Just Bittersweet Memories

29 1 0
                                    

Mall besar, namun tertinggal dan enggan untuk dikunjungi.

Tempat itulah yang kini sedang didatangi oleh Damar. Dia masuk begitu saja ke dalam mall itu, dia masuk sekaligus untuk berteduh dari hujan deras di luar sana.

Dia menyusuri mall itu kesana kemari, ke lantai atas dan bawah. Dia menemukan sebuah balok kayu dan mengambilnya. Bersama perasaan sedihnya, Damar berjalan sambil menyeret balok kayu tersebut. Debu-debu di lantai membentuk jejak balok kayu itu.

Damar pun menyusuri lantai dua mall tua tersebut dan menemukan sebuah tempat bekas area bermain sejenis timezone. Lalu dia memandangi balok kayu yang dibawanya, lalu menatap berbagai wahana bermain di area itu. Dia pun berteriak, lalu berlari dan melayangkan pukulan balok kayu kepada wahana-wahana di sana. Damar memukul berulang-ulang dan kian lama kian hancur wahana tersebut. Seluruh properti dia hancurkan dengan balok itu.

Setelah selesai, dia kembali menjerit menyebutkan nama orang yang masih tidak rela dia lepaskan.

"ALISHA!!!"

Lalu, Damar meninggalkan tempat itu dan pergi ke ruang bekas kios buku. Pertama-tama dia memecahkan jendela dan pintu kaca kios tersebut. Lalu rak-rak buku yang ada pun menjadi sasaran serangannya, dia tidak berhenti berteriak.

Dia menghancurkan hampir setiap tempat di mall itu. Tempat terakhir yang Damar ingin hancurkan adalah area parkir di basement mall tersebut. Dia tidak melihat apapun, lalu dia melihat sebuah mobil tua di sana yang masih terlihat bersih. Balok kayu itu pun dilayangkan ke mobil tersebut hingga beberapa bagian mobil itu penyok dan seluruh kacanya pecah.

"TINNN!!! TINNNN!!!" terdengarlah suara klakson sebuah mobil yang tiba-tiba melintas kencang di area kosong itu. Damar mengejarnya, area itu terasa sangat luas. Damar terus mengejarnya sampai dia melihat sebuah sepeda motor yang dikendarai seseorang melintas dengan kecepatan tinggi di sana dan berlawanan arah dengan mobil yang melintas tadi. Akhirnya tabrakan tak dapat dihindari, pengendara sepeda motor tersebut terlempar dari sepeda motornya dan menghantamkan kepalanya ke sebuah tiang dan tak sadarkan diri.

Damar langsung berlari menghampiri orang itu ketika dia mengenalinya. Dia berlutut dan mengguncangkan tubuh orang itu, dia adalah Alisha. Kepalanya terlihat berlumuran darah, dan cairan kental itu telah melumuri wajah cantik gadis itu.

"ALISHA!! BANGUN!!!"

Damar sangat marah, dia berdiri dan berbalik lalu menghantam mobil yang menabrak Alisha dengan balok yang sedari tadi digenggamnya berulang-ulang hingga mobil itu mengalami kerusakan parah. Mobil itu tidak dikendarai siapapun, Damar melihat ke dalam mobil dan tidak menemukan siapapun di sana. Ketika dia berbalik, Alisha sudah tidak di sana.

Damar kembali menjerit, "ALISHA!!!"

...

Tiba-tiba Damar tersentak, dia bermimpi buruk lagi. Air mata mengalir dan Damar pun mengacak-acak rambutnya dengan kasar. Dia sedang sendirian di rumah, lalu Damar pun berlari ke luar kamar menuju ke luar rumahnya. Di luar benar-benar sedang hujan deras, dirinya basah kuyup oleh hujan.

Damar menjerit lagi, lalu berlari ke arah pagar dan mengguncangkan pagar itu hingga menimbulkan bunyi. Eli yang sedang membuang sampah ke depan rumahnya pun terkejut dan dengan segera menghampiri Damar yang sedang duduk sembari menangis.

Eli pun berjongkok dan memegang kedua tangan Damar yang mencengkeram kuat pagar rumahnya. Kini mereka berada di bawah guyuran hujan. Beruntung, tidak ada yang menyaksikan hal ini.

"Damar, kamu kenapa?" tanya Eli panik. Namun Damar hanya terus menangis di bawah guyuran air hujan hari itu.

The Vanished SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang