[42]- Perpisahan Yang Sebenarnya

1.4K 60 0
                                    

Sekolah semakin ramai oleh murid- murid yang berlalu lalang memenuhi koridor dan lapangan. Pensi semakin dekat, murid murid dengan bahagia menyiapkan segala keperluan untuk acara besok.

Di lapangan sudah tersedia panggung besar, tempat untuk murid murid menyalurkan bakat dan banyak lagi acara yang akan di tampilkan di panggung itu.

Sama hal nya dengan kelas Nabila yang sekarang sedang sibuk menyiapkan properti yang sekiranya di perlukan untuk esok.

Ketika saat ini, Nabila bisa merasakan kembali kehangatan yang sudah lama hilang di kelasnya. Acara ini membuat teman temannya saling bahu membahu membantu satu sama lain, saling mengkoreksi jika ada yang salah. Tawa selalu saja memenuhi kelas ini.

Berbeda dengan Septian, lelaki itu memilih pergi meninggalkan kelasnya yang sedang ramai, tujuannya kali ini adalah rooftop, Septian hanya ingin sekedar menenangkan pikirannya.

Banyak hal yang sedang Septian pikirkan sekarang, Nabila, Glo, keluarga, semuanya itu membuat Septian pusing.

Septian mengambil sesuatu di saku celana nya, benda yang bisa mengeluarkan asap itu Septian tempelkan di bibirnya, Septian menghisapnya kemudian menghembuskan asap yang keluar dari benda itu.

Sudah lama Septian tidak menyentuh benda itu, tetapi sekarang Septian merasa dirinya benar benar membutuhkan benda yang bisa menenangkannya.

Septian memandang awan di atas sana dengan pandangan lurus, pikirannya terlempar kepada kejadian yang sudah lalu beberapa waktu ke belakang.

Melepas terkadang memang harus Sep, daripada lo mertahanin semua tetapi pihak yang lo pertahanin ngga ada timbal balik nya.

Septian termenung memikirkan baik baik ucapan Rehan ketika di kelas tadi. Semua yang di katakan Rehan memang ada benarnya juga. Untuk apa memperjuangkan orang yang bahkan juga mungkin tengah di perjuangkan oleh orang lain?

Setelah memikirkan semuanya dengan matang, Septian mengambil ponsel dari sakunya dan mengirim sebuah pesan kepada papah nya.

Septian berubah pikiran.

------

Nabila menginjak kan kakinya dikantin, matanya menelusuri seluruh meja kantin, namun orang yang sedang di carinya tidak ada.

"Ck, tadi katanya di kantin" Nabila berjalan menuju meja kosong, dengan kesal Nabila menopang dagu nya sendiri sembari menunggu orang yang tadi mengajaknya bertemu.

Pandangan Nabila jatuh kepada meja belakang pojok, diam diam Nabila mencari sosok itu, namun sialnya dirinya tidak menemukan lelaki itu.

Kemana?

Nabila mencoba meyakinkan dalam hati bahwa dirinya tidak harus merasa bersalah disini. Harusnya memang lelaki itu yang bersalah 'kan?

"Sorry, tadi di panggil pelatih" Nabila tersadar dan langsung menatap ke samping, memperhatikan lelaki tampan itu nampak ngos ngosan.

"Bodo, sekarang kenapa lo ngajak ketemuan" pandangan Nabila sesekali menatap ke arah meja itu. Namun lelaki itu masih tidak ada disana.

"Pensi lusa, gue sekarang mau ngajak lo latihan" mata Nabila melebar mendengar ucapan lelaki itu.

"Apaan? Latihan apaan? Ngga ngga!" tolak nya, garis wajah Nabila berubah begitu saja. "Lah kan perjanjiannya lo temenin gue nanyi ntar. Tapi gue berubah pikiran sih, lo harus ikut nanyi bareng gue" putus lelaki itu seenak jidat. Nabila yang mendengar penuturan lelaki itu langsung mencubit pinggang lelaki itu dengan keras.

Annoying BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang