Waktu masih menunjukkan pukul enam saat gue termenung dalam kelas. Tentu saja belum ada siswa yang datang. Dirundung kebisuan, gue mengamati ponsel dalam genggaman gue dengan pilu.
Semalam, gue sudah dengar semuanya dari Hashiyan. Anak itu menceritakan lengkap dari awal, mengenai apa yang dia tahu. Apa yang telah terjadi antara dia dan Soraru. Kalau gue berada di posisi Soraru, sudah pasti gue juga bakalan marah besar pada Hashiyan.
Tetapi dari sudut pandang seorang guru, apa perlu Soraru sampai semarah itu? Padahal seharusnya mereka berdua lebih terbuka.
Gue mengepalkan tangan gue erat-erat. Guru macam apa gue ini? Gue ngga tahu ada kejadian begini di kelas gue. Saat ini gue bertekad, hari ini juga, akan gue selesaikan ini semua. Gue bersumpah!
Jam pelajaran pertama dan kedua sudah usai. Sekarang, waktunya istirahat. Gue dengan mantap dan tegas menghampiri bangku Soraru. Seperti yang gue duga, anak itu sedang tertidur dengan pulasnya.
"Soraru, bisa ikut Bapak sekarang?" kata gue sambil membangunkan bocah itu.
Si surai raven mengucek matanya beberapa kali. Racauan tak jelas keluar pula dari bibirnya. Setelah sebagian besar kesadarannya telah terkumpul, bocah itu bertanya, "Kemana, Pak?"
Gue menghela napas lalu menyambar tangan kecilnya yang lemes. "Kan, kemaren tinggal kamu yang belum cek kesehatan!"
Sekalian mau gue interogasi nih bocah.
Bodo amat Soraru dengerin gue apa engga, gue gandeng dia yang masih setengah sadar keluar dari kelas. Kami menyusuri koridor, naik ke lantai dua, lalu berbelok masuk ke dalam UKS.
Sampai disana, Soraru gue dudukkan di tepi kasur UKS. Lalu gue menarik kursi penjaga UKS yang kebetulan lagi engga ada di lokasi dan duduk di depan Soraru.
"Soraru, Bapak mau tanya, kamu kenal dengan suara yang ada di rekaman ini?"
Setelah berkata begitu, gue menyalakan rekaman dalam ponsel yang gue bawa.
Dalam rekaman, terdengar suara pintu didobrak kasar, lalu beberapa barang terjatuh menimbulkan suara keras. Ada suara langkah mengentak disertai suara seretan. Terdengar juga rantai bergemerincing disertai rintihan samar.
"Berani ya lu kabur lagi, dasar anak b*ngs*t!"
"A-Ampun... T-Tuan, ampun... Hik! Hik!"
"Lihat ini! Rumah berantakan! Makan malam belum siap! Gua kan udah suruh lu beresin semuanya, kan?! terus apa ini??"
Ctak!
"AAAA!!! SAKIT!!!"
"BERISIK! GUA UDAH SUSAH NGURUSIN LU, NGEBIAYAIN HIDUP DAN SEKOLAH LU! INI BALASAN YANG GUA DAPAT, HAH?!"
SRAAKKK!!! BUGH!
"Uhuk! Uhuk!! A-Ampun... Hik! Hik!"
"Lu itu anak sial! Sama sialnya sama wanita br*ngsek itu! Andai lu ngga pernah lahir!!!"
Ctak! Ctak! Ctak!!!
"AAAAAA!!!! SAKIT!!!! UDAH! UDAH! AMPUUUUNNN!!!!"
"DIEM! Sekarang lu ikut gua!"
"Engga, engga!! aku minta maaf, aku minta maaf... huhuhu... tolong, jangan..."
BYUUUR!
"Ukh... dingin... perih.... udah cukup..."
"DIAM!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Utaite and Their School [END]
أدب الهواةpara utaite berubah jadi anak SD unyu-unyu sekaligus kurangajar. seorang guru baru bernama Pak Shoose ditugaskan untuk mengajar anak kelas 2-C yang memiliki keanekaragaman hayati berupa anak-anak yang imut-imut sekaligus amit-amit. akankah guru baru...