Unexpected Fate (Part 2)

2.4K 285 162
                                    


Gue dan ShonenT berlari tergesa menembus dinginnya malam yang menusuk kulit. Jalanan yang gelap tidak membuat kami menurunkan kecepatan. Hari semakin larut, jika kami tidak bergegas, bisa gawat semuanya!

Tadi, tepat setelah ShonenT menceritakan semua yang terjadi, gue langsung nelpon ibunya. Ibunya itu lalu memberi kabar pada orangtuanya Suzumu. Tentu saja mereka kaget. Mereka sudah sangat cemas ketika Suzumu tak kunjung pulang, dan kini mereka harus menghadapi kenyataan pahit mengenai putra mereka.

Gue ngga habis pikir, kenapa anak itu bisa tiba-tiba menghilang? Padahal seharusnya tong sampah dekat hutan terlihat dari tempat ShonenT menunggunya.

Kini, kami berdua sudah memasuki kawasan hutan. Sambil terus memanggil Suzumu, kami melihat keadaan sekitar. Siapa tahu berhasil menemukan bocah bersurai coklat itu. Tetapi setelah sekian lama berputar, kami tak menemukan keberadaannya.

Lelah, kini kami duduk di bawah sebatang pohon. Napas kami memburu, akibat dari terus berlari tanpa henti sejak tadi. Gue mengeluarkan sebotol air mineral dan menyodorkannya pada ShonenT. Bocah yang sudah terlampau haus itu meminum air yang gue berikan dengan cepat, menghabiskan lebih dari setengah botol.

"Kamu pasti capek, ya. Sudah, istirahat dulu," ujar gue seraya mengelus kepalanya. Bocah itu terisak, "Gimana ini, Pak? Suzumu belum ketemu. ShonenT ngga mau kehilangan Suzumu.. dia temen curhat ShonenT satu-satunya..."

Gue mengernyitkan alis, "Temen curhat?" ShonenT mengangguk pelan. "Satu-satunya orang yang percaya dan ngga takut sama ShonenT dari kecil dulu... cuman Suzumu..."

"Oh, maksud kamu tentang keadaan kamu yang bisa lihat begituan?" gue bertanya langsung to the point. ShonenT tersentak. Anak itu lalu menoleh perlahan ke arah gue, "D-Darimana Bapak tau?"

Kembali gue mengacak-acak rambut anak itu sambil tersenyum, "Ibu kamu yang cerita sama Bapak... emangnya, ShonenT ngga pernah cerita ke temen yang lain soal ini?"

Anak itu membalas dengan gelengan, "Kebanyakan ngga percaya sama ceritanya ShonenT. Ada juga yang jadi takut sama ShonenT dan ngga mau main sama ShonenT. Tapi Suzumu beda. Suzumu itu suka banget sama hal-hal yang berbau mistis. Dia suka nontonin film horor padahal ujung-ujungnya ngga berani ke kamar mandi sendirian. Suzumu juga selalu ngehibur ShonenT dan bilang kalo ShonenT itu keren. Suzumu... teman ShonenT yang paling berharga, Pak..."

ShonenT kini kembali terisak. Ia takut dan cemas pada Suzumu. Gue juga merasa sedih sebenernya. Gue paham rasanya kalau sampai kehilangan orang yang sangat berharga.

"Kita pasti bisa menemukaan Suzumu," hibur gue. ShonenT menengadah, memandang wajah gue dengan mata yang masih sembab. Gue tersenyum lebih hangat, "Kita pasti bisa, oke?" dan ShonenT kini tersenyum kecil sambil mengangguk senang.

"Oh, ya, ShonenT," gue melanjutkan ucapan gue, "kalo menurut Bapak, ngga ada salahnya kalau kamu mulai berhenti membenci keadaan kamu sendiri." ShonenT memiringkan kepala, "Maksudnya?"

Angin malam berhembus, menerpa kami berdua. Masih dengan senyum hangat, gue melanjutkan, "Kalau menurut Bapak, justru keadaan ShonenT itu bisa jadi suatu kelebihan. Bapak yakin, ShonenT bisa menolong temen ShonenT dengan kemampuan ShonenT itu. Asalkan ShonenT percaya pada diri ShonenT sendiri dan mampu mengatur kemampuan ShonenT dengan baik."

shonenT masih memandang gue dalam diam. Manik coklatnya seakan menangkap sesuatu, kemudian ia tersenyum pada gue. lantas bocah itu mengangguk, "Un, makasih ya, Pak Shoose!"

tiba-tiba terdengar suara dari semak-semak. Kami berdua langsung siaga. Gue merasa suara itu semakin menjauh. Karena penasaran, gue segera menggandeng tangan ShonenT dan mulai mengikuti arah perginya suara gemerisik itu.

Little Utaite and Their School [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang