah beberapa pesan ia kirim namun belum satupun Sheilla balas, bahkan di baca pun tidak.

Reyhan gelisah, karena Sheilla seharian ini tak ada kabar. Ia pun tak bisa ke rumah Sheilla karena 20 menit lagi akan ada rapat untuk persiapan di acara pernikahan Raga.

'Kamu kemana sih, Shei'. Batinnya.

Reyhan akhirnya menjalankan mobilnya ke rumahnya dulu untuk bertemu dengan Ayuni.

Ia menjalankan mobil dengan kecepatan tinggi. Tak peduli umpatan para pengguna jalan lainnya.

Saat sampai di rumahnya ia melihat Ayuni tengah memindah-mindah chanel Tv nya.

"Bunn,". Ayuni melirik sebentara lalu kembali fokus pada acara memasak.

"Bundaaaaaaaaa,"

"Ish, apa sih Rey"

"Ga ah,". Ayuni melihat gelagat Reyhan yang berbeda.

"Ada masalah sama Sheilla?"

Reyhan mengangguk "Dia ga ada kabar seharian ini, Bun" ucapnya dengan lesu.

"Kan Raga besok nikah, ya pasti dia sibuk"

"Tapi ini seharian, Bun. Lagian si Raga ga bakalan biarin Sheilla kecapean,"

Ayuni menghembuskan nafasnya pelan "Terserah kamu deh,"

Reyhan pergi ke kamarnya dan menghempaskan tubuhnya begitu saja. Tak peduli dengan rapat atau latihan, saat ini ia mencemaskan Sheilla, kekasihnya.

"Semoga lo gapapa, Shei" lirihnya lalu tertidur.

***

Saat ini Sheilla tengah tertidur di mobil. Ia lelah karena seharian jalan-jalan dengan teman lamanya yang 11 tahun menghilang bak di telan bumi. Segala media sosial pun sulit di lacak olehnya.

Ia mengerang dan menguap lama.

"Udah bangun?" Tanya seseorang.

Sheilla mengangguk lalu ia melihat sekitar "Kita udah sampai?"

"Iyah, dari tadi malah"

"Ko ga bangunin Aku?"

"Kasian, kelihatannya kamu cape, jadi aku ga bangunin. Sekarang turun yu?"

Sheilla mengangguk.

"Sini aku bantu, kamu pasti lelah seharian" Sheilla hanya tersenyum tipis.

"Aku bisa ko, Van" Sheilla. Nama dari teman lama Sheilla adalah Ivan.

"Gapapa, sini. Atau mau aku gendong kaya dulu?" Ucapnya sambil terkikik geli.

Sheilla tertawa ringan "Apa sih, Van"

"Yaudah, ayo. Naik sini," Sheilla berfikir sejenak. Lalu,

"Ngga ah, itu kan dulu. Sekarang aku udah gede jadi gamau," tolaknya. Ivan hanya tersenyum miris 'dulu elo yang selalu minta gue gendong lo' . Batinnya.

Sheilla berjalan gontai. Saat ia memasuki rumahnya bersama Ivan Sheilla bertabrakan dengan seseorang.

"Aw,"

"So-sorry, Shei.."

"Ka Bian hati-hati dong,". Bian hanya diam memperhatikan kedua orang yang ada di hadapannya sekarang.

'Sheilla sama siapa?'. Tanyanya dalam hati.

Saat ia masuk ke dalam rumah, banyak sekali kerabat dekat Raga. Bahkan ada semua personil Band Axempo, tapi Sheilla merasa ada yang kurang. Lalu ia teringat sesuatu.

"Ya, Ampun. Reyhan!" Ucapnya dengan menepuk dahinya.

Ivan mengernyit 'Reyhan?'. Lalu ia tersenyum pernuh arti.

***

Sheilla berlari ke kamarnya dengan terburu-buru. Ia tak menghiraukan Raga yang menyuruhnya untuk tidak berlari.

"Jagan lari-lari De,"

"Iya, Ka. Iya"

Sheilla segera mengambil ponselnya yang tergeletak di atas kasurnya. Banyak sekali pesan dari Reyhan dan panggilan tak terjawab.

"115 pesan? 80 panggilan tak terjawab?" Sheilla menghembuskan nafasnya pelan.

Lalu ia segera menghubungi Reyhan. Karena seharian ini ia tak memberinya kabar.

"Aduh, angkat dong.."

"Hmm.." suara bangun tidur di sebrang sana.

"Rey? Kamu tidur? Maaf gang--"

"Kamu kemana aja," tanyanya dengan suara khas bangun tidur.

"A.. Aku tadi abis jalan-jalan,"

Reyhan terdiam.

"Rey.. kamu tidur lagi?"

"Sama siapa?"

"Sama teman lama aku,"

"Iya siapa? Cowok pasti yah?" Tebak Reyhan tepat sasaran.

Sheilla mengangguk "Iyah,"

Tak ada sahutan apapun dari Reyhan, sehingga membuat Sheilla jadi cemas sendiri.

"Kamu marah ya sama aku?"

"Gatau,"

"Ko gitu?"

"Kamu mau nya aku marah apa ngga?"

Sheilla diam. Satu, ia sekarang tahu sifat Reyhan. Jika marah dia akan diam, dan seolah tak perduli padanya.

"Maafin aku, aku ga akan gitu lagi. Janji," ucap Sheilla dengan menunduk.

Reyhan tetap diam.

"Emm.. i-iyah gapapa kamu ga maafin aku. Maaf bikin Reyhan marah,"

Reyhan tetap diam, bahkan tak terdengar suara deru nafasnya.

Sheilla terisak. Ia menangis, terus menyalahkan dirinya.

"Rey..?"

Reyhan tak membalas lagi, lalu terdengar suara sambungan terputus sepihak. Ya sama Reyhan lah.

Sheilla kembali terisak, ia menyalahkan dirinya sendiri.

Sheilla bangun dari tempat tidur, ia mencari suatu benda di dalam nakas. Dan, ketemu!

Dengan nafas yang memburu dan tatapan kosong Sheilla mengambil benda itu.

"Aku butuh kamu,"

***

My Little Fairy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang