The Vanished Smile

Smile

"Kak, tolong Mama dong!" ibu Damar yang sedang duduk di ruang tamu memanggilnya. Damar yang sedang duduk di ambang pintu sambil memainkan ponselnya menghampirinya.

"Kenapa, Ma?

"Nih," Damar diberi kunci motor, dia pun bertanya, "kemana?"

"Ke Indoapril, Kak, beliin Panta yang kemasan gede. Panta atau Seprit gitu terserah kamu. Nih duitnya, kalo ada sisanya buat Kakak."

Damar menerima uangnya dan segera beranjak keluar untuk pergi ke Indoapril.

Sampai di sana, Damar langsung masuk ke Indoapril dan berjalan menuju lemari pendingin yang berjajar rapi. Setelah mendapatkan yang dicari, dia segera membayar belanjaannya tersebut ke kasir.

Saat dia berjalan keluar, di sana ada Alisha yang hendak membeli sesuatu juga di Indoapril.

***

Damar dan Alisha pun duduk di taman komplek, tanpa gangguan geng dan Eli. Sebelumnya Damar telah kembali ke rumah terlebih dahulu untuk memberikan pesanan ibunya, begitupun Alisha.

"Makasih ya, kamu udah capek-capek bikin aku senyum," kata Damar yang kini benar-benar mulai kembali kepada dirinya yang dulu. Alisha senang melihat Damar seperti itu.

"Ah, bukan apa-apa, emang udah harusnya kamu bahagia."

"Iya sih, aku percaya sama kamu."

"Makasih dah percaya sama aku, Mar."

Mereka bersenda gurau hingga tak terasa waktu sudah menjelang sore. Sebelum mengendarai motor masing-masing, berlawanan arah, mereka tak melepaskan genggaman tangannya.

"Ujian kapan?" tanya Alisha dengan manisnya.

"Hmm... minggu depan?"

"Salah, minggu depannya lagi!" ledek Alisha, Damar pun tertawa. Lalu genggaman mereka lepaskan dan mereka pun menaiki motor masing-masing. Alisha berlalu lebih dahulu, "aku duluan ya?"

"Oke, hati-hati," senyum Damar benar-benar dari hati yang terdalam. Lalu Alisha berlalu meninggalkan taman itu, dengan Damar yang masih menatapnya dari kaca spion.

Dia mulai percaya akan ketulusan Alisha, dia tidak lagi memikirkan apapun tentang masa lalu dan kesedihannya.

Dia siap kembali seperti semula.