Tiga hari yang lalu, Natasya sudah boleh pulang ke rumah. Dan itu di sambut baik oleh keluarganya maupun oleh sahabat sahabatnya.
Dan setelah empat hari berdiam di rumah untuk menstabilkan kesehatannya, hari ini tepat seminggu setelah Natasya izin dari sekolah.
Hari ini ketiga sahabatnya menjemput Natasya di rumah Natasya. Hal ini tentu membuat senyum Natasya tidak pernah luntur.
Natasya bahagia dan bersyukur memiliki sahabat seperti mereka yang selalu ada di saat suka maupun duka.
Bukan datang di saat suka lalu pergi di saat duka. Fake!
Sejak kejadian rumah sakit juga membuat Natasya menjadi tidak enak kepada Nabila. Tetapi Nabila malahan selalu tersenyum. Dia mengatakan bahwa sahabat di atas segalanya. Hal ini lagi dan lagi di syukuri oleh Natasya.
Mobil Reina sudah memasuki parkiran sekolah dan terparkir rapi di parkiran ini. Reina menatap ke arah belakang dan tersenyum menatap Rere dan Natasya yang berada di belakang sedangkan Nabila duduk di sebelahnya.
"Ayo para friends turun. Keburu telat" Ucap Reina.
Nabila menoyor kepala Reina gemas. Reina yang di toyor kepalanya pun menatap tajam ke arah Nabila dan menghadiahi tatapan tajam kepada Nabila.
"Bego kok di pelihara sih!" Perkataan Nabila berhasil membuat Reina menatap ke arahnya semakin mempertajam pandangannya.
"Ini masih jam setengah tujuh. Masih ada setengah jam lagi buat masuk sekolah" Sambung Nabila yang membuat Reina nyengir kuda lalu melihat ke arah jam tangannya lalu mengangguk.
"Iyaya. Kok gue bego ya?" Tanya Reina entah di tujukan kepada siapa. Nabila hanya bisa mendengus kesal. Sudah pasrah dengan tingkah sahabatnya yang satu ini.
Natasya dan Rere yang berada di belakang hanya bisa geleng geleng melihat pertengkaran kecil kedua sahabatnya itu. Khusunya Natasya. Dia tersenyum melihat kedekatan kedua sahabatnya ini.
Dia bersyukur karena tuhan memberikan sahabat yang sangat menyayanginya setelah orang tuanya. Yang selalu membuatnya tersenyum kala orang tuanya sibuk akan pekerjaannya.
Lalu mereka pun keluar dari mobil. Mereka berjalan kearah koridor. Di koridor, Nabila melihat seseorang yang ia sedang hindari akhir akhir ini. Orang yang sempat datang di kehidupan Nabila.
Meski hanya sesaat.
Nabila menoleh ke arah teman temannya yang sedang mengobrol. Tidak menoleh ke arah depan.
Nabila melihat Septian semakin dekat ke arahnya. Natasya melihat Septian semakin berjalan berdekat kearah Nabila. Natasya menundukkan kepalanya lalu mengeluarkan hpnya berpura pura sibuk dengan hpnya.
"Hai"
Suasana berubah menjadi diam seketika. Baik Nabila, Reina, Rere dan juga Natasya tidak ada yang berani berbicara.
"Bil"
Keadaan masih diam. Natasya mengalihkan pandangannya kearah Septian, lalu ke arah Nabila yang nampak tidak terganggu dengan kedatangan Septian.
Wajah Nabila masih tenang,menatap lurus koridor kelas. Meskipun menunjukkan wajah tenang, tetap Natasya dapat melihat bahwa ada sorot kesedihan dan kebencian di aura wajah Nabila.
"Apa?" Tanya Nabila dengan suara yang kalem tapi sedikit serak karena menahan air mata.
Nabila menatap ke atas mencoba menyeka air mata yang akan keluar dari matanya.
"Bisa ngobrol bentar?" Tanya Septian kepada Nabila. Nabila menoleh ke arah teman temannya terutama kepada Natasya. Tetapi ketika temannya malah memberikan senyuman kepada Nabila. Yang artinya mereka menyetujui. Nabila pun hanya menghembuskan nafasnya berat.
Nabila belum menyetujui apa yang diucapkan oleh Septian. Ketika ia ingin menolak ajakan Septian, saat itu juga ketiga temannya meninggalkan mereka berdua di koridor yang sudah lumayan sepi. Karena sebentar lagi kelas akan di mulai.
