Part | 47

2K 39 1
                                    

Budayakan Vote sebelum membaca yah 😊
Setiap Bintang yang anda berikan membuat saya semangat menulis dan mempublish nya 😆

Happy Reading!

***

"Lo harus tau semua tentang cewek."

Reyhan tertawa keras mendengar penuturan Alwi. Saat ini mereka tengah berkumpul ria ala cowok di kafe Nenek Bella.

H-2.

Reyhan memutuskan untuk membicarakan konsep pernikahannya bersama Sheilla di sana. Semua berkumpul kecuali Raga yang katanya cek kandungan Yuvi.

"Lo punya cewek aja kagak. Gimana lo ngerti masalah cewek, Wi." Sahut Ferdika dengan menjitak kepala Alwi menggunakan sumpit.

"Jijik lo, Fer." Cerca Reyhan.

Alwi mendesah, "Ini gue serius, Bang. Lo harus ngertiin dan tau cewek.. atau gue ganti.. lo harus bisa tau dan ngerti istri."

Semua semakin tertawa ngakak mendengar sang manager bungsu mereka yang membicarakan hal yang tak sesuai dengan umurnya.

Alwi bersungut sebal dan memutar bola matanya malas, "Yaudah sih. Meski gue gak punya cewek, tapi gue punya kakak cewek yang lagi bunting."

JEPP.

Semua terdiam seketika dan mengeryit pada Alwi,  "Cewek? Istri? Hamil? Maksud lo?" Heran Taqqi menggaruk kepalanya. Memang dari awal dia paling polos kan?

"Tadi aja ngetawain. Dasar Tua-tua labil!" Cerca Bian dengan sesekali membalas pesan sambil tersenyum entah pada siapa.

"Lo juga sama, Bang." Tunjuk Alwi.

Bian tak menghiraukan ia kembali sibuk pada ponselnya. Reyhan tengah merangkai lirik lagu. Dan ia telah menemukan sebuah judul yang pas untuk lagunya.

"Baby Blues."

"Hah? " semua memasang wajah cengonya, kecuali Reyhan yang masih fokus pada kertas dan bolpointnya.

Taqqi mengernyit, "Hmm.. gue pernah denger. Kalau gak salah kayak depresi belum siap punya anak gitu kan?"

Reyhan menghentikan gerakan tangannya dan tertegun menatap kosong meja yang ada di hadapannya.

Depresi ...

Anak ...

Hamil ..

"Semacam." Sahut Alwi dengan acuh.

Dengan tiba-tiba Reyhan berdiri dan meremas lirik lagunya lalu melemparkan ke akuarium ikan. Setelah itu ia pergi.

Reyhan diam dan menatap kosong tirai yang ada di hadapannya yang tertiup angin. Ia terus memijit-mijit cincin pernikahannya.

Sejak kejadian itu, ia langsung serching di google dan bertanya pada beberapa dokter kandungan. Reyhan bahkan sangat ingin segera memiliki Reyhan Junior. Tapi, ia tidak ingin kehilangan Sheilla. Baginya Sheilla sangat berharga dan tak ternilai.

Tiba-tiba Reyhan terlonjak saat ia merasa ada tangan dingin menyentuh pipinya.

"Kamu kenapa sih?" Tanya Sheilla dengan mengikatkan kimono super pendeknya itu.

Reyhan menoleh kesamping dan melihat pantulan dirinya dan Sheilla dari cermin. Dilihatnya Sheilla tengah memelukanya dari arah samping belakang.

Ia bergidik ngeri dan menelan salivanya susah payah.

"Kamu baru selesai mandi, Yang?" Tanya Reyhan dan di angguki Sheilla, "Kenapa?"

Reyhan mencengkram sprei kuat-kuat agar tak menyerang Sheilla.

"Kamu? Kamu sakit yah?" Panik Sheilla saat mendapati wajah Reyhan yang mulai memerah dan panas.

Reyhan mengalihkan pandangannya ke samping lain dan terus mengumpat serta mengatur nafas.

*mulai nih sisi cowoknya* 😧

Sheilla menegakan badannya dan duduk di  pangkuan Reyhan lalu mengecek suhu tubuh suaminya itu.

"Ya ampun, Rey! Kamu tambah panas!" Pekiknya semakin khawatir dan Reyhan semakin tak bisa menahan diri.

"Kamu perasaan tadi baik-baik aja. Kenapa sekarang tiba-tiba panas gini?"

Reyhan berdeham dan berdoa semoga saja suara tidak serak.

"Pake Baju." Suruhnya. Naas suaranya malah semakin berat dan serak. Dan itu justru semakin membua Sheilla cemas.

"Ak-aku ambil obat dulu yah. Kayaknya aku  bawa paracetamol deh. Kamu baring yah? Liat aku.. buka mata kamu."

Reyhan menggeleng kuat. Tapi bukan Sheilla namanya jika tidak memaksa, ia menarik wajah Reyhan dan menyuruhnya membuka mata.

"Kalo gak buka mata aku ngambek!" Ancamnya. Reyhan segera membuka matanya dan langsung terarah pada leher mulus Sheilla.

Sheilla membeliak kaget saat melihat mata Reyhan yang memerah, "Ya ampun! Kamu diem disini yah! Aku-aku bawain obat dan kamu tiduran di kasur yah." Reyhan mengangguk patuh dan semakin menegang.

Sheilla turun dari pangkuan Reyhan dan berlari kecil ke arah kotak P3K di sebelah pintu kamar mandi. Reyhan semakin gugup saat terus memperhatikan Sheilla dari belakang.

"Aduh mana sih.." gumam Sheilla dan terus mengacak isi kotak itu.

Pluk!

Obat yang di cari jatuh dan menggelinding ke dekat almari. Sheilla segera berjongkok dan mengambilnya.

"Dapat!"

KEP!

Tangannya dicekal kuat dan bergetar.

"Sayang? Kamu ngapain disini kam-"

CUP.

Sheilla menahan nafasnya terdiam dan matanya melebar menatap balik mata kelam itu. Reyhan melepaskan bibirnya dan tersenyum manis.

Reyhan tak bisa menahannya lagi kini akalnya sudah di kuasai nafsu. Ia masih menatap mata indah milik Sheilla yang tengah kaget melihat ke arahnya.

"Obat aku hanya.." Reyhan menggantung ucapannya lalu mengusap lembut pipi istrinya yang memerah.

"... istriku. Yang cantik."

CUP.

***

My Little Fairy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang