[4]-Pulang

3.1K 128 2
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi, membuat kegaduhan di tiap tiap kelas terdengar. Begitupun dengan kelas Nabila, ketika mendengar bel pulang berbunyi, dia langsung membereskan barang barang dan menenteng tasnya menuju ke arah parkiran.

Hari ini dia di jemput oleh kakaknya. Ketika dia sampai di parkiran, tidak ada kakaknya, hanya ada beberapa orang yang sedang menunggu jemputan sama seperti dirinya.

Nabila mengecek handphone nya dan tidak ada notip apapun dari kakaknya. Dirinya menghembuskan nafasnya kasar. Tidak biasanya kakaknya telat menjemput seperti sekarang ini. Dia pun mencari tempat duduk, tempat yang ia tuju adalah pohon yang ada di samping lapangan.

Berkali-kali Nabila mengecek handphone nya tetapi tetap, tidak ada pesan dari kakaknya itu. Tadi dia pulang telat karena bu Ranti menyuruhnya sesuatu, jadi Nabila baru pulang jam 3 sore. Ia ingin sekali pulang baik angkot atau taxi, tetapi dia takut kena marah kakaknya. Jadi ia memutuskan untuk menunggu kakaknya sebentar lagi. Mungkin sampai sekolah benar benar sepi.

Nabila masih menunggu dengan tenang di bawah pohon. Sekarang sekolah sudah sepi. Dan jam menunjukkan pukul 4. Tanpa memikirkan hal apa yang akan terjadi nanti ketika dirinya sampai di rumah, Nabila memutuskan untuk pulang naik angkot atau taxi yang ada di depan halte.

Ketika Nabila sedang menenteng tasnya dan berjalan menuju pintu gerbang, saat itu juga awan di langit berubah menjadi hitam dan penuh dengan suara petir.

"Duhh! Jangan ujan dulu napa" seru Nabila ketika melihat ke arah awan di atas sana yang sudah berubah menjadi hitam. Nabila mempercepat jalannya menuju halte. Ketika di tengah perjalanan, hujan turun dengan derasnya yang membuat Nabila mendecak sebal dan berlari sekencang-kencangnya menuju halte yang memang sudah penuh oleh para peneduh kendaraan.

Baju dirinya sekarang sudah basah sebagian. Itu membuat Nabila menjadi di perhatikan oleh beberapa anak lelaki yang seumuran dengan dirinya.

Sial! Mengapa tadi ia tidak mengikuti saran mamah nya untuk membawa jaket ke sekolah. Jadinya kan seperti ini sekarang. Dia mengambil tasnya yang berada di belakangnya, lalu ia alihkan ke depan dan memeluk tasnya untuk melindungi dirinya sendiri.

"Ekhmm neng, sendirian aja neng? Pacarnya kemana? Atau jangan jangan belum punya pacar? Wahh Bagus dong" salah seorang dari gerombolan lelaki itu mendekati Nabila. Nabila semakin mempererat genggaman pada tasnya dan menunduk ketakutan.

"Elah neng, jangan takut gitu napa! Main-main bentar yokk" seorang lainnya beranjak dari tempat duduknya dan duduk disebelah Nabila. Dia menarik tas Nabila dengan sangat keras yang membuat Nabila terkejut bukan main. Dia pun menggunakan tangan untuk melindungi bagian tubuhnya.

Seseorang yang tadi duduk di sebelah Nabila menyentuh tangan Nabila sehingga terlepas dari badannya. Dia sudah takut dengan orang orang yang ada di hadapannya. Tiba-tiba seseorang menarik Nabila dengan cukup keras dan melindungi Nabila di belakang tubuhnya dan langsung menonjok orang yang tadi menganggu Nabila.

Perkelahian kecil itu membuat beberapa orang yang berada di sekitaran halte melihat ke arah mereka berdua dengan tatapan terkejut. Tidak ada yang melerai karena itu adalah perkelahian kecil. Akhirnya mereka pun kembali kedalam aktivitasnya masing-masing.

"Lo ngapain gangguin ni cewe? HAH?!" teriak Septian orang yang tadi melindungi Nabila di depan orang-orang yang tidak berperikemanusiaan seperti mereka.

Nabila sempat terkejut di tempat melihat seperti inilah marahnya Septian. Dan alasan Septian marah karena dirinya.

"Emang dia cewe siapa lo? Pacar aja bukan" Ucap lelaki tadi tanpa rasa takut sedikitpun.

"Kalau dia cewe gue emang kenapa?! Lo mau apa?!" tantang Septian kepada orang itu. Nabila sempat terkejut mendengarkan pernyataan yang di ucapkan oleh Septian ini. Dia menarik Septian agar tidak terbawa emosi. Nabila takut! Septian hanya sendiri sedangkan mereka ada lebih dari 5 orang, Nabila tidak yakin bahwa Septian bisa mengalahkan mereka semua.

