"SERIUS LO?!"
"Ya ampun kalian, bisa ngga sih ngga usah teriak teriak? Budek kuping gue" Natasya sedang mengusap kupingnya dengan jari tangannya.
"Ya habisnya lo sih, kaget banget nih gue dengernya"
Sekarang, Nabila, Natasya, Rere dan Raina sedang berkumpul di rumah Nabila. Ya, mereka ber-empat sudah memutuskan untuk menjalin lagi persahabatan, tidak ada lagi permusuhan antara keduanya.
Seperti sekarang, Natasya sedang semangat sekali menceritakan tentang lelaki yang akhir akhir ini selalau menyita pikirannya.
Ya, Davino, semenjak kejadian kecil itu, Natasya diam diam menyimpan rasa kepada Davino, teman seangkatannya.
"Gila gais, kalian harus liat, dia itu bilang kalau dia kepencet nelpon gue. Padahal mah kan gamungkin ya dia kepencet" Natasya masih semangat menceritakan kejadian yang membuat dirinya nampak lebih bercahaya.
Diam diam, Nabila menarik senyuman kecil, dia bersyukur, itu artinya Natasya perlahan lahan akan melupakan Septian. "Tunggu deh, kalau dia nelpon lo di LINE, itu artinya lo udah di add duluan sama dia" Nabila mengutarakan kebingungannya.
"Nah iya Nat, bener apa yang dibilang sama Nabila, kan kalau di line itu kalau misalnya kita gasengaja ataupun sengaja nelpon orang, itu kita harus di add dulu sama dianya"
Penjelasan ulang dari Reina berhasil membuat Natasya merasa dirinya di atas awan, Natasya merasa bahwa tidak ada salahnya dirinya berharap akan adanya cinta balasan dari Davino.
Entah, Natasya saja tidak tahu sejak kapan rasa itu muncul, rasa penasaran berubah menjadi rasa kagum dan rasa kagum itupun berubah menjadi rasa sayang.
Masih sayang belum cinta
"Terus gue sekarang harus gimana?" Natasya menatap satu persatu teman temannya, dirinya bingung harus bersikap seperti apa sekarang.
Mengingat Davino adalah bisa dibilang salah satu most wanted di sekolahnya. Memang, Davino tidak memegang kekuasaan apapun. Dirinya pun tidak mengikuti eskul apapun.
Tetapi, Davino itu adalah 11,12 dengan Septian. Yaitu, badboy berkelas. Namun bedanya, Davino lebih dingin daripada Septian yang humoris. Sehingga membuat Natasya kebingungan harus mendekatinya dengan cara bagaimana.
"Tapi nih ya, Davino sama Septian kan 11,12 tuh badboy berkelas. Cuman ada satu hal yang buat gue ragu buat deketin dia"
Nabila sedikit tersentak ketika nama Septian disebut. Tetapi, dirinya tidak mau ambil pusing, sekarang adalah yang harus dia pikirkan yaitu Natasya dan Davino.
"Apa?" tanya Rere mewakili rasa penasaran dari kedua teman yang lainnya.
"Dia, dingin"
Ya, memang Nabila, Rere dan Reina tahu bahwa Davino itu berkharisma dan juga dingin tentunya. Tetapi, jika di sebut dingin, David tidak terlalu dingin, dia hanya malas meladeni orang orang yang tidak penting. Pikir Nabila.
Tetapi, pernah Nabila menangkap Davino sedang tertawa lepas bersama teman temannya dan itu membuat Nabila terkagum dengan kadar ketampanan Davino yang bertambah berkali kali lipat dibandingkan sedang memasang wajah dingin.
Tapi tenang saja, Nabila tidak jatuh cinta pada sosok Davino. Karena dihatinya, masih ada sosok yang bertengger hingga kini.
"Tapi lo jangan khawatir Nat, kita semua bakalan bantuin lo supaya lo bisa jadian sama Davino. Tenang aja" Nabila tersenyum kearah Natasya. Hal itu membuat Natasya yakin bahwa tidak ada salahnya berharap pada harapan yang semu.
"Makasih ya, kalian udah mau bantuin gue, gatau dah gue kalau gaada kalian gue gaakan mungkin mau berharap gini" Natasya memeluk ketiga temannya dengan senyuman yang tidak sirna dari wajah cantiknya.
"Dan gue juga minta maaf ya bil, kalau gue sempet marah sama lo, maaf banget gue sadar kok, selama ini gue hanya di butain sama cinta. Makannya gue sampai marah sama sahabat terbaik gue sendiri. Maaf banget ya bil" Natasya beralih memeluk Nabila seorang. Hal itu sontak membuat Nabila tersenyum karena melihat Natasya sekarang sudah berubah menjadi lebih baik.
"Iya maafin gue juga ya nat"
-----
"Hei neng, sendirian aja nih, pawang lo kemana?"
