In Memorial...

2.6K 253 35
                                    

Dahulu, ada seorang pria yang selalu menjunjung tinggi idealisme keadilan. Dia adalah seorang jenius. Sejak kecil, ia selalu mendapat peringkat terbaik.

Pria ini lalu mendapat beasiswa pendidikan di luar negeri. Dia belajar tekun, tetapi sebenarnya, ia tak tahu kemana arah tujuan hidupnya.

Pada fase inilah, ia merasa geram terhadap banyaknya ketidakadilan yang merajalela di muka bumi. Banyak orang tak bersalah harus memikul dosa yang bukan miliknya. Banyak juga yang mati tanpa mengetahui apa-apa. Sementara orang-orang yang seenak jidat memanfaatkan nama 'keadilan' untuk memuaskan ego pribadi menari-nari dan berpesta pora.

Pria ini sangat marah. Ia lalu mengambil sebuah jubah merah, dan pergi mengelana di negara-negara konflik untuk membantai orang-orang yang pantas mati baginya. Orang ini menjadi legenda, dan dikenal sebagai pembantai yang paling keji yang pernah ada...

The Red Riding Hood

Tapi suatu ketika, hatinya merasa goyah. Satu pertanyaan sederhana tiba-tiba muncul di benaknya.

'Apakah yang aku lakukan ini sudah benar?'

Pria ini memutuskan pulang ke negara asalnya. Dia mencoba menjadi orang normal, tetapi hati kecilnya selalu berontak ketika melihat ketidakadilan di sekitarnya.

Ia kembali menjadi pembunuh berantai. Orang-orang takut akan keberadaannya yang seakan membaur dengan bayangan. Pada malam-malam sepi, penjahat yang berkeliaran sendirian akan celaka.

Tapi suatu hari, seorang gadis menyapanya di pelataran taman, di tepi kolam ikan koi.

"Sedang apa kau di sini? Penampilanmu urak-urakan begitu!"

"Berisik. Pergi sana!"

Si gadis menggembungkan pipi seraya berkacak pinggang, sebal, "Buuhh!! Tidak sopan! Aku mengajakmu bicara dengan baik-baik!"

Setelah itu, di tempat yang sama mereka seringkali berjumpa. Bertukar pembicaraan. Tanpa sadar, pria ini mulai terbuka pada si gadis.

"Shoose itu orang yang sangat baik. Saking baiknya sampai tidak bisa mengabaikan ketidakadilan yang terjadi di dekatmu," katanya suatu hari.

"Tapi aku melakukan hal yang salah. Aku tak pantas lagi berbaur dengan masyarakat," tukas pria berhoodie hitam itu.

Kali ini sang gadis berdiri tepat di hadapannya, kedua tangan ia sembunyikan di balik punggung. "Tidak, kok," sanggahnya, "aku yakin pasti kau akan diterima lagi di masyarakat!"

Tapi ternyata, takdir masih tega membawakan badai untuknya.

Kota mereka diserang sekumpulan teroris tak dikenal. Pria ini menarik tangan si gadis, menuntunnya lari ke tempat yang aman.

Tetapi ternyata, tepat di bibir pelabuhan, seorang sniper yang diketahui merupakan pemimpin para teroris itu membidiknya dari mercusuar. Peluru ditembakkan, tepat mengenai jantung si gadis.

Pria ini jadi murka. Dengan cepat mereka sudah berhadapan di dalam mercusuar. Pertarungan sengit terjadi dan pria ini berhasil menjatuhkan sniper itu ke laut setelah sebuah sabetan menyebabkan sebuah luka yang dalam di dahi lawan.

Namun sekali lagi, ia ditolak oleh masyarakat. Pria ini lalu hidup berpindah-pindah. Ia tak berani pulang ke keluarganya. Pikirnya, kedua orangtuanya pasti malu kalau tahu anaknya menjadi seorang kriminal.

Little Utaite and Their School [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang