Geng, Tiang Kebahagiaan

261 13 15
                                    

Tahun ajaran baru telah tiba, hari yang ditunggu-tunggu seluruh siswa kelas sepuluh, sebelas, dan duabelas yang penasaran terhadap siapa yang akan sekelas dengan mereka dan yang berharap akan sekelas dengan sahabat-sahabat terbaiknya. Semuanya berdesak-desakkan untuk melihat daftar nama-nama siswa SMA Mandiri di mading sekolah yang telah disusun per kelas.

Geng Jedar, begitulah namanya, juga tak luput dari mereka yang penasaran dan penuh harap. Empat sekawan ini telah berteman dengan sangat baik sejak mereka duduk di bangku SMP. Nama geng yang satu ini adalah hasil dari gabungan nama mereka sendiri.

J untuk Johnny Vansara, tidak ada yang mengerti mengenai makna namanya, namun siswa yang disapa Joni ini mengakui bahwa nama belakangnya itu adalah pergabungan nama ayah dan ibunya yang tak pernah terbongkar. Joni sangat pintar menjaga nama ayah dan ibunya yang selalu terpajang di formulir yang kadang dibagikan, ataupun yang terpampang jelas di halaman depan rapotnya.

E untuk Eko, memang nama yang cukup sederhana. Namun, dia memiliki nama lengkap yang elegan. William Eko Paris, begitulah namanya. Meskipun elegan, tidak ada yang tertipu dengan nama belakangnya lantaran dia terlahir di Bogor.

Da untuk Damar Anggara, namanya sepadan dengan wajahnya yang menawan. Wajah menawan ini bukan berarti dia frontman di dalam geng, karena geng ini tidak menggunakan sistem bos dan anak buah. Dialah yang paling dapat dipercaya bila seseorang bercerita kepadanya, singkatnya, dia paling dapat menyimpan rahasia. Bahkan, hanya dia siswa di sekolah itu yang mengetahui nama ayah dan ibu Joni. Tidak pernah ada rahasia yang tersebar oleh Damar, selama pemiliknya mengatakan 'jangan kasih tau siapa-siapa ya.'

Terakhir, ada R untuk Radifan Januar, dia tidak lahir di bulan Februari karena nama belakangnya begitu jelas menunjukkan di bulan apa dia dilahirkan. Cukup panggil dia Difan, itulah nama yang dipanggil setiap orang kepadanya sejak kecil.

Di tengah kerumunan siswa-siswi yang penasaran dan berharap itu, terdapat Joni di antaranya. Dia beruntung berada paling dekat dengan mading. Jari telunjuknya terus menyusuri setiap nama di dalam daftar nama kelas XI MIA 2. Joni terus menjelajahi kertas itu untuk memastikan ketiga sahabatnya ada di kelas yang sama. Benar saja, Eko, Damar, dan Difan berada di kelas yang sama dengan Joni.

Joni pun tersenyum lebar, dan segera berbalik melewati desakan siswa yang ingin bergiliran melihat mading. Setelah susah payah berdesakan, Joni menghampiri ketiga temannya yang menunggu di pinggir lapangan, jauh dari mading.

"Gimana? Gimana?" tanya Damar yang sangat penasaran.

"Kita berempat sekelas!" jerit Joni kegirangan.

Lalu mereka berempat melompat-lompat membentuk lingkaran sambil saling merangkul. Mereka terus berteriak, "wooooo," untuk merayakan sekelasnya mereka kali ini. Dan dengan hal ini, tak mungkin tak ada yang melihatnya. Ada yang tertawa--biasanya kalangan perempuan yang melakukannya, atau bisa juga adik kelas, ada pula yang mengernyitkan dahi sembari menggerakan bibirnya seolah berkata, "dih, ngapa tuh?"

Mereka berempat sangat senang karena mereka terakhir sekelas saat masih menduduki bangku kelas VIII. Akhirnya, kali ini mereka sekelas lagi dan langsung mencari letak kelas XI MIA 2.

"Yang mana sih?" tanya Difan, sembari semuanya mengedarkan pandangnya dan berjalan perlahan, mencari papan nama kelas yang biasa digantung di atas pintu kelas.

Akhirnya Damar yang melihatnya, "di atas tuh ya?"

"Oh iya."

Ya, seluruh siswa tidak pernah tahu di mana kelas berikutnya setiap naik kelas lantaran pembagian kelas kerap kali digonta-ganti.

Setelah menemukan kelas yang masih agak sepi itu, mereka menempati bangku yang masih kosong di barisan yang dekat dengan pintu. Tepatnya di baris ketiga dan keempat.

Hari-hari Geng Jedar di kelas XI pun dimulai.

The Vanished SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang