Nabila berjalan menyusuri koridor yang sepi, hari ini dirinya malas belajar. Ingin rasanya bolos sehari saja.
Nabila menatap sekelilingnya dengan mata yang memicing, tangannya di masukkan ke saku rok. Mungkin, Nabila sudah kembali menjadi Nabila yang sebenarnya.
Langkahnya terhenti ketika melihat Septian yang berjalan berlawanan arah dengan dirinya. Nabila sontak memberhentikan langkahnya ketika Septian semakin mendekat ke arahnya.
Nabila hendak berbalik badan menuju kelas, tetapi tangannya keburu di cekal oleh Septian.
"Mau kamana, hmm?" ucap Septian sembari menaikkan alisnya, genit.
"Kepo" Ucap Nabila memalingkan wajahnya ke arah lain.
Septian menerbitkan senyum tipis, Septian memaklumi perubahan Nabila. Karena, ini juga memang kesalahannya.
"Kata bu Cahya, kalau ada yang ngomong itu liat orangnya" Ucap Septian masih mencekal Nabila, masih menatap Nabila dengan senyuman tipis. Sedangkan Nabila, memasang wajah masam dan memalingkan wajahnya.
"Bodo yee" Nabila mencengkeram rok nya sendiri dengan kuat, menyalurkan rasa gugup dan rasa sakit bertemu dengan orang yang selama ini ia hindari.
"Gue tahu lo gugup" Septian tertawa kecil melihat tingkah Nabila yang sedang gugup.
"Sotau" Nabila melonggarkan cengkraman pada celananya. Malu karena ketahuan gugup oleh Septian. Sebisa mungkin Nabila juga merubah raut wajahnya, yang tadinya merah padam menjadi putih kembali.
"Muka lo sebelas duabelas sama tomat" Septian masih terus menggoda Nabila. Bagi Septian, menggoda Nabila sangat menyenangkan.
"Apaan sih lo!" Nabila melepaskan cengkraman Septian dengan sekali hentakkan. Dan juga karena Septian tidak terlalu kuat menggenggamnya, cengkeraman itu terlepas begitu saja.
"Gue harap, ini terakhir kalinya kita ketemu" Ucap Nabila sarkastis dengan wajah garangnya. Namun, bagi Septian ekspresi seperti itu sangat menggemaskan.
Nabila berbalik badan dan pergi begitu saja meninggalkan Septian yang sedang menatap Nabila dengan senyuman tipis.
"Gue harap, ini terakhir kali lo bersikap seolah benci ke gue" Nabila memberhentikan langkahnya mendengar ucapan Septian. Entah mengapa, kakinya terasa kaku untuk berjalan meninggalkan Septian.
"Gue tahu, lo bakalan berhenti" Nabila sedikit tersentak ketika tangan Septian melingkar di perutnya dan dagu Septian di simpan di pundak Nabila.
"Lepasin woi, ini sekolah!" Nabila berusaha sekuat tenaga melepaskan pelukan Septian. Namun, tenaga Septian lebih kuat di banding tenaga dirinya.
"Gue lepasin, tapi lo mau balikan sama gue" Ucap Septian dengan nada jenaka.
Nabila melebarkan matanya sembari melipat kedua alisnya. "Lo gila?"
Septian tersenyum penuh arti. "Iya gue gila, gila karena lo" Nabila bergidig ngeri mendengar gombalan receh dari sosok Septian. Meskipun, tak bisa Nabila pungkiri bahwa perutnya seakan di gelitiki karena gombalan receh itu.
"Setres!" gumam Nabila, dirinya memikirkan berbagai cara agar Septian mau pergi dari hadapannya. Saat ini juga.
"Lo mending pergi, sebelum gue laporin lo ke guru BK atas tuduhan lo meluk gue dengan paksa!" Ucap Nabila masih mempertahankan wajah garangnya. Bukan Septian namanya jika takut akan guru BK, BK adalah makanan nya sehari hari.
"Silahkan, kalau lo punya bukti" Ucap Septian dengan senyuman sinis merasakan tubuh Nabila yang kaku tidak bergerak.
"Gue bakalan teriak sekarang juga" Septian tidak sebodoh itu menanggapi dengan lambat maksud ucapan Nabila.

KAMU SEDANG MEMBACA
Annoying Badboy
Teen Fiction"Jadi lo cuman jadiin gue bahan taruhan lo doang?" Berawal dari sebuah taruhan dengan teman temannya. Septian Arya mendekati Nabila anindya sebagai target taruhannya. Nabila, sekertaris kelas yang terkenal cerewet dan rajin. Apakah bisa Nabila yang...