Memang laknat sahabatnya itu!
Septian menggenggam tangan Nabila. Nabila melihat aksi Septian dengan kening mengkerut
"Bil ak-" Ucapan Septian terpotong karena Nabila melepaskan genggaman tangan Septian.
"Maaf. Aku ada ulangan hari ini, kemarin belum belajar juga" Ucap Nabila yang sudah bersiap ingin pergi. Namun Septian malah menahan tangan Nabila dengan lembut.
Nabila memejamkan mata sebentar sebelum akhirnya membuka kembali dan menatap ke arah Septian dengan tatapan sedih.
"Kenapa kemarin ngga belajar?" Tanya Septian sembari mengelus puncak kepala Nabila yang masih panas seperti kemarin.
Nabila dengan cepat menyingkirkan tangan Septian dari dahinya dan mengedarkan pandangannya ke arah lain. Ia tidak ingin bila ia semakin jatuh kepada pesona Septian.
"Kamu udah makan?" Tanya Septian. Nabila malas membuka suaranya ia hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Gaada yang mau diomongin lagi kan?"Nabila bertanya, tapi dia tidak menunggu jawaban dari Septian "yaudah, jawabannya ngga ada. Misi gue mau kekelas. Udah telat" Ucap Nabila sedikit sinis.
Untuk kali ini, Septian tidak menghalangi Nabila untuk pergi. Septian hanya menatap Nabila yang berjalan membelakanginya. Septian tidak bisa menatap ke arah Nabila karena ia masih belum membalikkan badannya.
Nabila berjalan dengan langkah yang tidak rela meninggalkan Septian. Munafik memang.
Nabila berhenti sebentar. Lalu dia membalikkan badannya sedikit. Dia melihat Septian yang masih belum membalikkan badannya dari posisi semula.
Nabila pun meninggalkan koridor dengan berlari. Dia berlari menuju kelas. Tidak ingin berlama lama disana.
Sedangkan Septian, ia masih belum membalikkan badannya tapi sorot matanya tajam dan bibirnya menyunggingkan senyum sinis.
Kenapa gue harus mohon mohon sama dia. Toh dia juga cuman jadi bahan taruhan gue
----
Nabila memasuki kelasnya dengan nafas yang terengah engah. Nabila langsung menghampiri meja dirinya yang disana sedang ada ketiga sahabatnya.
Melihat kedatangan Nabila yang seperti di kejar setan pun membuat ketiga temannya yang sedang membicarakan seseorang menjadi menatap ke Nabila.
Membicarakan seseorang guys bukan nge gosip. Membicarakan seseorang.
"Kenapa lo?" Orang pertama yang bertanya adalah Reina. Dia nampak kebingungan dengan sikap Nabila.
Tetapi, Natasya hanya diam saja. Seolah dia tahu apa yang terjadi. Tadi, Nabila bertemu dengan Septian dan mereka berbicara. Sedangkan Natasya tahu bahwa Nabila sedang menjauh dari Septian.
Itu artinya, Nabila seperti ini karena Septian.
"Hehe. Ngga kok, gue ngga papa" Ucap Nabila tersenyum singkat. "Gue kira tadi gue telat gitu" Ucap Nabila menjawab kebingungan ketiga Sahabatnya.
Ketika Nabila baru saja duduk di kursi ketika itu juga suara dari mikrofon terdengar membuat Nabila tidak jadi duduk melainkan menatap ketiga sahabatnya.
"Panggilan kepada Nabila, sekertaris kelas 11 IPA 1 di tunggu di meja piket. Terima kasih"
Bersambung
He. Garing kriuk kriuk nyes nyes. Tiba tiba otak buntu aja gitu. Gatau mau nulis apaan. Judul aja absrud abis
Minal aidzin walfaidzin semua. Mohon maaf lahir batin semuanya.
Maaf kalau ada typo or semacamnya(:
Salam
Widy

KAMU SEDANG MEMBACA
Annoying Badboy
Teen Fiction"Jadi lo cuman jadiin gue bahan taruhan lo doang?" Berawal dari sebuah taruhan dengan teman temannya. Septian Arya mendekati Nabila anindya sebagai target taruhannya. Nabila, sekertaris kelas yang terkenal cerewet dan rajin. Apakah bisa Nabila yang...