Nabila sedang membaca buku di koridor depan kelasnya terkejut ketika mendapati siapa yang baru saja berbicara pada dirinya tadi.
"Apaan sih vin! Ngagetin gue aja tau engga sih lo itu!" Nabila kembali fokus ke buku yang sedari tadi sedang dibacanya tanpa peduli kepada Kelvin yang sedari tadi mengajaknya bicara.
Kelvin menghembuskan nafasnya kasar, dirinya merasa terkacangi oleh Nabila yang sedari tadi hanya membaca buku tanpa mendengarkan apapun yang dia sedang bicarakan.
"Kalau orang lagi ngomong itu di tatap orangnya, jangan asik sendiri" Kelvin sengaja menaikkan volume bicaranya, bermaksud menyindir Nabila. Tetapi, bukan Nabila namanya bila terusik begitu saja.
Nabila akan sangat fokus kepada buku dan tidak menghiraukan siapa pun yang berada di dekatnya. Makannya, jika Nabila sedang membaca buku, siap siap saja kena kacang olehnya.
"Bil, baca buku apaan sih? Serius amat kayaknya sampe sampe yang disini dikacangin" Kelvin sedikit melihat cover buku yang sedang dibaca Nabila. Tetapi, hal selanjutnya yang terjadi adalah Nabila menatap Kelvin dengan tajam. Hal itu sontak membuat nyali Kelvin menciut saat itu juga ketika ditatap setajam elang oleh Nabila.
"Apaan sih lo? Gatau orang lagi baca apa? Gasopan banget, berisik lagi. Mending sekarang lo pergi deh kalau ngga ada urusan yang penting banget" Memang benar, Nabila yang tadinya ramah akan berubah menjadi macan yang sangat ganas bila ada yang berani mengusik acara membaca santainya.
"Weis, santai aja kali mbaknya. Galak amat, gue ngga akan ganggu kok, lanjut aja acara bacanya" Nabila hanya bergumam tidak jelas sembari melanjutkan membacanya. Cowo aneh, batinnya.
"Lo suka baca buku?"
Bodoh, pertanyaan bodoh macam apa yang baru saja Kelvin keluarkan. Sudah jelas Nabila sangat menyukai buku, masih di tanya. Sepertinya Nabila tidak akan menjawab dan akan membiarkan Kelvin meracau sendiri.
"Kacang mahal, di jual 2000 an, gurih gurih pahit" Kelvin masih terus bersuara tanpa tahu bahwa sekarang Nabila sudah menutup bukunya dan menatap Kelvin tajam.
"Eh, eh bil, lo mau kemana?" Kelvin tersentak ketika melihat Nabila beridiri dari tempatnya dan berjalan meninggalkan Kelvin yang masih berbicara tidak jelas
Nasib nabib
-----
"Mau berangkat langsung atau mau pulang dulu ke rumah buat ganti baju?" Sekarang mereka sedang menyusuri koridor dengan menggandong tas masing masing.
Ya, Natasya, Nabila, Rere dan Reina sekarang sedang berjalan di koridor. Mereka berniat akan menghabiskan waktu hari ini untuk bersama-sama.
Natasya nampak sedang mencari cari keberadaan seseorang yang biasanya selalu berada di sini. Yaiyalah orang ini kawasan kelasnya.
"Nat, lo cari siapa sih? Davino?" Natasya tersadar ketika Nabila menepuk pundaknya sedikit keras.
"Apa bil? Engga kok gue lagi cari jejak temen temennya karena kalau ada temen temennya, dia pasti ada juga disitu"
"Eh, eh nat, itu Davino kan? Yang lagi pake sweater biru dongker?" Natasya mencari Davino seperti yang tadi di bicarakan oleh Rere.
Natasya seakan tersihir oleh ketampanan Davino yang bertambah berkali kali lipat.
Ketika Natasya sedang menatap Davino, tanpa sengaja Davino pun sedang menatap ke arah dirinya seraya tersenyum
"WOI, DIA SENYUM KE GUE, BUANG ADEK KE RAWA RAWA BANG!"
Bersambung
Hai semuanya, gimana ama part ini? Seru or b aja? Ini baru rencana aku aja ya gais, kayaknya aku bakalan buat cerita tentang Davino sama Natasya deh. Gimana menurut kalian? Baru rencana sih ya
Jangan lupa vomment nya ya semua. Buat aku semangat vomment dari kalian tuh

KAMU SEDANG MEMBACA
Annoying Badboy
Teen Fiction"Jadi lo cuman jadiin gue bahan taruhan lo doang?" Berawal dari sebuah taruhan dengan teman temannya. Septian Arya mendekati Nabila anindya sebagai target taruhannya. Nabila, sekertaris kelas yang terkenal cerewet dan rajin. Apakah bisa Nabila yang...