[48]-Amarah semua

1.4K 69 3
                                    

"Nangis aja, pukul gue kalau itu bisa buat lo tenang" tangisan Nabila semakin keras ketika orang itu mengusap ngusap rambutnya dari belakang.

Nabila masih terus menangis tanpa memperhatikan apapun di sekitarnya, hatinya sakit benar benar sakit.

"Di... Diaa... Jahat Vin sama gue" ya Kelvin, lelaki itu tadi melihat Nabila yang berlari sembari menunduk dan bahunya terguncang. Di tengah keramaian acara sekolah, Kelvin berlari mengikuti kaki Nabila melangkah.

"Lo tenang dulu" Kelvin beralih menjadi duduk di samping Nabila. Lelaki itu menyerahkan botol minuman yang tadi sempat ia ambil di adik kelas yang juga kebetulan melewati.

Padahal Kelvin tidak kenal adik kelas itu siapa. Tapi karena Kelvin terlalu panik langsung saja ia memaksa tanpa minta penolakan.

"Minum dulu aja, kalau udah baikkan ceritain semuanya sama gue" Nabila mengikuti saran Kelvin, hatinya sedikit lebih tenang sekarang meskipun Nabila masih sangat enggan sebenarnya untuk menceritakan kelakuan berengsek lelaki itu.

"Bukannya tadi gue suruh lo buat ketemuan sama Septian? Ketemuannya udah? Kok lo malah nangis gini?" tanya Kelvin beruntun, ck Kelvin ini sangat tidak peka bahwa Nabila sedang tidak ingin di tanya tanya masalah itu.

Melihat keterdiaman Nabila, Kelvin akhirnya sadar dan entah mengapa lelaki itu berdehem pelan, mungkin untuk mencegah kecanggungan di antara mereka.

"Dia nyakitin lo lagi?" entah mengapa juga nada bicara Kelvin terdengar lebih dingin dan... Tajam? Entahlah, "Bil, jawab gue!" karena Nabila yang terus diam, Kelvin akhirnya memegang pundak Nabila dan menatap Nabila tepat di manik mata yang nampak berkaca kaca.

"Ini nggak bisa di biarin" ketika Kelvin hendak melangkah meninggalkan Nabila, Nabila langsung menahan tangan Kelvin, menatapnya dengan tatapan memohon seakan mengatakan 'jangan berbuat aneh aneh' yang mau tak mau Kelvin kembali duduk.

"Dia nggak ngapain ngapain gue, gue cuman sedikit ada masalah aja sama dia" sebisa mungkin Nabila tersenyum meski hatinya sangat ingin terus menerus mengeluarkan air mata.

Tidak mungkin kan Nabila menangis di hadapan Kelvin dan nantinya akan membuat masalah baru, lebih baik Nabila simpan saja lukanya sendiri. Nabila juga tidak mau Septian di anggap buruk oleh Kelvin.

Hmmm, perempuan.

"Yaudah, lo mau pulang atau masih mau disini? Kayaknya lo butuh banget istirahat deh"

"Anterin gue pulang, Vin"

Setelah Nabila mengatakan itu, tanpa aba aba Kelvin menggandeng lengannya dan berjalan dengan pelan pelan, Nabila sendiri pun masih terus menundukkan kepalanya ke bawah berusaha menghindari pandangan orang orang.

Setelah selesai mengantar Nabila, Kelvin langsung kembali ke sekolah. Sekarang image nya sebagai kapten basket yang sedikit 'bad' telah kembali lagi.

Rahangnya mengeras, mata tajamnya menatap ke arah sekolah dengan tatapan yang dingin. Jelas, Kelvin tidak sebodoh itu ketika melihat Nabila menangis dan gadis itu mengatakan tidak ada apa apa.

Septian, lo udah buat Nabila nangis lagi.

-------

Selepas kepergian Nabila, Septian Salman, Rehan dan Komar tengah duduk santai di kantin. Mereka masih sempat sempatnya tertawa namun tidak dengan Septian terdiam mengeluarkan aura menyeramkan.

"Oi Sep, ngapain lo diem aja gitu, gausah di pikirin Nabila mah. Biarin aja kali lagian juga kan nggak akan ngaruh apa pun buat kita kita, yoi?" Rehan menatap Salman dam Komar seakan meminta menyetujui ucapannya.

Annoying BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang