New Year

29 1 0
                                    

Malam tahun baru pun tiba, Geng Jedar bersiap untuk berkeliling sekitar daerahnya dengan sepeda untuk melihat kembang api seperti orang-orang kebanyakan. Mereka pun berkumpul di taman komplek, dan mereka menetapkan taman itu sebagai markas mereka malam itu juga.

"Dah lah ini tempat jadi base kita aja sekarang," usul Difan.

"Ya... sebenarnya secara gak langsung juga udah gitu sih, Dif," kata Eko.

"Iya sih ya. Tapi biasanya kalo gak taman ya rumah dia," Difan menunjuk Damar.

"Oh iya, kita gak ngajak Eli?" tanya Joni.

Sebagai tetangga, Damar menjawabnya, "tadi sih di chat bilangnya gak boleh sama orangtuanya."

"Oh gitu..."

Lalu tidak lama, dua orang gadis mendatangi mereka dengan sepedanya masing-masing.

"Lah itu...?" kata Joni setelah menyadari keberadaan mereka.

"Hai!" sapa Eli, namun dia tidak turun dari sepedanya.

Damar terkejut karena Eli bersama dengan Alisha. "Kamu ikut?" tanya Damar yang masih bingung.

"Iyalah, aku mau nemenin kamu."

Damar tak percaya dengannya, "paling pas keliling ketemu cowok lain."

Eko pun mencampuri pembicaraan mereka, "jangan gitu lo, Mar, yehhh."

"Aku gak akan kayak gitu," balas Alisha santai. Dia benar-benar tulus pada Damar.

"Gak apa-apa kalo beneran mah."

"Ya udah lihat aja nanti, hehehe, ayo jalan," ajak Alisha, semua pun menaiki sepeda masing-masing dan mulai berkeliling.

Mereka bersepeda sejak pukul sepuluh malam. Mulai dari jalan utama komplek yang menjadi pusat perhatian warga karena tanah lapang yang begitu luas untuk menikmati kembang api, berbagai sekolah termasuk SMA Mandiri, Kantor Lurah, jalan raya, dan segala yang masih berada di satu daerah mereka lalui.

Satu setengah jam kemudian, mereka sudah kembali ke markas geng, taman komplek. Penduduk yang memilih untuk tetap di rumah pun memajang diri mereka di depan rumah masing-masing. Beberapa dari mereka yang bertetangga pun berbincang-bincang dengan damai, hal seperti ini jarang ditemui di komplek individualis seperti tempat geng itu tinggal. Kini mereka hanya tinggal menunggu tengah malam.

Begitu banyak bangku taman di tempat yang cukup luas itu, membuat mereka bebas memilih tempat duduknya karena memang hanya mereka yang berada di sana. Joni duduk bertiga dengan Eko dan Difan, Eli berada di bangku lain di hadapan mereka. Sementara geng itu memberikan kesempatan untuk Damar dan Alisha duduk di bangku yang jaraknya agak jauh dari keempat temannya.

Seringkali Alisha-lah yang memulai obrolan, baik di media sosial maupun secara langsung. Damar masih terlalu berat untuk ceria di hadapan gadis ini.

"Eh, kamu sering begini sama geng kamu?"

"Hmm? Gimana?"

"Sering tahun baruan di taman begini?"

"Nggak, biasanya aku cuma keliling."

"Oh... masa gitu doang?"

"Ya.. sisanya ngumpul di rumahku."

"Hmm gitu..."

Tidak disangka, pikiran Damar tentang kejadian antara dirinya dengan Aston di akhir semester itu muncul lagi.

'Lo pacarnya Alisha? Iya?'

'Muka lo gak sebanding sama dia.'

'Kenapa Alisha bisa suka--'

Dia pun menyadarkan dirinya dari lamunan itu, lalu dia memberanikan diri mengatakan sesuatu kepada Alisha.

"Sha..."

"Iya?"

"Aku kayaknya gak yakin bisa ber--"

"Ah, kamu gitu mulu. Jangan gitu, kamu harus belajar lihat hati, bukan orangnya. Kamu harus taruh prinsip itu di hidupmu. Lihat hatinya, jangan--"

Ucapan Alisha terpotong oleh suara letusan kembang api di langit komplek itu, dan tibalah pergantian tahun. Semua memandang ke langit untuk melihat keindahan setiap kembang api yang mewarnai langit malam itu. Ada saja yang merekam moment itu, di salah satu rumah di sekitar taman melakukannya.

"Coba, Ko, lo terbang sana sama kembang api!" kata Difan.

Eko bingung, "terus kalo gue terbang ke sana...?"

"Iya lo meledak jangan balik lagi!"

"Dableg!" Eko mendorong Difan. Joni dan Eli tertawa.

"Eh, ada yang lagi berdua tuh!" ledek Eko. Siapa lagi kalau bukan Damar dan Alisha sasarannya.

"Percuma mereka gak bakal dengar," Eli akhirnya turut berbicara.

"Tau lo, hahaha."

Alisha pun terbawa suasana hingga dia berteriak ke langit, "HAPPY NEW YEAR! WUHUUUUU!!"

Damar memandangi kelakuan Alisha. 'Gue kok gak bisa kayak Alisha sih,' batinnya.

The Vanished SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang