Chapter 41

244K 9.8K 273
                                    

Play list : Sorry - Justin Bieber

*****

"Zayn, putuskan hubungan kerja sama kita dengan AGURRA GROUP."

"Apa? Kenapa?"

"Turuti saja! Dan kau harus pastikan AGURRA tidak mendapatkan sponsor dalam waktu dekat."

"Kenapa tiba-tiba? Kita sudah cukup lama bekerja sama dengan AGURRA, selama ini kita tidak ada masalah dengan mereka. Bahkan mereka sangat menguntungkan untuk perusahaan kita."

"Aku tidak peduli! Besok pagi aku ingin mendapatkan laporan darimu jika kita sudah tidak ada hubungannya lagi dengan AGURRA."

Aldrich menutup teleponnya secara sepihak. Lalu ia melangkahkan kakinya keluar dari kamar, mencoba untuk mencari udara segar.

"Kau sedang apa?" tanya Aldrich mencoba berbasa-basi pada Abigail yang sedang belajar di ruang TV.

Akhir-akhir ini Abigail memang sangat rajin belajar sebagai persiapannya untuk melanjutkan kuliahnya lagi yang tinggal menghitung bulan saja. Dan Aldrich sangat bangga pada wanita muda yang masih berstatus istrinya itu, disaat ia di repotkan dengan kehamilan yang menginjak bulan ke 7, Abigail masih bersemangat dengan cita-citanya meskipun Aldrich tau itu dapat membuatnya lelah lebih cepat. Aldrich sangat mengkhawatirkan keadaannya. Tapi tidak ada yang bisa ia lakukan, karena Abigail menganggapnya seperti hantu tak terlihat. Contohnya seperti sekarang, lagi-lagi Abigail tidak menghiraukan suaranya, tidak menghiraukan pertanyaannya, tidak menghiraukan kehadiran dirinya. Dan Aldrich hanya bisa menghela napas dengan sabar.

"Kau sudah makan?" lanjut Aldrich bertanya, namun lagi-lagi Abigail masih memilih mengabaikannya, ia lebih memilih berkutat dengan bukunya, tidak berniat menjawab apalagi menolehkan wajahnya sedikitpun ke arahnya, Aldrich menghela napasnya dengan kasar.

"sudah cukup____" Aldrich bangkit dari duduknya, lalu ia membereskan buku-buku yang berserakan di meja.

"APA YANG KAU LAKUKAN?"

Aldrich tidak menghiraukan bentakan Abigail, ia tetap membereskan buku-buku Abigail bahkan merebut buku yang ada di tangan Abigail. Abigail menatap nya dengan geram.

"Sekarang jadwalmu makan." jelas Aldrich kemudian, dengan menggendong Abigai ala bridal.

"Aldrich! Lepaskan! Apa kau ingin memaksaku lagi hah? Kenapa kau selalu seenakna?!"

"Berhenti meronta, kau berat, nanti kau jatuh! Ah---" Aldrich meringis ketika Abigail menjambak rambutnya dengan sekali hentak.

"Aku. tidak. berat!" sanggah Abigail penuh dengan penekanan, wanita itu memalingkan wajahnya dengan kesal.

bibir Aldrich melengkung ke atas, ia senang akhirnya bisa menerima kemarahan dari Abigail kembali.

Sudah cukup ia mengalah dengan di anggap hantu oleh gadis kecil-nya selama satu minggu ini, sekarang tidak lagi, karena Aldrich sangat merindukannya, merindukan saat-saat bersama si pemarah Abigail, istrinya. Aldrich rela walau pun harus menerima bentakan bahkan pukulan dari gadis itu selama wanita itu menganggapnya kembali ada. Karena perlakuan Abigail padanya akhir-akhir ini membuat Aldrich kesepian.

"Aku tau, bahkan kau seringan bulu angsa."

"Aku. tidak. seringan. itu."

"Oh baiklah, kau seringan manusia normal, apa perkataanku kali ini tepat?" goda Aldrich dengan mengerlingkan matanya pada Abigail.

My Little Girl √√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang