[26]-Mantan

1.8K 77 0
                                    

Sesuai ucapan Septian tadi pagi, sekarang Nabila dan Septian sedang berada di salah satu pusat perbelanjaan di kota bandung.

Mereka berjalan beriringan tapi tangan mereka tidak saling bersentuhan. Nabila yang sibuk dengan ponselnya, Septian yang sibuk melihat ke kanan kiri, tapi tidak tahu apa yang dirinya cari.

Nabila sedang chattan dengan seseorang yang Septian tidak tahu dia siapa. Entah apa yang mereka obrolkan sehingga dapat membuat Nabila menjadi senyum senyum bak orang gila. Dan juga membuat Nabila jadi asik di dunianya sendiri.

"Bil!" Septian menyenggol pelan bahu Nabila. Tetapi tidak ada respon dari Nabila.

"Bil!" Ulangnya sekali lagi.

"Hmm" Jawab Nabila hanya dengan gumaman kecil. Hal itu sontak membuat Septian menarik nafasnya perlahan lalu membuangnya lagi.

"Nabila anindya putri!"

"Apaaaa" Kali ini Nabika menjawab dengan jelas. Tetapi pandangannya masih dengan handphone nya, meskipun sesekali dirinya menatap ke depan. Karena takut terjatuh atau bagaimana.

"Huft!" Karena kesal, Septian berhenti lalu mengambil ponsel Nabila dari genggaman tangan Nabila. Hal itu langsung membuat Nabila melotot, terkejut. "Apa apaan sih lo?!" Nabila berusaha merebut kembali ponsel milik dirinya tetapi hasilnya gagal, karena Septian jelas lebih tinggi dari dirinya.

"Kalau lo lagi jalan sama gue jangan suka megang hp! Gue gasuka!" Perintah Septian. Sedangkan Nabila langsung menaikkan alisnya dan menatap Septian dengan tatapan sinis.

"Siapa elo? Bukan siapa siapa juga kok ngatur ngatur sih"

Skakmat!

Septian langsung terdiam kaku di tempat. Dirinya ingat bahwa Nabila kini bukan lagi milik dirinya. Mengapa Septian sangat bodoh untuk urusan yang satu ini.

"Terserah gue dong. Mau gue ngapain juga. Lo udah gada hak untuk gue!" Nabila masih terus memojokkan Septian. Seolah tidak memberikan ruang kepada Septian untum berbicara.

"Iya gue tau gue bukan siapa siapanya elo. Tapi lo sekarang lagi jalan sama gue. Harusnya lo juga bisa ngertiin gue, bil." Septian menatap ponsel Nabila. Dirinya melihat Nabila sedang chattingan dengan seseorang tapi sengaja Nabila rename seperti ini.

Anak gila💩❤

Hal itu membuat Septian terdiam cukup lama sebelum akhirnya dirinya melihat ke arah Nabila.

"Apa? Sini ihhh, balikin punya gue!" Nabila masih mencoba mengambil ponselnya tetapi hasilnya masih nihil! Nabila tidak bisa mengambilnya kembali.

"Lo tuh nyebelin tau ngga sih?!" Nabila mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dirinta merasa kesal bila ada orang yang mengganggu privasi miliknya.

"Gue gasuka ada orang yang kepo sama privasi gue!" Ucap Nabila lagi. Tapi, kali ini Septian masih terdiam tidak menanggapi ucapan Nabila. Entah apa yang sedang di pikirkan oleh dirinya.

"Bil" Septian menggenggam tangan Nabila dengan lembut, Nabila terkejut bukan main ketika Septian menggenggam tangannya dengan lembut. Bukan hanya itu saja, tetapi gaya bicara Septian berubah menjadi melembut. Tidak seperti tadi.

Nabila menggerakan kepalanya menjadi menatap Septian, dirinya melihat wajah Septian yang tampak gelisah. Sepertinya Septian sedang menyiapkan kata kata yang pas.

"Lo kenapa ga bilang kalau lo udah punya pacar?" Pertanyaan Septian sontak membuat Nabila yang tadinya sedang menatap ke kiri menjadi menatap Septian dengan cepat.

Nabila melihat ada segores rasa kecewa di mata Septian. Memang benar, mata adalah salah satu indra yang tidak bisa berbohong.

Nabila tidak mau larut dalam situasi seperti ini, dirinya mencoba menyangkal ucapan Septian.

"Kenapa juga gue harus ngomong sama lo" Percayalah, Nabila memang berbicara seperti itu dengan kekehan. Tetapi tanpa di ketahui Septian, Nabila sekarang sedang menggigit lidahnya sendiri dengan cukup keras. Mencoba menyalurkan rasa sakitnya.

