[8]-Alasan

2.5K 104 0
                                    

"Kenapa?"tanya Nabila halus dari balik dekapan tubuh Septian, "Gue lagi banyak masalah akhir-akhir ini." jujur Septian kepada Nabila. Nabila mengerutkan kening bingung atas pernyataan yang Septian ucapkan kepada Nabila.

"Masalah apa? Cerita aja sama gue" nada Nabila terdengar lebih lembut

Septian menarik nafas nya sebentar sebelum akhirnya berbicara kembali untuk bercerita kepada Nabila.

"Jangan lepasin pelukan ini. Gue nyaman sama lo, belum pernah gue ngerasain senyaman ini saat sama orang lain" jujur Septian dari dalam hatinya sendiri. Nabila masih membiarkan Septian mengutarakan perasaan nya. Dia membiarkan Septian mengeluarkan apa yang selama ini menjadi beban bagi dirinya.

Nabila harus menjadi pendengar yang baik. Tugas dirinya saat ini adalah mendengarkan dan memberikan masukan bila perlu.

Pelukan antara kedua nya berlalu cukup lama. Sampai akhirnya di rasa sudah cukup, Septian melepaskan pelukannya dan menatap Nabila dengan lekat, mempererat genggaman tangan pada tangan Nabila. Nabila memperhatikan Septian balik.

"Orang tua gue sering kerja" Septian memulai pembicaraan keduanya. Dia memberikan jawaban atas kebingungan yang ada di fikiran Nabila. Nabila masih jadi pendengar setia, tidak memotong pembicaraan Septian. Nabila masih menunggu lanjutan ucapan Septian yang tadi sempat terpotong

"Orang tua gue selalu mengedepankan uang, uang dan uang" terdengar dari nada bicaranya bahwa ada sedikit rasa kecewa dan benci yang menyatu menjadi satu.

"Gue dari kecil ga pernah dapet yang namanya kasih sayang" Septian masih melanjutkan ucapannya. Ia menghembuskan nafasnya berat sebelum akhirnya bercerita lebih lanjut, "Orang tua gue pulang 6 bulan sekali, gue selama ini tinggal sama tante gue. Setiap bulannya gue selalu di kasih uang dengan jumlah yang besar, tanpa orang tua gue tau kalau gue itu ga butuh itu semua." Ceritanya lebih dalam.

Ternyata di balik cerianya Septian, orang ini menyimpan berbagai macam masalah. Masalah yang sudah Nabila pastikan bahwa inilah alasan mengapa Septian menjadi badboy. Dia seperti ini karena merasa tidak ada yang memperhatikan dan memarahinya bila ia menjadi anak nakal.

"Jadi ini alasan lo jadi badboy?" tanya Nabila. Ia akhirnya memberanikan diri bertanya seperti itu.

Septian melepaskan genggaman tangannya pada Nabila, dan Septian menghadap ke arah depan. Tidak menatap ke arah Nabila lagi. Hal itu pun di lakukan juga oleh Nabila.

"Iya, tapi ada hal lain yang bikin gue jadi kaya sekarang" Septian masih menatap lurus kedepan. Berbeda dengan Nabila, ia mengalihkan pandangannya menjadi menatap Septian kembali. Merasa penasaran, tapi ia tidak berhak bertanya seperti itu, karena ia bukan siapa-siapanya Septian.

Septian yang merasa bahwa Nabila ingin tahu apa yang membuatnya menjadi badboy selain orang tuanya, tetapi Nabila gengsi untuk bertanya. Ia pun memutuskan untuk menceritakan seluruh beban masalah yang selama ini ia pikul sendiri kepada Nabila.

"Indah"

Satu kata, tetapi mencakup banyak sekali pengertian di dalamnya. Nabila tidak ingin menebak nebak karena ia takut salah berbicara. Ia hanya diam sambil menunggu kelanjutan dari pembicaraan keduanya.

"Gue dulu punya sahabat cewe" sambung Septian kemudian. Hal ini membuat Nabila sempat terkejut sebentar lalu wajahnya berubah menjadi tanya dan bingung.

"Di saat orang tua gue sibuk sama pekerjaan nya, Indah adalah orang yang selalu ngedukung gue, selalu ada buat gue, ngebuat gue ngelupain masalah sama orang tua gue untuk sesaat karena adanya dia"

"Gue sama dia sahabat semasa SMP, gue bahagia punya dia meskipun cuman sahabat. Tapi gue nyimpen rasa lain, selain rasa sebagai sahabat. Kita ga pernah punya masalah. Dia selalu bilang ke gue kalau orang tua gue kerja untuk gue"

Annoying BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang