Kogeinu dan Kain sweatdrop. Kradness benar-benar menerima permen lolipop dari orang itu. Si rambut pirang melompat kegirangan dikasih permen. Sementara orang-orang itu menyembunyikan seringai.
Kradness kecil mengamati permen yang ia dapat. Diendusnya makanan manis itu. Setelahnya, bocah itu tersenyum.
"Hei, Om pernah denger 'halusinogen' ?"
Orang-orang itu saling pandang. Anak di depan mereka kini memutar-mutar lolipop di tangannya. "kira-kira ini permen kalo dijual laku berapa, ya? Hmm... kayaknya Krad ngga pernah liat permen ini di toko..."
"I-itu permen merk baru. Cuman Om yang jual. Enak banget, lho... nanti kalo adek mau beli lagi, tinggal bilang sama Ayahnya. Jadi nanti beli yang banyak ke Om..." ujar orang yang tadi memberikan permen itu.
"Mentang-mentang harga daun cannabis sekarang lagi mahal, ya?" sela Krad. Orang-orang itu terbelalak. Kali ini Kradness membuka bungkus permen itu. Warna mencolok berwarna-warni terlihat menarik.
"Sebulan omsetnya berapa buat barang yang ngga penting kayak gini? Udah berapa orang yang kalian peras dengan menjual barang haram ini?"
"Om pinter banget, yah! Tau aja anak kecil itu suka permen. Kalo targetnya orang yang udah gede, pasti bakalan susah karena udah banyak masyarakat punya kesadaran kalo barang ini bahaya. Beda dengan anak kecil yang masih ngga tau apa-apa..."
Orang-orang itu saling pandang. Wajah mereka kini perlahan pucat. Kradness menyadari hal itu. Sepertinya prediksinya tepat. "Permen ini bikin anak kecil ketagihan. Kalo udah ketagihan, nanti minta beli terus. Biar kutebak! Pasti awalnya dikasih gratisan dulu, terus lama-lama kalo pengen lagi harus beli. Lama kelamaan harganya tambah mahal... tambah mahal... terus! Iya kan?"
Baiklah, kini orang-orang itu benar-benar pucat. Kradness melanjutkan ucapannya, "Om tau aku ini orang kaya. Jadi Om mau berusaha nguras duit Ayah sama Ibu buat barang bahaya ini. Iya kan? Ngga bermoral banget tau engga! Pasti udah banyak banget anak di luar sana yang jadi korban kalian iya kan?"
"Ayah selalu berpesan, jangan mau kalo dikasih barang sama orang ngga dikenal. Apalagi kalo barangnya itu makanan. Kradness udah hapal modus oknum kayak kalian. Yang maunya dapet keuntungan gede diatas penderitaan orang. Kalian itu harusnya dipenjara!"
"DIEM AJA LU BOCAH!!!"
Kradness sudah memprediksikan serangan itu. Dengan sigap anak kecil itu mengelak ke samping. Rekan orang itu yang lain ikut menyerangnya, tetapi mata Kradness yang awas berhasil menghindari seluruh serangan itu.
"Semakin tinggi sebuah pohon, semakin kencang angin yang menerpanya. Sama kayak manusia. Semakin tinggi posisinya, semakin banyak yang benci sama dia."
Kata-kata sang Ayah membuat Kradness berbinar. Mereka duduk berdampingan di sebuah gazebo yang ada di halaman samping rumah mereka.
Kemudian sang ayah mengelus rambut Krad. "Jadi, Kradness harus bisa melindungi diri Krad dan keluarga Krad sendiri. Sebab jika Krad orang yang besar, pasti orang sekitar Krad akan semakin rawan kena bahaya," pesan ayah muda itu.
Kradness mengangguk, "Iya deh. Krad mau ikut latihan beladiri..." sang ayah tersenyum sambil mengacak-acak surai pirang Kradness. "Anak Ayah pinter! Jangan khawatir. Ada Luz juga kok nanti di sana. Oke?"
"Oke!!" jawab Krad sambil melompat kegirangan.
-
-
Kradness lebih dari sekadar sadar. Menjadi orang kaya bukan berarti dirinya orang paling bahagia sedunia. Jika anak-anak konglomerat lain akan memanjakan diri dan bersenang-seanng dengan hartanya, Kradness tidak memikirkan hal semacam itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/132520418-288-k820770.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Utaite and Their School [END]
Fanficpara utaite berubah jadi anak SD unyu-unyu sekaligus kurangajar. seorang guru baru bernama Pak Shoose ditugaskan untuk mengajar anak kelas 2-C yang memiliki keanekaragaman hayati berupa anak-anak yang imut-imut sekaligus amit-amit. akankah guru baru...