"Harusnya lo ngomong bil, kalau lo ngomong kan gue bisa jauhin lo. Gue gaakan berharap sama lo lagi. Gue bakalan pergi jauh jauh dari kehidupan lo" Septian menatap Nabila dengan tatapan kosong. Nabila masih menggigit lidahnya sendiri. Dirinya tidak tahu harus menjawab apa.

"Apaan sih lo! Gaje tau ga sih!" Nabila memang tersenyum, tetapi hatinya sekarang sedang terluka ketika melihat tatapan mata Septian. Dirinya masih di hantui rasa bimbang. Antara menyerah atau berjuang bersama sama dengan Septian.

"Ngapain juga gitu lho kan gue ngomong sama lo. Toh, lo juga bukan siapa siapa gue, kan?" Nabila mengalihkan pandangannya ke arah lain, entah mengapa dirinya sekarang jadi di hantui rasa bersalah.

Bibirnya ingin sekali mengucapkan satu kebenaran, tetapi mengapa sulit sekali untuk di ucapkan. Nabila tahu, kalau nantinya hubungan dirinya dan Septian tidak akan membaik. Malahan akan semakin memburuk.

"Iya gue tau kok bil, gue tau kalau gue cuman mantan lo doang, kan? Ga lebih!" Septian kembali tersenyum. Tetapi senyuman palsu yang Nabila dapatkan bukan senyum bahagia atau senyum apapun.

"Bagus deh kalau lo nyadar! Hehe" Nabila ingin sekali marah pada dirinya, karena sadari tadi ucapan yang di keluarkan dari bibirnya selalu saja membuat Septian sakit hati.

"Bil, asal lo tau. Sekarang meskipun lo udah punya pacar, dan itu artinya udah ada yang ngegantiin posisi gue dulu kan? Itu artinya lo udah bahagia kan?"

"Tapi, bahagia itu gaakan selamanya bahagia. Yang namanya pacaran itu ada suka dan juga ada dukanya. Ga akan selamanya bahagia. Dan ketika lo nanti mengalami keadaan duka, lo boleh kok natap ke belakang. Dan lihat gue, gue ada di belakang lo. Menanti lo sembari tersenyum dan merentangkan kedua tangan gue"

"Tubuh ini, masih milik lo. Lo boleh kapan pun pulang lagi kesini, lo boleh kapan pun pakai tubuh ini ketika lo lagi ada masalah" Septian menarik nafasnya, mencoba mencari tenaga untuk melanjutkan kata katanya.

"Dan hati ini, hati ini masih milik lo. Meskipun gue tau, besok, lusa, atau nanti, hati ini bakalan ada yang singgahin. Tapi, lo jangan khawatir kalau gue bahkan menutup hati, merapatkan tangan, menghilangkan senyum, berjalan di depan lo. Itu semua gaakan terjadi!"

"Gue mau, suatu saat nanti. Lo bakalan berjalan ke arah gue, bersandar di dada gue, tersenyum bersama dan berjalan bersama sama. Tanpa gue berjalan di belakang lo lagi."

Nabila menahan matanya agar satu cairan bening tidak lolos, tetapi gagal. Satu cairan bening lolos jatuh ke pipi putih Nabila. Dirinya menangis. Tidak menyangka bahwa Septian mencintainya dengan tulus.

"Sep, jangan tunggu nanti. Karena sekarang pun, gue dan lo bakalan berjalan beriringan, tanpa lo harus berjalan di belakang gue. Gue mau, lo selalu ada di hari hari gue, mengisi segala kekosongan hati gue. Menemani gue. Karena sekarang, hati lo adalah hati gue. Suka lo, adalah suka gue. Duka lo, adalah duka gue dan hari lo, adalah hari gue juga."

Septian tersenyum mendengar ucapan Nabila dirinya memeluk Nabila dengan sangat erat, seperti menunjukkan bahwa tidak ada yang boleh merebut Nabila daru dirinya lagi.

"I love you sekertaris jutek"

"Love you too Badboy jelek"

TAMATT

AHAHAHAHAHAHA

GADENG CANDAA:V

BERSAMBUNG

AH HALLO SEMUAA!! Kaget ya? Kaget ngga? Harus kaget dong!

Maaf maaf oke. Ini tuh belum ending hewhew. Masih panjang kok tenang aja, ini mah baru awal di mulainya taruhan itu. Masih pada inget atau lupa? Ahiw ahiww

Masih banyak konflik untuk kedepannya untuk Nabila dan Septian jadi stay tune di sini ya!


Jangan lupa vomment nya ya uhuyy!

Follow juga instagram widy
@widymhrni.p

Okelah sampai jumpa di part part selanjutnya.

Annoying BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang