[14]-Putus

2.6K 103 0
                                    

"Beneran lo udah nembak Nabila dan di terima sama dia?" Rehan menanyakan tentang hubungan sahabatnya itu. Tadi ia mendengar gosip ini dari Salman dan Wisnu yang sedang merumpi di pojok kelas. Kebiasaan!

Septian yang sedang mengisap rokoknya pun menatap ke arah Rehan. Pertanyaan Rehan hanya di beri anggukan saja oleh Septian.

Dia sekarang sedang senang karena sudah bisa memikat Nabila menjadi miliknya. Meskipun ia masih terikat oleh taruhan yang sudah mereka sepakati.

"kapan?" Rehan menanyakan sekali lagi. Ia masih penasaran akan kisah percintaan sahabat nya ini.

"Kemarin" kata Septian yang masih mengisap asap rokok. Karena cuaca yang sangat cerah pagi itu, asap yang Septian hasilkan terbawa kesana kemari oleh angin.

"Tapi lo ngga lupa kan sama taruhan kita?" Rehan kembali bertanya. Bukan hanya bertanya ia juga memberi tahu kepada Septian.

"Iya iya gue inget elah. Bosen gue dengernya" Septian menjatuhkan rokoknya yang sudah tinggal sedikit. Rokok itu jatuh ke tanah, Septian pun menginjak rokok itu sehingga sudah tidak ada asap lagi.

Septian pun beranjak dari duduknya. Ia sedikit membersihkan bajunya yang sempet berantakan, dan membenarkan rambutnya yang sedikit kusut.

"Woyy! Kemana lo?!" teriak Rehan yang tidak di gubris oleh Septian. Septian masih terus berjalan sembari memasukan kedua tangannya ke dalam saku seragam sekolahnya.

"Nyamperin pacar" ketika sudah jauh baru Septian berteriak. Hal itu membuat Rehan menjadi geleng geleng melihat tingkah sahabatnya itu.

Sombong

-----

Sekarang Septian sudah berada di depan kelas Nabila. Dia pun memunculkan kepalanya setengah, ia tidak melihat keberadaan Nabila di kelasnya. Begitupun juga keberadaan sahabat sahabat Nabila.

Septian tidak mempedulikan tatapan heran dan tanya dari teman sekelas Nabila. Ketika ia berbalik badan, ia di kejutkan dengan seseorang yang sedang di carinya itu. Seseorang yang menjadi pengisi hari harinya untuk sementara.

Dilihatnya Nabila, sedikit berbeda dari penampilan biasanya. Nabila yang biasa selalu mengikat rambutnya dengan rapi, sekarang di gerai dengan sedikit berantakan. Lalu kantung matanya yang sedikit membengkak membuat Septian menatap ke arah Nabila dengan heran.

"Kenapa?" Nabila bertanya dengan nada suara yanh berbeda juga dari biasanya. Suaranya seperti suara yang sudah habis menangis. Tapi karena apa?

"Kamu kenapa?" Septian memegang dahi Nabila untuk sekedar mengecek keadaan kekasihnya itu. Awalnya Nabila tidak menolak, tangan Septian pun beranjak menuju rambut Nabila dan mengacak ngacaknya. Nabila yang mendapatkan perhatian dari Septian langsung menyingkirkan tangannya dari kepalanya.

Septian semakin aneh dengan perubahan sikap Nabila. Mengapa dirinya menjadi seperti ini?

"Kamu kenapa? Kamu sakit?" tanya Septian mengulang pertanyaan yang tadi. Nabila hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Kamu kok jadi banyak diem kaya gini, kenapa?"

Nabila sedikit terkekeh mendapatkan perhatian dari Septian. Nabila lalu tersenyum ke arah Septian.

"Aku ngga papa. Aku cuman lagi butuh sendiri aja" tutur Nabila lembut berusaha tidak menyakiti perasaan Septian. Septian pun mengerti bahwa benar Nabila sedang tidak mau di ganggu. Septian hanya mengangguk dan langsung beranjak pergi setelah mengucapkan kata pergi.

-----

Sepanjang pelajaran, Nabila tidak bisa fokus kepada pelajaran. Bahkan guru menerangkan pun Nabila tidak memberhatikan. Pandangan Nabila memang menghadap ke arah papan tulis, namun pikirannya tidak ada disana.

Annoying BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang