Tentang yang (Tak Lagi) Kehilangan

74 1 0
                                    

10 tahun kemudian...

Secangkir kopi hitam dihidangkan di atas sebuah meja kecil di samping sofa tunggal. Seseorang duduk bersandar di sana sambil menggulir-gulirkan layar ponselnya yang menampilkan layar sebuah situs berita. Dia sedang membaca berita tentang kebakaran di sebuah tempat. Sesekali pria itu menyeruput kopi hangatnya itu.

TINGNONG!!

Suara itu mengganggu ketenangannya, dia pun beranjak dan membukakan pintu lalu dilihatnya siapa yang datang.

"Woy!" orang itu melambaikan tangan, minta dibukakan pagar.

Sang pemilik rumah tersenyum dan menghampirinya lalu membuka pagar, dia pun berpelukan dengan tamunya itu.

"Joni, apa kabar?"

"Baik kok, Mar? Lo?"

"Gue baik kok."

Mereka melepas pelukan mereka, lalu mempersilakan Joni masuk, namun Joni menahannya.

"Tunggu, masih ada beberapa orang lagi."

Dahi Damar mengerut, lalu Joni menunjuk ke arah mobilnya yang terparkir di depan pagar. Pintu mobil satu per satu terbuka, Damar terkejut.

"Wah, lo ajak semuanya?"

"Iya dong..."

Di sana ada Fitrah, Eko, Difan, dan satu lagi, Damar sempat tidak mengenalinya. Damar langsung berpelukan dengan Eko dan Difan. Lalu mereka berbincang sejenak di halaman rumah Damar yang begitu luas.

"Ini siapa?" tanya Damar, wanita yang masih tidak dikenalnya itu tersenyum.

Joni menyambung, "Eko tuh punyanya. Masa lo lupa, Mar?"

"Siapa dah?" Damar masih berusaha mengingat wajahnya.

"Shanti, lupa?" jawab Eko.

"Hah? Lo? Eh kok beda?" tanya Damar yang terkejut bahwa itu adalah Shanti, teman Rissa semasa SMA.

Shanti pun berkata, "biarin aja lupa sama teman." Mereka semua pun tertawa renyah.

Kemudian Difan tiba-tiba menggerutu, "tuh lihat, kalian udah pada nikah, gue belum dapat."

"Sabar, hahaha," ledek Eko, masih saja.

"Nih, dari tadi, sepanjang perjalanan, gue dibully terus sama Eko!" keluh Difan.

Tiba-tiba Joni ingat sesuatu, "oh iya gue lupa! Sebentar," dia langsung berlari ke mobilnya, mengambil sesuatu.

Ternyata anaknya, semuanya tertawa.

"Ayah lupa sama anak," ujar Fitrah sambil tertawa.

Joni sebal, lalu berkata sambil menggandengnya, "kamu juga, Fit."

"Salim sama Om Damar," kata Joni, anaknya itu menurut.

"Siapa namanya?" tanya Damar.

"Vansa," jawab Joni.

"Yah, kok pakai nama belakang lo sih? Ganti, Jon."

"Lah anak juga punya gue, kenapa lo ngatur," sahut Joni bercanda. "Eh, mana istri lo?" tanya Joni.

"Masuk aja dulu," Damar membawa tamu-tamunya itu masuk, mereka berbincang-bincang di ruang tamu sambil menunggu Damar.

Damar pun muncul kembali sambil menggandeng anak perempuannya yang masih berumur dua tahun itu. Eli muncul dan membawa nampan berisi minuman.

"Ya ampun, lucu banget anaknya," seru Fitrah.

Joni menatapnya malas, "emang Vansa nggak?"

"Hehehe, lucu juga kok."

Difan melihat anak Damar sepintas. Menggemaskan. "Mukanya nurunin papa-mamanya nih," Difan memuji.

Damar dan Eli hanya tersenyum mendengarnya. Lalu anak Damar dengan inisiatifnya langsung mencium tangan teman-teman Damar tanpa disuruh.

"Pintar ya anak lo, Mar," ujar Eko. "Yang, nanti anak kita gitu juga lah," kata Eko kepada Shanti.

"Iyalah harus, jangan kayak bapaknya."

Mereka semua kembali tertawa. Sementara itu, Difan terus memperhatikan anak itu, Damar pun bertanya, "kenapa, Dif?"

"Nggak, lucu aja gitu."

Eko selalu menyahut, "hati-hati, Mar, pedofil."

"Heh, lo kalo ngomong," omel Difan.

Eli pun berkata, "udah, Dif, nanti kamu juga dapat."

Damar dan teman-temannya berbincang-bincang dengan senang di rumah itu, mereka masih berkomunikasi dengan baik sampai sekarang. Hari itu mereka melepas rindu karena sangat jarang bertemu, tidak seperti dulu, saat mereka masih bersama-sama menempuh jenjang SMA.

Di tengah perbincangan, Joni bertanya, "siapa nama anak lo, Mar, kok kita belum nanya itu ya?"

"Nama anak gue?"

"Iyalah..."

"Namanya..." cukup lama Damar berbicara, teman-temannya penasaran. Sampai akhirnya dia menyebutkannya.

"Alisha."

[[[THE END]]]

The Vanished SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang