Dark Light and Light Darkness

3.1K 303 117
                                    

"Luz, Kain, makasih ya udah mau mampir ke rumah Krad..." kata si Kradness ceria.

Kain dan Luz mengangguk. Mereka berdua melambaikan tangan kemudian pergi, berjalan bersama. Kradness mengamati mereka hingga menghilang di persimpangan jalan, kemudian kembali masuk ke rumahnya.

"Kadang aku kasian deh, sama Kradness. Orangtuanya jarang di rumah. Meskipun Kradness ngerasa baik-baik aja, tapi tetep aja. Kan dia kesepian... apalagi di rumah sebesar itu," komentar Kain sementara ia berjalan beriringan dengan Luz.

"Tapi... Luj ili cama Klad," gumam Luz lirih. Hal itu membuat Kain berhenti berjalan, begitu juga dengan Luz yang kini menunduk menatap tanah.

"Kenapa? Bukannya rumah Luz ngga kalah gedenya dengan rumah Krad? Orangtua Luz juga kaya, kan?" Kain menyanggah, bingung.

Luz menatap Kain pada maniknya, dengan tatapan redup, "Ada cecuatu yang dimiliki Klad tapi ngga Luj dapatkan. Dan cepeltinya ngga akan pelnah Luj dapatkan."

-

-

-

Rumah besar bergaya antik itu berdiri kokoh di atas bukit sana. Luz melambai pada Kain, mereka harus berpisah di persimpangan dekat situ. Kemudian dengan langkah pelan ia berjalan menaiki bukit itu. Dengan pepohonan rimbun yang tumbuh hampir di seluruh area bukit membuat rumah besar itu hanya terlihat atap hitamnya saja dari kejauhan.

Suasana agak suram, terlebih lagi langit sudah menjingga sedari tadi. Sang mentari telah berpamitan, pulang dan akan kembali besok pagi.

Dibukanya pagar hitam yang tinggi itu, menimbulkan suara berderit yang cukup nyaring. Kemudian ia melintasi halaman yang cukup luas sebelum membunyikan bel rumah itu dengan bantuan tongkat yang tergantung di sudut teras.

"Sebentar," terdengar jawaban dari dalam. Beberapa saat kemudian pintu terbuka, seorang pealayan berdiri di sana dengan beberapa pelayan lain yang membentuk formasi di belakangnya.

"Oh, Tuan Muda, Anda sudah pulang?" pelayan tadi menyapa dengan sopannya.

Luz mengangguk. Ia lantas masuk dan beberapa pelayan yang tadi membentuk formasi kini menghambur ke arahnya. Ada yang melepaskan sepatunya kemudian meletakkan sepatu itu di rak, ada yang mengambilkan tasnya, ada juga yang datang membawa nampan berisi makanan dan minuman.

"Tuan Muda, jika Anda ingin mandi kami sudah menyiapkan air hangat untuk Anda." Kata pelayan yang tadi membukakan pintu.

Luz mengangguk. "Ayah?"

"Tuan Besar sedang berada di ruang kerjanya," sahut sang pelayan sekenanya.

Luz berlalu, ia membersihkan diri kemudian merebahkan tubuh kecilnya di tempat tidur empuk yang besar itu. Belum ada lima menit, seseorang mengetuk pintu kamarnya.

Dengan langkah gontai Luz berjalan dan membukakan pintu itu, "Ada apa?" ia bertanya pada pelayan tadi yang kini berdiri di hadapannya.

"Tuan Besar menyuruh Anda untuk menemui beliau di ruang kerja sekarang."

Luz menghela napas. Kemudian ia kembali menatap pelayan tadi, "Baiklah, aku akan cegela ke cana."

Pelayan itu kemudian membungkukkan badan dan berlalu pergi. Luz menatapnya datar, kemudian pergi, memenuhi panggilan.

-

-

"Kenapa Ayah memanggilku?"

Kini Luz berdiri di sana, di hadapan seorang pria yang duduk membelakanginya. Hanya keheningan untuk beberapa saat. Hingga...

Little Utaite and Their School [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang