Chapter 3

554K 18.4K 302
                                    

Play List : Pretty Girl - Maggie Lindemann

*****

Aldrich Reynand Maxstone sekarang sedang berdiri di atas panggung untuk memberikan kata sambutannya sebagai pemilik baru dari PIS (Pelita Internasional School).

Tidak bisa dipungkiri Aldrich sangat berkarisma di atas sana. Dengan setelan jas mewah, suara yang berat dan kecerdasannya dalam bertutur kata. Tentu saja hal tersebut membuat semua gadis terpana atau histeris meng-elukan si pemilik sekolah yang baru.  Tapi tidak dengan Abigail, sedari tadi ia ingin segera kabur dari tempat itu, menghindari pria hidung belang yang sudah memperkosanya,  tapi tidak bisa dia lakukan. Abigail harus menerima penghargaan sebagai siswi terbaik dalam akademik. Dan hal yang paling tidak di sukainya, ternyata sekolah pun mengundang beberapa wartawan untuk meliput acara konyol ini. 

"Gila! Kita salah perkiraan, ternyata bukan om-om berkepala botak pemilik sekolah baru, ini mah om-om baday. Gue sih mau!"

"Lo nya mau, si om nya kagak!" cibir Isabela dengan tertawa.

"Tapi gue cantik, sepadanlah sama dia.."

Isabela memutar kedua bola matanya dengan malas.

"Dia pemilik Maxston group? benaran? Widih sudah tajir, ganteng, berkarisma, pinter, kurang apalagi coba?! Idaman banget ini mah!" lanjut Viola meneruskan celotehannya.

"Berisik!"

"Kok lo ngegas sih bi?!"

"Tunggu tunggu, berarti waktu lo di perko----"

"BEL!" bentak Abgigail memotong ucapan Isabela hampir menyebutkan hal yang begitu tabu di depan umum. Abigail tidak peduli jika kini semua orang yang berada di lapangan menatap aneh padanya.

"Penthouse waktu lo di perkosa, di hotel milik pak Aldrich dong?" bisik Isabel meneruskan ucapannya.

"Bisa diem gak sih lo? Sebelum gue cabein tuh mulut!"

"Santai dong bi, ngegas mulu... Cepet tua tar!"

Abigail mengabaikan peringatan dari Viola, ia kembali memfokuskan dirinya ke arah panggung. Menatap Aldrich yang masih memberikan kata sambutannya. Tiba-tiba Aldrich menatap ke arah Abigail, untuk beberapa saat mata mereka berdua saling beradu.
Aldrich menatap Abigail dengan tatapan menggoda, sedangkan Abigail menatap Aldrich dengan tatapan tajam penuh dendam.

"Halo cewek-cewek." sapa Marco dengan melingkarkan tangannya di leher Abigail. 

"Hallo Marco ganteng."

"Ganjen amat sih loh!"

"Ye... Emang Marco ganteng! Mau diapain coba?!"

Abigail berdecih sebal, mood-nya benar-benar dalam masa tahap akhir menuju kehancuran, dan itu semua gara-gara si pemilik sekolahnya yang baru. 

Marco terkekeh, sambil mengusap puncak kepala Abigail, cewek galak yang disukainya dari semenjak pertama kali melihatnya pada saat MOS dulu. 

Setelah Aldrich menyelesaikan kata sambutannya, acara dilanjutkan dengan pemberian penghargaan untuk beberapa murid berprestasi.

".... Abigail Meshash Pradipta."

Abigail menghela napasnya, kemudian melangkahkan kakinya dengan ogah-ogahan ke atas panggung ketika namanya dipanggil. 

Nahas, yang memberikan penghargaan padanya adalah si bajingan mata keranjang Aldrich. Abigail mendesah dalam hati kalau si bajingan ini adalah pemilik sekolah, tentu saja pria itu yang akan memberikan penghargaan dan simbolis pemberian beasiswa untuknya. 

My Little Girl √√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang