Part | 39

1.4K 34 1
                                    

Sheilla dan Reyhan masuk ke sebuah ballroom dengan tersenyum mengembang layaknya tamu kehormatan. Mereka berdua mendapat tatapan memuja dari setiap pandang mata yang mengarah kepadanya.

Sheilla memakai gaun hitam selutut dengan rambut masih seperti tatanan sebelumnya hanya saja sesikit di tambahi hiasan kupu-kupu.

Reyhan masih mengenakan tuxedo hitamnya dengan gagah dan rambut yang sangat rapih dan terlihat begitu berwibawa.

Kedua pasangan itu berjalan di antara pasangan mata yang memusatkan pandangannya pada mereka dengan berbagai pujian.

"Itu calon istrinya Reyhan Axempo?!"

"Gue gak nyangka bakal secantik ini,"

"Lo tau? Dia adik dari leader Axempo!"

"Gila-gila-gila! Reyhan ternyata lebih ganteng aslinya,"

"Gausah katro!"

"Eh gue beneran! Ternyata mereka cocok banget!"

"Sangat-sangat pasangan yang bikin iri!"

"Bakalan patah hati nasional nih,"

Begitulah kira-kira bisikan pujian dari mereka.

Sheilla dan Reyhan hanya tersenyum menanganggapinya. Ah, mereka sangat terlihat cocok sekali.

Ia berjalan ke arah Ivan dan Sinta yang tengah tersenyum geli ke arah mereka.

"Dateng juga lo---calon suaminya mantan," goda Ivan dengan cengiran jahilnya.

Reyhan menatap Ivan dengan malas, "Kalo tunangan lo denger gimana nih?" Sahut Reyhan mencoba membalas Ivan sambil melihat ke arah Sheilla dan Sinta yang tengah tertawa saling sapa dan memberi ucapan selamat.

Ivan tersenyum mengejek, "Boleh, lo coba aja" tantang Ivan.

Reyhan sempat kehabisan kata namun ia tak mau kalah dan malah mencoba aksinya pada Sinta.

Reyhan tersenyum ke arah Sinta, "Btw.. selamat ya buat kalian. Dan.. makasih udah ngundang mantan dengan calon suaminya," lancar Reyhan dengan menahan tawa karena melihat ekspresi Sinta.

Sinta mengernyit lalu pandangannya teralih pada Ivan.

"Jadi ini?" Ivan mengangguk mantap.

Reyhan tersenyum puas.

"Ya ampun! Kamu teman kecilnya eh.. mantannya Ivan yah? Akhirnya aku ketemu juga!" Pekik Sinta dengan senang.

Sheilla hanya mengernyit tak mengerti dan sementara Reyhan tengah membelalakan matanya.

"Kamu... kamu-pasti bingungkan? Jadi Ivan itu sebenarnya pernah cerita tentang kamu, dan dia cari-cari kamu soalnya dia mau kenalin aku ke kamu.. Ivan itu nganggep kamu kaya adiknya banget," jelas Sinta antusias.

Reyhan ingin rasanya menggali tanah lalu mengubur dirinya seketika karena menahan malu.

"Lo--lo gak ada kecurigaan buat--" ucapan Reyhan terpotong.

"Oh.. nggak lah. Aku percaya sama Ivan, karena kunci dari kuatnya hubungan adalah kepercayaan".

***

Reyhan duduk dengan wajah yang masih buram karena menahan malu oleh kejadian tadi.

Sheilla tertawa geli di buatnya sampai tersedak minumannya.

"Hati-hati makannya," ujar Reyhan sambil membersihkan sisa air minum di bibir Sheilla dengan wajah cueknya.

Sheilla tersenyum tulus setelah mendapat perhatian Reyhan.

"Rey.."

Reyhan hanya melihat sekilas ke arah Sheilla lalu bergumam.

"Mulai besok kita udah gak bisa ketemu, ka---"

"Kenapa? Kenapa-kenapa?! Apa? Aku salah apa sama kamu? Baru aja baikan? Apa salah aku hah? Kasih tau aku apa salah aku? Aku gamau pisah sama kamu, Sheilla. Aku janji. Janji akan perbaiki kesalahan aku asalkan kamu jangan tinggalin aku, Sayang.. oh God!"

Tanya Reyhan ngosngosan dengan raut wajah yang berubah drastis dari sebelumnya.

Sheilla tercengang sebentar lalu tersenyum hangat meski di sekitarnya masih terdengar alunan musik namun tak terlalu jelas. Karena mereka tengah berada di taman hotel tempat pertunangan Ivan dan Sinta.

"Kamu gak salah apa-ap--?"

"Trus kamu kenapa? Kamu mau kita batalin pernikahan kita? Gitu? Iya? Gak! Aku gamau!" Tukas Reyhan dengan kesal dan sedikit tersulut emosi.

"Kamu dengerin aku dulu dong," gerutu Sheilla dengan muka masamnya.

Ah, Reyhan paling tidak bisa melihat peri kecilnya tanpa senyum. Ia mengalah dan diam.

"Jadi waktu tadi Bunda gantiin aku baju, kata Bunda aku udah gak boleh ketemu kam---"

Tiba-tiba Reyhan memegang pundak Sheilla dengan cepat.

"Apa? Jadi Bunda? Bunda yang udah bikin kamu mau batalin pernikahan kita? Sayang... ini kan-ini kan tinggal satu minggu lagi kita men--" Reyhan terdiam dengan tatapan yang sendu mengarah ke Sheilla.

Sheilla terdiam dengan sedikit bingung dan menunggu apa yang akan di katakan calon suaminya itu.

"Shit," umpatnya pelan.

Sheilla mengernyit, "Hah? Apa? Siti siapa?" Tanya Sheilla polos.

Reyhan memandang Sheilla dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Kamu.. maksud kamu, kamu mulai di pingit?" Tanya Reyhan memastikan.

Sheilla mengangguk pelan dan merasa aneh dengan sikap Reyhan.

Lalu Reyhan tertawa getir, "Untung aja aku sayang," ujarnya.

"Emang kenapa?"

Reyhan menggeleng, "Kenapa kamu gak bilang ciih?" Tanyanya dengan nada so imut.

Sheilla mendelik jijik.

"Aku mau bilang, tapi kamu motong duluan. Gimana aku bisa jelasin?"

Reyhan menahan tawanya dan rasa kesalnya walaupun kini sudah mulai memudar. Setelah itu Reyhan menyandarkan kepalanya di pundak Sheilla.

Sambil menghembuskan nafas lega Reyhan bermonolog sendiri.

"Iya sayang aku yang salah,"

My Little Fairy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang