I Curse the Day

46 3 0
                                    

Bulan Oktober pun tiba, bulan yang ditunggu-tunggu sebagian besar siswa karena SMA Mandiri mengadakan pensi di pertengahan bulan. Ya, pentas seni. Pensi ini mengundang artis-artis yang cukup fenomenal. Hal inilah yang membuat acara ini ditunggu-tunggu, begitu pula dengan Geng Jedar.

Hari itu, di kelas...

"Tanggal berapa sih pensi?" tanya Joni.

"Pertengahan lah pokoknya, mending lo tanya OSISnya," jawab Damar sambil menunjuk Shanti yang duduk jauh dari mereka, karena Shanti merupakan bendahara I di OSIS sekolah itu.

"Males nanya dia mah," tolak Eko untuk bertanya pada Shanti.

Giliran Difan yang berbicara, "gue ngajak ke sini kali ya?"

"Apaan?"

"Itu, gebetan gue."

"Lah siapa?" Eko, Joni, dan Damar pun mendekat, mereka cukup penasaran.

Difan pun memberitahu, "nanti gue kasih tau kalo dia jadi datang."

Ketiga temannya pun menjauh lagi sembari kecewa, "yahhh..."

Damar kemudian berkata, "pokoknya pensi kita ngumpul berempat, jangan sama gebetan masing-masing."

"Loh emang lo ada apa sama Vina?"

"Nggak, bukan gitu."

"Terus?"

"Kasihan Difan bego, sendirian."

"Lah kan gue ngajak gebetan gue," sahut Difan yang namanya disebut.

Damar pun bingung sendiri, "oke deh, ini momen buat Difan, karena bulan kemarin di bioskop dia gak punya siapa-siapa."

Eko dan Joni pun mengerti dan sepakat, Difan senang mendengarnya. Dia tidak menyangka Damar akan sangat mengerti terhadapnya.

"Tapi lo harus gabung sama kita, Dif, kalo gebetan lo gak datang," kata Joni melengkapi kalimat Damar yang menurutnya belum selesai.

"Iya tenang aja, kalo gak sama kalian gue sama siapa?"

"Iya, iya."

***

Hari yang ditunggu-tunggu tiba, pensi berjalan dengan lancar. Berbagai susunan acara sebagian telah dijalankan. Mulai dari penampilan solo vokal, pembacaan puisi, dan seni tari dari SMA Mandiri pun telah berjalan lancar. Kini saat yang ditunggu-tunggu pun datang, sisa acara hanya akan menampilkan berbagai artis fenomenal yang telah diundang. Berbagai stand dari sponsor-sponsor yang mendukung acara ini bertebaran di tepi lapangan. Beberapa siswa sesekali mendatangi stand-stand tersebut untuk membeli ataupun sekedar melihat-lihat.

Performance terakhir adalah penampilan dari seorang DJ yang tidak begitu terkenal. Banyak yang masih bertanya-tanya tentang DJ tersebut, tak terkecuali Damar dan teman-temannya.

"Ini siapa sih?" Damar bertanya dengan suara yang agak keras. Sama seperti yang dilakukan semua orang di sana.

"Gak tau, DJ jalanan kali."

"Hah?"

"DJ JALANAN."

"Kok jalanan sih?"

"Gak tau apalah itu, ya... DJ kecil-kecilan ngerti kan?"

Damar hanya membalas anggukan.

Namun meskipun demikian, alunan yang dimainkan oleh DJ tersebut membuat seluruh yang masih bertahan di acara itu menikmatinya. Sampai melompat-lompat jika sampai di bagian tertentu.

"Tapi enak juga bego! Ya?" tanya Damar lagi.

"Iye, Mar!"

Geng Jedar pun tak mau kalah heboh, Joni menggendong Damar dan Eko menggendong Difan di bahu masing-masing. Sesekali ada yang memperhatikan mereka, atau mereka yang ikut-ikutan melakukan hal yang sama.

Damar dan Difan yang berada di atas bahu Joni dan Eko cukup ceria. Sampai akhirnya keceriaan Damar hilang saat melihat bagian lapangan yang tidak terlalu padat oleh penonton.

Tampaknya Vina sedang menikmati penampilan DJ itu dengan seseorang yang sering dilihatnya di sekitar lingkungan kelas, namun tidak dikenal oleh Damar. Damar pun mencoba menyiku Difan yang tak jauh darinya, namun tak sampai juga, dan Difan terlalu asyik dengan acara ini. Akhirnya Damar memanggilnya, "Difan!" Eko dan Joni turut menoleh ke atas sekejap.

Difan menoleh, lalu Damar dengan isyarat melirikkan matanya ke arah yang dimaksud. Difan pun menoleh-noleh, mencari-cari yang dimaksud Damar, lalu dia melihat sesuatu dan dia berkata tanpa suara, "Vina?" Dahinya mengerut, tidak percaya dengan yang dilihatnya.

Damar mengangkat kedua bahunya, wajahnya tampak tak senang. "Jangan bilang ini terjadi lagi," batinnya dengan sangat kecewa.

The Vanished SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang