Nabila dewasa sedang berjalan jalan menyusuri jalanan sepi ini, umur yang sudah kepala tiga itu tidak membuat Nabila kehilangan kecantikan dalam wajahnya.
Nabila baru saja keluar dari supermarket untuk membeli peralatan yang di butuhkan di rumah, mengingat dirinya sudah mempunyai suami dan anak dua Nabila tidak lagi mementingkan diri sendiri lagi.
Ketika sedang berjalan di temani angin sore yang seakan selalu membuat Nabila tenang, tiba tiba penglihatannya mengunci kepada satu objek. Matanya membola ketika dia melihat anak kecil sedang berada di taman yang tidak jauh dari tempat dirinya berdiri. Sedang menenggelamkam kepala di antara kakinya yang di tekuk.
Dengan perasaan iba, Nabila berjalan menghampiri anak kecil itu, bisa Nabila lihat bahwa anak kecil itu sedang menangis, dengan penuh kehati hatian Nabila menyentuh pundak anak itu, namun alangkah terkejutnya Nabila ketika mendapati anak itu malah menepis tangannya.
"Hey, sayang kamu kenapa?" Nabila melembutkan suaranya, matanya meredup melihat anak itu tidak mau menatap dirinya.
"Papah jahat" tubuh Nabila kaku ketika mendengar suara anak itu, pikirannya bercabang. Siapa? Siapa yang jahat? Apakah orang tuanya sedang ada disini? Tapi dimana?
Nabila mengedarkan pandangannya menyapu isi taman, namun nilih, dia tidak menemukan siapapun disini.
"Kamu kenapa sayang" Nabila masih berusaha mengelus rambut anak itu, namun Nabila senang ketika tidak mendapati anak itu menepis tangannya.
Anak kecil itu mengangkat kepalanya perlahan lahan, Nabila senang ketika melihat anak itu ingin melihatnya. Namun, ketika tatapan Nabila dan anak itu bertubrukan, tubuhnya menegang, dadanya terasa sedikit sesak, otaknya tanpa permisi menampilkan memori seseorang yang sangat ingin Nabila lupakan.
Mata itu.
Ya, mata itu adalah mata yang sangat mirip dengan Septian, seseorang yang ingin Nabila lupakan selamanya. Bagaimana mata kecil itu menatap dirinya mengingatkan Nabila pada lelaki yang entah bagaimana kabarnya.
"Tante cantik" anak itu bergumam lirih, Nabila tersadar dari lamunnya, matanya langsung menatap anak itu dengan mata yang berkaca kaca.
"Mamah sama papah jahat-" belum sempat anak itu melanjutkan ucapannya, tubuhnya sudah lebih dahulu memeluk Nabila dengan erat, lalu kembali menangis.
"Hey ganteng, kamu kenapa nangis lagi hmm? Mamah sama papah kamu kenapa?" Nabila mengusap punggung kecil anak itu dengan pelan, sepertinya anak ini sangat membutuhkan Nabila.
"Ma-mah sama pap-ah ser-i-ng berantem di ru-mah ta-nte cantik" meski ucapan anak ini sedikit belibet namun Nabila masih bisa menangkap apa yang anak ini katakan.
"Ak-aku kab-bur dari rumah tante, aku t-ta-kut"
Karena merasa iba, akhirnya Nabila melepaskan pelukan mereka dan menangkup pipi gembul anak itu.
"Sayang, kamu ingat jalan pulang ngga? Biar tante anterin kamu ke rumah nanti tante bakalan bilang sama orang tua kamu biar mereka ga berantem lagi dan bakalan ngejagain kamu, ya?" anak itu menggeleng, "nggak mau tante, mamah sama papah tetep bakalan berantem."
"Enggak sayang, nanti tante ngomong sama orang tua kamu, ya?"
Akhirnya setelah acara bujuk membujuk dengan anak ini, Nabila mengantar anak itu pulang, Nabila bingung bagaimana anak itu bisa nyasar disini padahal rumahnya dengan taman itu lumayan jauh.
"Ini tante, rumah aku" anak itu berhenti di salah satu rumah yang lumayan luas, Nabila menatap rumah itu dengan tatapan mengernyit, memang dari luat terlihat bahwa rumah itu sepi seperti tidak berpenghuni.
"Ayo tante, kita masuk" belum sempat Nabila mengiakan, pintu rumah itu terbuka, Nabila menegang hebat dengan mata yang membola melihat sesorang yang membuka pintu rumah itu dengan pandangan dingin.
Sementara Nabila menegang, Septian juga tidak kalah terkejutnya melihat Nabila yang ada di depan rumahnya bersama anaknya.
Dadanya sesak, entah mengapa dari dulu hingga kini dia memiliki anak, rasa itu tidak pernah berubah, perasaannya masih sama, ingin dan selalu mengharapkan Nabila.
"Bil"
End
Cie di gantung yaa haha, enggak enggak penasaran kan sama kelanjutannya? Bakalan aku jawab di sequel ini ya.
Kapan sequelnya? Tunggu aja info disini ya
Btw aku mungkin bkalan bikin sequelnya klo cerita aku yang satu lagi selesai yaa!!
See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Annoying Badboy
Fiksi Remaja"Jadi lo cuman jadiin gue bahan taruhan lo doang?" Berawal dari sebuah taruhan dengan teman temannya. Septian Arya mendekati Nabila anindya sebagai target taruhannya. Nabila, sekertaris kelas yang terkenal cerewet dan rajin. Apakah bisa Nabila yang...