That Night Party (Part 7)

2.4K 289 353
                                    

Gue kasih tau ke lo, ya. Dengan lo ganti pekerjaan jadi guru, bukan berarti kehidupan lo bakalan berubah 180 derajat jadi damai.

Itulah yang namanya karma. Sepintar apapun lo ngehindar, lo tetep akan bertemu dengan masalah.

-

-

Pukulan, tendangan.

Semua serangan yang orang itu tujukan benar-benar cepat. Gue harus ekstra jeli mengamati setiap gerak-geriknya sekecil apapun. Orang ini cukup berbahaya! Dari auranya gue bisa ngerasain hawa membunuh yang sangat pekat.

"Nqrse," panggil Araki, "dia ngga bawa senjata api, kan?" yang ditanya menoleh. Sejenak kemudian digelengkan kepalanya pelan.

Kashi langsung menarik kerah jas si pucuk apel, "Kamu mau ngapain? Jangan bilang kalau kamu mau ikut maju bantuin Pak Shoose?!" Araki menunduk. Yang lain terkesiap.

"Jangan, Araki!" seru Shima, "Terlalu bahaya!"

"Shima benar!" imbuh Senra, "yang ada kita nanti malah membebani Pak Shoose lagi. Lagipula aku yakin kok Pak Shoose ngga bakalan kenapa-kenapa. Liat aja cara Bapak bertarung itu."

"Tapi!-" Araki ingin membantah, tetapi benar juga. Lawan mereka kali ini jelas berbeda. Araki tahu itu. Tetapi entah kenapa tubuh kecilnya tak ingin diam saja. Rasanya ia ingin membantu sang guru.

Sementara gue tetap fokus menghindari sekaligus membalas setiap serangannya. Orang ini sejak tadi bertarung dengan tangan kosong. Meski begitu, gue tetap waspada kalau-kalau orang ini tiba-tiba mengeluarkan senjata.

"Kenapa, hah? Kok serangan lo jadi lebih lemah dari yang pertama tadi?" ujar musuh di hadapan gue itu. Gue tak mengindahkannya. Jangan dengarkan apapun yang dikatakan orang ini.

Tiba-tiba orang tadi hendak menghajar Reol. Gue dengan cepat menangkis serangan dia dan membuatnya terdorong agak jauh. "Mundur, Reol!" pinta gue yang langsung dituruti gadis kecil itu.

Orang itu menyeringai, "Sudah gue duga gara-gara ada anak murid lo."

Gue dengan cepat maju ke hadapannya. Tak lama gue tarik kemudian mematahkan lengan kanan orang itu. Si musuh memekik linu. Gue dengan cepat membenturkannya ke lantai kemudian menghempaskannya agak jauh.

Orang itu terbatuk, kemudian meringis sakit. Tapi sesaat kemudian ia terkekeh, "Benar-benar... lo itu sebenernya siapa, sih? Dari cara gerak lo, gue tahu lo udah biasa bertarung begini..."

"Ngga usah ikut campur!" sela gue sambil menendangnya sekali lagi. Kali ini membentur dinding hingga retak. tak hanya retak dinding, gue bisa mendengar suara tulang retak darinya.

Dari kondisinya, seharusnya dia sudah tidak bisa bertarung lagi. Tetapi gue harus tetap waspada.

Sementara Araki kecil terbelalak. Matanya yang jeli menangkap musuh kuat itu diam-diam hendak mengambil sebilah kapak yang sebenarnya berfungsi sebagai hiasan tak jauh darinya. Merasa tak bisa diabaikan begitu saja, Araki langsung berlari ke arah orang itu.

"JANGAN SAKITIN PAK SHOOSE!!!" teriaknya geram. Orang itu menyeringai. Tahu-tahu saja ia sudah di hadapan Araki, hendak menyerang bocah itu. Gue yang kaget refleks berlari ke arah mereka berdua.

"Awas, Araki!!!"

Senyuman terlihat, "...kena, lo!"

Tiba-tiba saja orang itu justru menyerang bagian tengkuk gue dengan cepat. Gue lengah. Otomatis gue langsung ambruk di lantai. Sial! Orang ini pasti mengincar titik saraf tungkai di bagian tengkuk!

Gue secara otomatis ngga bisa bergerak. Kalo lo belajar akupuntur, harusnya lo tahu kenapa. Orang di hadapan gue ini beneran pro. Dengan cerdik nan liciknya ia memanfaatkan kesempatan.

Little Utaite and Their School [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang