[45]-Pensi-2

1.2K 56 0
                                    

Nabila menghela nafas berat, mencoba sebisa mungkin tidak melirik ke arah sana, dan sebisa mungkin Nabila berusaha fokus untuk bernyanyi.

Sementara di lain tempat, seorang gadis tengah menatap lelaki yang ada di sampingnya, pandangan lelaki itu lurus ke arah panggung, merasa di abaikan, gadis itu mengikuti arah pandangan lelaki yang tak lain adalah Septian

"Ehh... Ehhh kak!! Itu bukannya kak Nabila sama kak Kelvin ya? Ihh... Ihhhh mereka mau nanyi bareng kak? So sweet banget sih aduh jadi iri sama kak Nabila, kapan ya aku bisa kaya gitu sama kak Kelvin huhuu" cerocos gadis itu tanpa henti, Septian yang mendengar penuturan dari gadis yang di samping nya hanya memutar bola matanya malas.

"Kaya gitu di bilang so sweet, najisin iya" sewot Septian, gadis itu langsung mencubit pinggang Septian dengan keras, membuat Septian merintih kesakitan, sedangkan gadis itu hanya mendumel kesal kepada Septian.

"Iri lo kak ngga bisa kaya kak Kelvin? Huh"

"Gue dulu udah bisa lebih dari dia" tersirat nada kesombongan dari nada bicara Septian, gadis itu yang memang sudah tahu kisah percintaan Septian hanya mencibir.

"Dulu kak dulu! Pacaran cuman sehari aja bangga" cibir gadis itu, namun Septian tidak menanggapi nya dan hanya menatap lurus ke arah depan.

"Setidaknya gue udah jadi orang yang berharga buat dia, walau cuman sebentar. Lah elu? Suka hampir satu tahun tapi kaga ada respon nya sama sekali dari doi. Sakit ngga tuh?" ucapan Septian tepat mengenai ulu hati gadis itu. Membuat gadis itu langsung mencak mencak.

"Gue sayang sama dia tulus kak, lah lu, sayang sama kak Nabila berawal dari taruhan" Septian terdiam.

Taruhan. Ya, satu kata itulah yang membuat Septian mengenal gadis seperti Nabila, gadis yang selalu ceria, gadis cantik, gadis yang mampu membuat Septian ketar ketir sendiri, gadis yang menorehkan banyak sekali luka di hati Septian.

"Walau bagaimana pun, secepatnya lo harus ngaku kak, daripada dia tahu dari orang lain yang ada elo malah bakalan buat dia kecewa, dan itu berdampak besar juga buat hati kak Nabila" sambung gadis itu lagi, Septian merenungi ucapan adik kelas nya itu.

"Gue ngga akan jujur ke dia, dan dia juga ngga akan tau kalau ngga ada yang bocor di antara kalian" ujar Septian dengan tegas.

"Banyak yang mau sama dia, bahkan yang lebih baik dari lo kak, kak Nabila itu istimewa, sekali lo nyakitin kak Nabila, luka itu bakalan terus berbekas. Percaya sama gue, gue cuman ngga mau lo nyesel nantinya"

Setelah mengucapkan itu, adik kelas itu langsung menyeruak ke depan, meninggalkan Septian menuju ke arah paling depan agar lebih bisa menikmati pemandangan wajah Kelvin dari dekat.

Meninggalkan Septian yang sedang terdiam, mulai memikirkan sesuatu yang membuat hatinya gundah gulana.

------

Kelvin memetik gitarnya, Nabila menarik nafas, sebelum suara indah nya mengalun indah di sekitar panggung. Banyak murid murid yang terbawa suasana oleh suara Nabila yang kelewat indah.

"Ketika ku mendengar bahwa kini kau tak lagi dengan nya dalam benak ku timbul tanya"

Baru saja Nabila ingin melanjutkan lagunya, nafasnya tercekat ketika Kelvin malah melanjutkan liriknya, bukan dirinya.

"Masihkah ada dia? Di hatimu bertahta atau ini saat bagiku untuk singgah di hatimu"

"Namun siapkah kau tuk jatuh cinta lagi"

Kelvin menatap tepat manik mata Nabila yang nampak sendu, senyuman kecil nampak terbit di bibir indahnya. Kali ini, Nabila lah yang melanjutkan bernyanyi.

"Meski bibir ini tak berkata bukan berarti ku tak merasa ada yang berbeda di antara kita"

"Dan tak mungkin ku melewatkan mu hanya karena diriku tak mampu untuk bicara bahwa aku inginkan kau ada di hidup ku"

Setelah selesai bernyanyi, Nabila langsung melempar senyuman kepada teman temannya yang ada di bawah panggung, begitu juga dengan Kelvin yang menampilkan senyum mempesona miliknya.

Namun, Nabila dan Kelvin belum boleh di perkenankan untuk turun dari panggung, di karenakan mereka sedang di beri beberapa pertanyaan oleh pembawa acara.

Semantara di tempat lain, Natasya melihat Nabila dan Kelvin di atas panggung dengan pandangan yang sinis.

"Si Nabila bikin gosip makin besar aja" cibir Natasya menatap ke arah mereka berdua. Bukan, bukan karena Natasya kesal melihat kedekatan keduanya, namun sedari tadi, pandangan Natasya sesekali melirik ke arah Septian yang menatap keduanya dengan wajah sendu.

"Yaudah sih, tugas lo sebagai sebagai sahabat Nabila itu ngedukung apa pun keputusan dia, bukan malah mempersulit gini" tiba tiba, suara Rere menyeruak, sedari tadi memang hanya Natasya yang mengoceh, sedangkan Rere dan Reina hanya diam.

"Harusnya juga, kita nguatin dia di saat masa masa kaya gini, kita harus ada di sisi dia, bukan malah ninggalin dia gini" mimik wajah Rere memang datar, namun nada bicaranya dingin dan seakan menusuk.

"Gue juga ngedukung dia, tapi dengan cara gue sendiri" setelah itu, Natasya meninggalkan keduanya menuju ke arah belakang panggung, terlihat Natasya yang sedang mengobrol dengan seseorang namun tidak berlangsung lama, karena Natasya langsung melenggang pergi.

"Gue tahu dia sebenarnya peduli, tapi dia punya cara sendiri buat nunjukkin kepedulian nya" gumam Reina yang hanya bisa di dengan Rere yang jelas ada di sampingnya.

-------

Merelakan dia dengan yang lain, bukan kah itu adalah pengorbanan cinta? Melihat dia bahagia dengan yang lain dan kita juga berhak bahagia melihat dia menemukan kebahagiaan yang tidak pernah di temukan ketika bersama mu.

Itulah yang sedang coba Septian tekan kan pada dirinya sendiri

Relakan.

Relakan, dan

Relakan.

Hanya itu yang sejak tadi hatinya suarakan, hanya itu yang sejak tadi Septian katakan dalam hatinya.

Merelakan tidak akan sesulit itu kan?

Pandangan Septian masih menatap sendu ke arah depan, apalagi ketika melihat Nabila tertawa lepas seperti itu, sudah berapa lama Septian tidak melihat Nabila tertawa?

Apakah tega Septian kembali mengusik kehidupan Nabila dan merenggut kebahagiaan gadis itu?

Apakah rela Septian menggantikan senyuman itu dengan tangisan.

Melihat Nabila tersenyum, entah mengapa hati Septian meringan, dan tanpa sadar, senyum tipis menghiasi wajahnya yang sendu.

Ternyata merelakan tidak sesulit itu.

Ketika hendak pergi dari area panggung, tubuhnya menegang ketika mendengar pengeras suara yang berbunyi menyebutkan namanya.

"Kalian mau lihat Nabila nyanyi lagi kan? Oke, sekarang kita bakalan liat penampilan selanjutnya yang akan di isi oleh Nabila dan Septian, kepada Septian silahkan naik ke atas panggung. Kalian siap gaiss??"

Tubuh Nabila dan Septian menegang, dan pada saat itu juga pandang mereka bertemu dalam waktu yang cukup lama.

Tbc.

Up lagi yeay!

Buat part Pensi ini emang aku bagi beberapa juga maaf kalau partnya pendek pendek

See you!

Annoying BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang