That Night Party (Part 4)

2.9K 301 411
                                    


Gue mematung di tempat. Kashi berdiri dengan PD menghadap orang itu. Katana masih tergenggam erat di tangan kanannya. Hanya jenis wakizashi, sih, jadi tidak terlalu panjang. Tapi yang gue heran, kok bisa ngga ada yang sadar kalo anak ini bawa katana? Pas penggeledahan pun ntu benda tajam masih aman aja.

Dari cara ia menangkis peluru barusan, gue yakin kemampuannya dalam berpedang tidak bisa diremehkan. Meski begitu sebagai guru yang baik, gue tahu batasan aman seorang murid. Gue ngga bisa membiarkan dia bertarung apalagi dengan lawan sinting seperti di hadapan kami sekarang.

"Kashi, mundur! Ini terlalu berbahaya!" seru gue khawatir. Rubah kecil itu mengelak dari banyaknya serangan benda tajam besar yang terus dilancarkan lawannya. Gerakannya sangat gesit dan matanya selalu awas.

Gue baru akan maju menghentikan anak itu. Kalau saja si Piko tidak tiba-tiba mencegat gue. "Pak Shoose, awas!!"

Gue refleks mundur tepat saat sebuah peluru tiba-tiba terpelanting di lantai di hadapan gue. gue menoleh ke arah asalnya peluru tadi. Barisan kursi di auditorium, dari sanalah peluru itu berasal.

"Kayaknya kita ngga sendirian, Pak," ujar Piko sambil mengamati jejeran kursi tersebut. Gue terkejut, "Mereka bisa menembak Kashi kapan saja. Bapak tahu ngga akan mudah menangkis dua serangan secara bersamaan apalagi untuk ukuran anak-anak seperti Kashi."

"Kita harus hentikan mereka, Pak," usul Piko, "dari hawanya... delapan, engga, sepuluh orang bersembunyi diantara kursi auditorium."

Lagi-lagi gue shock dengernya, "Kamu... bisa ngerasain?" bocah itu mengangguk sambil tersenyum. "Gampang, kok, Pak, kalo udah sering mengalami situasi sulit," katanya santai.

Gue masih termenung ketika bocah itu merogoh tas kecilnya. "Gatau sih ini bakal berhasil apa engga, tapi..." diangkatnya sebuah stungun dan senter dari dalam tas, "Piko punya rencana."

-

-

-

"Ayo, Yamadanuki!" bisik Urata pada tanukinya yang menyelinap masuk lewat celah pintu. Mereka berempat menemukan ruangan mencurigakan pada pencarian mereka. Senra menautkan kedua alisnya sambil mendengus, "Kupikir dia ditinggal di rumah. kok kamu sempet-sempetnya bawa dia, sih?"

Urata nyengir lebar, "Ehehe... kupikir dia juga pengen makan enak. Toh kita juga bungkusin buat nenek. Lagian daritadi Yamadanuki ngumpet di luar ruang pesta,kok..."

"Kalian berdua aja yang 'aho' sampe ngga menyadari kalo tadi Yamadanuki ngikutin kita di belakang," komentar Sakata sambil melipat tangan di depan dada. Shima dan Senra saling pandang, baru kali ini si aho ngatain kita aho! Pikir mereka.

Tak lama, Yamadanuki kembali dari tempat tadi ia masuk. Urata tampak bisik-bisik dengan tanuki kesayangannya itu. Kadang tiga kawannya yang lain bingung sendiri, gimana caranya nih bocah satu ngerti omongan peliharaannya itu, ya?

Padahal cuman tanuki nemu di pinggir jalan pas mereka lagi 'mengembara' berempat. Ngga nyangka kalo si tanuki ini pinter banget. Terutama, pinter ngebawa malapetaka apalagi buat Senra. Jadi jangan heran kalo si Senra akur banget sama Yamadanuki.

"Kata Yamadanuki, dia liat Pak Walikota di dalem. Tapi ada banyak orang yang udah ngepung juga di dalem..." lapor Urata. Yamadanuki langsung nangkring di bahu tuan kecilnya itu.

Senra tampak berpikir sejenak, "Hmm...kita harus lakuin sesuatu ke mereka!" Shima angkat tangan, "Gimana kalo pake cara itu?" yang lain menoleh pada si empunya tahilalat di bawah mata itu. Seolah mereka ingin mengatakan, 'yang mana?'

Little Utaite and Their School [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang