Gue lagi asik-asiknya ngrumpi bareng Pak Yuge ketika tiba-tiba Kradness berlari-lari dari arah hutan bersama kawan-kawan seregunya. Raut wajah mereka terlihat begitu panik.
"Pak Shoose! Pak Shoose!!! Kuroneko sama Silvana diculik, Pak!!!" teriaknya dengan ganas.
Gue sontak menyemburkan lagi kopi yang baru gue seruput, "Hah? Diculik?! Yang bener kamu, Krad?" gue memekik ngga percaya.
Si pirang mengangguk mantap. "Pusu tadi liat ada orang-orang berbaju hitam masukkin mereka ke dalam truk, Pak," si Pusu menimpali.
Mendengar itu, gue lantas menghubungi Pak Sekihan. Tentu saja beliau terkejut bukan main. Seluruh murid dan guru yang sedang berjaga di pos atau masih berkeliaran dalam hutan diminta kembali ke lapangan kemah.
Para guru panik, terutama ketika tiba-tiba ada sebuah mobil bermerk mahal tiba-tiba parkir di jalan dekat lapangan kemah. Sepasang suami-istri turun dari sana dengan napas terengah-engah dan raut wajah panik.
"Maaf, Pak, kami orangtuanya Kradness. Kami baru saja mendapat telepon dari orang tak dikenal katanya Kradness diculik. Apa itu benar, Pak?" tanya sang istri - ibunya Kradness dengan nada sangat cemas.
"Orangnya salah culik, Bu," tukas Kradness yang muncul dari balik kaki gue. hal itu membuat orangtuanya terkejut bukan main.
"Aduh, bagaimana ini? Kami malah bikin masalah. Krad memang sudah biasa diculik seperti ini, tapi ini kok malah salah orang? Bikin tambah ruwet saja!" gerutu Ayah Kradness, "Kalian tahu orangnya kemana?"
"Pak, Soraru sudah berhasil menghubungi Kashi," ucap si raven yang tahu-tahu muncul dari kerumunan anak. Gue membelalak kaget, di tangannya terdapat sebuah walkie talkie yang entah didapat darimana.
Gue masih belum mudeng, "Hah? Apa maksudmu, Sor? Kamu... menghubungi Kashi?"
Masih dengan tampang datar, bocah itu menjelaskan, "Lho, kalian gak sadar kalo Kashi sama Araki ngga di sini? Dari semalam kami emang curiga karena liat kayak ada orang-orang yang ngintipin dari balik semak. Terus saya ambil hipotesis ini mungkin ada kaitannya sama Kradness mengingat dia tajir banget. Jadi besoknya saya titip pesen ke Kashi sama Araki."
Gue tersentak, memang benar. Mereka berdua tak terlihat dimana-mana. "Soraru emang suruh mereka buat ngikutin orang yang terlihat mencurigakan sebelum berangkat. Dan setelah Kuroneko sama Silvana diculik, mereka menyelinap ke belakang truk biar ngga kehilangan jejak," lanjut Soraru masih dengan santainya.
Bertambahlah keterkejutan gue. mereka ini nekatnya bukan main. "Soraru! Itu kan bahaya, kita harus gimana? Kalo entar mereka kenapa-kenapa gimana?" gue berseru panik.
Soraru menedengkan jari telunjuknya ke arah gue. agak kurangajar emang, tapi gue memilih diam karena gue tahu otaknya ini gak bisa diremehkan bahkan oleh orang dewasa.
"Kashi bilang dia memberi tanda pakek ngejatuhin kelereng di sepanjang jalan truk itu. Kita cukup ngikutin kelerengnya aja," papar si Soraru kemudian.
"Lha? Kelereng itu kan banyak, Sor... gimana caranya kita bedain kelereng Kashi sama kelereng lainnya?" tukas gue semakin panik. Duh! Kalau salah Kashi sama Araki bisa ikutan celaka, kan?
Tiba-tiba Amatsuki menukas, "Aku hapal kelerengnya Kashi! Kelereng dia itu khas banget soalnya."
Soraru langsung mengacungkan jempolnya. Kemudian ia berbalik lagi menghadap gue, "Soraru juga masih terhubung dengan Kashi sama Araki pake walkie talkie ini. Emang sering kami buat mainan soalnya. Ini punya orang rumah."
"Yaudah, kalo gitu ayo naik mobil kami saja!" tawar Ayah Kradness. Soraru menggeleng, "Jalan kaki aja, Om. Menurut saya mereka ngga akan dibawa jauh-jauh, soalnya plat nomernya bukan plat nomer sini kata Araki. Lagian, ntar kita ngga bisa mungutin kelerengnya Kashi, dong. Kan kalo kelindes ban mobil sama aja bohong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Utaite and Their School [END]
Fanfictionpara utaite berubah jadi anak SD unyu-unyu sekaligus kurangajar. seorang guru baru bernama Pak Shoose ditugaskan untuk mengajar anak kelas 2-C yang memiliki keanekaragaman hayati berupa anak-anak yang imut-imut sekaligus amit-amit. akankah guru baru...