Septian menoleh ke arah belakang, dia melihat Nabila. Di wajahnya dapat di lihat bahwa dia sedang takut dan memohon kepada Septian. Septian menggenggam tangan Nabila sebentar dan beralih menuju kepalanya. Dia megusap puncak kepala Nabila. Septian tersenyum sembari mengangguk, memberi tahu bahwa dirinya bisa melawan mereka dan Nabila tidak perlu takut akan ini.

"Elah! Ngapain sih pake acara mesra-mesraan segala lagi!" ujar orang itu yang membuat Septian meliriknya dengan tatapan benci.

"Yaudah ga mungkin kan kita berantem sekarang dan disini?! Gini aja! Kalau lo cowo kita berantem sore ini di lapangan deket sekolahan gue gimana?" tawar Septian kepada ketua dari perkumpulan banci ini!

"Oke gue tepatin janji lo! Awas aja lo sampe ga dateng"

"Yaudah! Sana lo semua jangan ganggu ni cewe lagi!" Usir Septian kepada ke 7 orang itu. Lalu mereka pun meninggalkan mereka berdua dengan motor yang mereka bawa. Ternyata sedari tadi halte sudah sepi karena hujan telah berhenti.

"Lo engga apa apa?" tanya Septian kepada Nabila yang sedari tadi masih menggigil ketakutan. Dia mengerti melalui gerakan tubuh Nabila bahwa dia tidak baik baik saja.

"Nih" serah Septian kepada Nabila, Nabila melihat jaket yang tadi di kenakan olehnya sekarang di berikan kepada Nabila. Dia melihat Septian dengan tanya

"Pake, gue tau lo kedinginan!" suruh Septian kepada Nabila. Nabila pun mengambil jaket Septian dan langsung memakaikannya di tubuh nya.

"Lo pulang sendiri?" tanya Septian kepada Nabila

"Ahh... Kakak gue mau jemput katanya, tapi dianya belum jemput sampe sekarang" Nabila pun mengecek handphone nya kembali. Sial, sepertinya ini adalah hari tersial bagi Nabila.

"Sial!" Ucap Nabila tanpa sadar dan membuat Septian melirik ke arah dirinya dengan tatapan tanya

"Kenapa?"

"Batre hp gue abis, lo ada bawa powerbank ngga?" tanya Nabila kepada Septian. Pantas saja sejak tadi kakaknya tidak memberi kabar, ternyata batre hp nya habis. Kakaknya bisa marah besar bila seperti ini.

Septian pun tertawa gemas melihat Nabila cemas seperti ini. Septian mengacak-ngacak puncak kepala Nabila yang membuat Nabila melihat ke arahnya. Dia hanya tersenyum.

"Lo tenang aja! Kakak lo gaakan marah. Gue yang tanggung jawab kalau kakak lo marah" Ucap Septian sungguh sungguh yang membuat Nabila menjadi diam tak berbicara apapun.

"Apa sih lo, gajelas!" Ucap Nabila sembari memukul pelan lengan kokoh Septian sembari tertawa kecil.

"Yaudah, yaudah kita pulang yuu?"

"Yaudah, udah sore juga"

-----

"Makasih ya, lo udah nganterin gue" ucap Nabila sembari turun dari motor Septian. Selama perjalanan entah mengapa Nabila jadi terbuka kepada Septian, padahal baru hari ini mereka kenal tapi Septian sudah bisa menyesuaikan diri dengan Nabila.

"Siip, kakak lo udah pulang belum?" Septian ingin turun dari motornya. Nabila pun melihat ke arah rumahnya. Tidak ada motor kakaknya. Itu artinya dia belum pulang!

"Ngga ada deh kayaknya" ucap Nabila kepada septian.

"Ooo yaudah kalau gitu gue pulang aja yaa" Pamit Septian kepada Nabila. Bila pun hanya mengangguk dan tersenyum.

"Hati-hati ya, btw ini jaket lo makasi yaa" ketika Nabila ingin memberikan jaket itu, tangan Septian sudah lebih dulu menahannya

"Ngga usah! Simpen di lo aja dulu, besok gue ambil di sekolah" ucap Septian lalu dia menyalakan motornya dan beranjak meninggalkan pekarangan rumah Nabila. Bila yang melihat itu pun hanya tersenyum dan masuk ke dalam rumahnya.

Bersambung

Gimana ama part ini. Baper? Engga ya maaf nanti di tingkatin lagi deh

Sukak ngga?

Jangan lupa vommeny dan maaf kalau ada typo

Salam

Widy

Annoying BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang