"Duh... Rani... spam like ah," gumam Damar sambil menggulir-gulirkan layar ponselnya. Rupanya dia sedang melihat-lihat profil Instagram milik Rani dan memberikan simbol hati berwarna merah itu di setiap kirimannya. Baik itu foto Rani sendiri maupun bersama teman-temannya.
CEKLEK!
"Kakak, ada temannya tuh, gak dengar ya dipanggilin?" suara ibu Damar yang tiba-tiba membuka pintu kamar berhasil membuat ponsel Damar melompat-lompat nyaris jatuh ke lantai.
"Gitu aja kaget, udah cepat turun," kata ibunya.
"Iya, Ma," ibunya pun berlalu, sementara Damar merapikan bajunya sejenak di depan cermin lalu pergi menuruni tangga.
***
"Mana Damar?" tanya Eko sambil menopang pipi dengan tangannya di atas speedometer motornya.
Difan hanya mengangkat bahunya, dia berdiri tepat di depan pintu rumah Damar. Difan menyandarkan tubuhnya ke pintu itu. Sementara Eko dengan motornya berada di luar pagar.
Damar pun membuka pintu. "Eh, eh, gila eh!" Difan yang sedang bersandar pun terjatuh, Damar terkejut dan segera menghindar dengan cekatan. "Lo ngapain, Dif?" tanya Damar sembari menahan tawa. Sementara Eko di luar sudah tertawa terbahak-bahak.
"Ngapain sih malam-malam gini anjir?" kata Damar yang masih heran.
Difan pun mengeluarkan secarik kertas yang dilipat-lipat dan menyodorkannya kepada Damar, "nih, buat lo."
Damar pun membuka lipatannya dan didapatilah seni doodle yang bertuliskan namanya, "lah ini dari siapa?""Cewek lo tuh tau-tau ke rumah, kirain mau ngasih sop gitu kayak biasanya, gak taunya ngasih beginian, ya udah gue telpon Eko aja minta antar," jelas Difan dengan lengkap.
Di dalam gambar itu terdapat tanda tangan milik Rani yang terpampang jelas di sudut kanan bawah. Damar masih terkejut akan diberikan ini.
"Oh ya, kok lo tau gue sama Rani udah--"
"Dia cerita sendiri, sering curhat dia sama gue, dari dulu. Ya... sebenarnya baru kali ini lagi sih setelah bertahun-tahun."
"Oh, gak pernah ngasih tau lo itu, udah sana lo husss..."
"Yeh diusir, oke gue balik dulu ya. Besok Sabtu sama Minggu gak main dulu kata Joni. Dia mau pergi ke Semarang."
"Ngapain?"
"Gak tau, intinya dia mau pergi."
"Tapi lo ngasih ginian besok juga bisa kali."
"Dianya rewel!"
Eko dan Difan pun pulang. Damar segera masuk kembali ke kamarnya, dia menyimpan gambar yang diberikan itu di dalam salah satu buku tulisnya.
Rupanya sebelum hal ini terjadi, Rani telah menerima Damar di hatinya.
***
Damar sedang mencoba menelpon Rani, dia memiliki paket telpon gratis hari itu, jadi dia mencoba menghubunginya.
"Halo?" terdengarlah suara Rani di sana.
"Eh iya, ini aku, Damar."
"Oh, Kak Damar, kok tau nomor aku?"
"Dikasih sama Difan."
"Oalah, hahaha."
Mereka asik mengobrol di sana, tidak sampai satu jam, dan Damar kehabisan topik. Lalu Damar memutuskan untuk mengutarakan isi hatinya hari itu.
"Mau gak, Ran?"
Di sana tidak ada suara, Rani sedang membuat keputusan. Lalu tidak lama, Rani menjawabnya.
"Ya udah."
Damar pun tersenyum mendengarnya, dia tau Rani juga tersenyum di sana karena dia dapat merasakannya. Dialah yang ketiga menempati hati seorang Damar. Seusai menelpon, Damar pun segera mengakses Instagramnya dan melihat-lihat profil Rani di sana.
"Duh... Rani... spam like ah.."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Vanished Smile
Teen Fiction[COMPLETED] [#7 in smile - 17/7/18] Damar adalah seorang siswa yang periang layaknya siswa lain, dia bukanlah yang seperti orang-orang katakan, badboy atau semacamnya. Jiwa periangnya hilang saat hatinya tak pernah dihargai. Gimana ya akhirnya? Apa...